Kisah Nyata : Adakalanya cinta itu memang harus dilepas, bukan karena jika bersama akan saling menyakiti, Namun...jika terus bersama, akan ada banyak hati yg tersakiti.
Diangkat dari kisah nyata, Adeeva seorang guru honorer yang di buat jatuh cinta oleh Adrian, seorang pria berprofesi sebagai polisi. Kegigihan Adrian membuat Adeeva luluh dan menerimanya.
Namun masalah demi masalah pun mulai bermunculan. Membuat Adeeva ingin menyerah dan berhenti. Bagaimana cara mereka menyelesaikan permasalahan yang ada? Akankah mereka bisa bersatu atau justru harus saling merelakan?
Temukan jawabannya di novel ini. Yang akan membuatmu masuk ke dalam kisah percintaan yang mengharukan.
Note : Demi menjaga privasi tokoh sebenarnya, semua nama dan lokasi kejadian sudah di rahasiakan.
follo saya di
Fb : Cut elvi anita
Ig : cut_elvi_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LV Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tes keberanian
Ini malam minggu. Malam ini malam Adrian berjanji akan melaksanakan tantangan ke 7 nya. Syarat pertama sampai ke enam sudah dia selesaikan. Yah meski aku tidak tahu bagaimana dia dibelakangku. Tapi setidaknya, aku sudah melihat dari usahanya untuk bisa mendekatiku.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Ayah dan ibu serta aku berada didalam warung. Ayah seperti biasa memasak pesanan pelanggan. Ibu sedang memotong bawang untuk acar. Aku sedang melipat tissu.
Hihihi dia pasti tidak akan datang. Aku berbisik di dalam hati.Namun tak lama aku membatin, ku dengar suara motornya. Dia lewat di depan warungku tapi tidak berhenti. Loh, dia kemana? Apa dia mau kabur dan berubah pikiran. Hah, baguslah kalau dia benar-benar mau menyerah. Aku tertawa pelan sendiri. Tak lama kemudian ponsel ku dapat pesan baru. ADRIAN
"Abang uda di dekat warung nih" Katanya
Aku lalu bangkit dari duduk ku dan berjalan agak ke depan warung. Pelangak-pelongok mencarinya. Ternyata dia ada di toko sebelah. Tokonya berada sekitar selang lima toko dengan warung ayahku.
Dia lalu memberikanku isyarat jika dia malu untuk bertemu kedua orangtua ku. Aku pun kemudian mengirim pesan padanya dan berkata "Ya uda, kita berteman aja ya? "
Dia kemudian membaca pesanku. Dan kembali melihat kearah ku. Sambil menggelengkan kepalanya. "enggak mau" Katanya tapi hanya berbisik.
"Trus... " Aku mengirim pesan lagi
Dia lagi lagi melihat ke arah ku. "Oke oke... abang ke sana" Katanya dengan memberi isyarat jempol tangannya. Aku lalu berbalik masuk ke dalam warung. Sambil tersenyum dan menahan tawa.
"Tamunya mana deev? Kok dari tadi nggak nyampek-nyampek? " tanya ibuku. Aku memang sudah memberi tahu ibu jika akan datang seseorang kerumah yang ingin meminta izin pada ibu dan ayah, untuk mengenalku lebih jauh.
"Barangkali dia kabur bu.. " aku lantas tertawa jahat.
"Kamu sih, ada-ada aja kamu. Pakek suruh menghadap ibu dan ayah segala. Dia mungkin malu deev, namanya juga baru kenal."Ibu merasa kasian
" Justru itu bu, justru karena baru kenal, dia harus menghadap dulu sama ibu dan ayah. Coba kalau misalnya dia itu orang jahat bu. Apa ibu nggak kasian sama anak gadis ibu yang cantik ini..? " aku mengedip-ngedipkan mata pada ibuku.
"Mungkin dia uda pulang" Ayahku menambahkan.
"Baguslah, artinya dia itu nggak serius kan. cuma mau main-main aja. mau icip-icip aja gitu. emangnya aku makanan apa. " Aku mulai kesal karena pria yang ambisius itu tidak juga menampakkan batang hidungnya.
"Huss... jangan bicara kayak gitu. nggak baik nuduh orang sembarangan. kalau dia dengar gimana? " Ibu mulai bawel.
Saat aku dan ibu asik adu argumen, tiba-tiba...
"Assalamu'alaikum... " Adrian sudah ada di depan warung kami.
"Waalaikum salam... Masuk nak.. " ajak ibuku ramah. "Sini duduk dulu... "
Sekarang kenapa jadi aku yang salting alias salah tingkah. Aku tidak percaya dia berani datang. Menemui kedua orang tuaku. Dia benar-benar serius Tuhan....
"Duduk nak... siapa namanya kalau ibu boleh tau?" ibu mulai mengakrabkan diri.
"Adrian bu... Adriansyah" Jawab Adrian sambil mengulurkan tangannya menyalami kedua orangtua ku.
"Nak Adrian mau makan mi? Ayah tolong bikinin mi satu buat tamu kita. " pinta ibu pada ayah. "Eh kamu kok bengong. Bikinin teh hangat dong... kasian cuaca dingin diluar"
"Eh.. eh... I.. iya bu... " aku lantas bergegas ke meja jus untuk membuat secangkir teh hangat... iya hangat. Seolah hangatnya mampu mencairkan bekunya hatiku terhadapnya. Ku lihat dari jauh dia berbicara banyak dengan ibu. Mereka seperti sudah saling kenal lama antara satu sama lain. Mungkinkah dia benar-benar serius padaku? Akankah kisah yang baru di mulai ini akan berjalan mulus dan baik-baik saja. Entahlah...
"Diminum... " Tawarku padanya sambil meletakkan teh hangat.
"Makasih... " Dia sumringah senyum padaku. Seolah ingin berkata, 'Aku menang kan? ' Aku bisa mendengar bisikan batinnya itu. Dia memang sudah menang. Aku kalah. Tapi ini semua kan juga permintaanku, mau bagaimana lagi?
Adrian dan ibu berbincang lama. Ibu banyak bertanya pada Adrian. Ibu juga berkata, jika kami ini bukanlah orang berada. Jangan dia mengira, warung atau ruko ini adalah milik kami. Ini milik Om Pian.
"Saya juga bukan orang kaya bu... " balasnya.
Aku terus memandangnya. Kalau di liat-liat, dia lumayan juga. Aku senyum-senyum sendiri. Eh, apa-apaan aku? Sadar adeeva.
Selesai bertamu, Adrian pamit pulang. Sudan pukul 10 malam. Aku mengantarnya ke depan warung.
"Abang pulang ya... " Katanya sambil naik ke motor.
"Hati-hati ya.. Habis hujan. Jalanan licin. " pesanku.
"Ciee... khawatir ya abang kenapa-kenapa? " Dia malah meledekku.
"Apaan sih? pulang sana. " Aku tertawa.
"Abang menang kan? " dia bertanya lagi sambil memakai helm.
"Nggak tau. Uda ah, mau tidur. Pulang sanaaa... " Aku mengusirnya.
"Siap-siap besok sah jadi pacar abang. " Dia menyalakan motornya
"Pulaaangg.... " Aku membesarkan mataku.
Adrian kemudian berlalu meningglkanku. Aku melihatnya sampai hilang dari pandanganku. Sambil tersenyum... senyum... senyum.... eh, ngapain sih. Aku pun akhirnya masuk. Tidur.
kawen aja truss sama pak Edward udah beress.. gak banyak kali abis episode..