NovelToon NovelToon
Keturunan Terakhir

Keturunan Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / spiritual / cintamanis / Persahabatan / Kutukan / Romansa
Popularitas:26.4k
Nilai: 5
Nama Author: ERiyy Alma

Keturunan Terakhir, mengisahkan perjalanan ke lima remaja dalam mengabdi di suatu yayasan yang menyimpan misteri. Tazkia, si gadis dengan kemampuan istimewanya, kali ini ia berjuang melawan takdirnya sendiri, menjadi keturunan terakhir yang akan jadi penentu untuk anak turunnya. Dia harus mendapatkan cinta sejati. Namun, disisi lain ia tak ingin mengorbankan persahabatannya. Lantas bagaimana Kia menyikapi antara cinta dan sahabat?

Kisah ini adalah kisah lanjutan dari novel sebelumnya, berjudul TEROR BAYI BAJANG. Jika kalian bingung bacanya, disarankan baca novel pertamanya dulu ya. Happy reading yeorobun. 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ERiyy Alma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiga

Malam pertama di tempat baru, suasana baru dengan teman-teman baru. Entah sudah berapa kali Shella merengek mengatakan jika ia tak betah. Udara di desa Gondowangi terlalu dingin hingga belum genap dua puluh empat jam gadis berkacamata itu sudah mengalami flu, ia terus saja bersin hingga ujung hidungnya memerah. Berlembar-lembar tisu ia gunakan untuk mengelap ingusnya yang terus saja banjir. 

“Mau ke kamar mandi bareng nggak?” tanya Devina, teman sekamar mereka. Gadis manis dengan lesung pipi yang setahun lebih dulu menetap di yayasan UH. Gadis bertubuh seksi bak model itu berasal dari pesantren, yang sengaja di minta oleh ustadz Subkhi untuk menjadi guru badal atau pengganti, jika ustadz sedang ada undangan keluar kota. 

Ustadz Subkhi memang seorang da’i kondang, lelaki berkharisma itu sering keluar kota meninggalkan yayasan, dan disaat itulah Devina yang bertugas menggantikan beliau mengajar anak-anak. 

“Nggak deh Kak, dingin banget aku nggak kuat,” jawab Shella, usia Devina memang setahun lebih tua darinya, jadi Shella dan Kia sengaja memanggil Devi dengan panggilan kakak untuk menghormati gadis itu. “Oh iya Kak, sebelah kamar kita ini rel kereta ya? suaranya berisik sekali, wah mana bisa tidur nih kalau gini caranya.” Shella menghamparkan selimut bulu kesayangan, yang ia bawa dari asrama dulu, selimut andalan yang menurutnya tak akan bisa tidur tanpa selimut itu. 

“Ya, tapi ya nggak mepet banget. Kamu bisa lihat sendiri dari jendela, tapi kalau malam gini nggak kelihatan sih, masih minim penerangan di daerah sini. Kalau siang baru deh bisa lihat kereta api beroperasi,” tutur Devi. 

“Astaghfirullah, ponselku mana ya Shel? jangan-jangan, tertinggal di taman.” Tiba-tiba saja Kia heboh sendiri, mencari-cari benda pipih yang seingatnya telah disimpan dalam saku jaket. Namun, ternyata nihil. “Aku coba cek deh,” ucap Kia lagi. 

“Kita barengan aja Kia, nanti pulangnya sekalian tungguin aku,” usul Devi. Bukan tanpa alasan permintaannya ini, sebab untuk menuju taman Kia memang harus melewati kamar mandi dan kolam, barulah ia akan menjumpai sebuah tempat yang dibangun khusus untuk bersantai tepat di samping taman. Disanalah mereka bertiga tadi berbincang. 

“Baiklah Kak, kita berangkat sekarang?” 

“Yuk,” jawab Devina, mereka berdua berjalan beriringan keluar kamar. 

“Jangan lama-lama ya,” pinta Shella memelas, Devi kembali mengajaknya, tapi gadis berkacamata itu tetap menolak dengan alasan tenggorokannya yang mulai terasa tak nyaman. Ia khawatir akan sakit jika tak segera beristirahat, Shella memang terlalu banyak makan kerupuk makaroni tadi saat acara penyambutan kedatangan mereka, mungkin itulah penyebabnya. 

Dua gadis berjalan beriringan sambil terus bercengkrama, lantas berpisah tepat di depan kamar mandi. “Kamu berani kan berangkat sendiri? apa perlu aku temani Kia? Kebetulan ini juga masih antri kamar mandinya." Devina menawarkan diri.

“Tak perlu Kak, Kakak ke kamar mandi aja dulu, mumpung masih rame. Nanti kita ketemu disini lagi.” Kia melempar senyum sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan menuju taman seorang diri.

Kia sedikit merinding saat melewati kolam, ia menyadari keadaan tak lagi sama. Rupanya lampu utama telah dimatikan, berganti dengan lampu taman berwarna kuning yang membuat suasana tampak remang-remang. Kia berjalan pelan, tangan meremas ujung jaket, mata awas menatap sekeliling, khawatir kalau-kalau ada sesuatu yang tak seharusnya dilihat. 

Sudah sangat hafal dengan suasana seperti ini, meski sedari kecil ia mengalaminya, tetap saja jantung berdetak kencang dan tubuh gemetar jika dihadapkan dengan keadaan yang sama. Ia tak menyukai kemampuannya bisa mendeteksi keberadaan mahluk tak kasat mata. Ia iri pada mereka yang bisa hidup normal. 

Teringat ucapan sang ayah, di malam terakhir sebelum keberangkatan menuju desa Gondowangi. “Putriku, Tazkia Isyfi. Ada yang ingin ayah katakan padamu. Sudah saatnya kamu mengetahui semua, tentang keluarga kita.” 

Ayah mengambil duduk di bibir ranjang saat Kia tengah bersiap di depan meja belajar, memilah milah buku apa saja yang harus ia bawa nanti. “Ada apa Ayah?” jawabnya kala itu. 

“Duduklah.” Ayah memintanya duduk menyimak, Kia tahu jika ayah sudah mode serius pasti apa yang akan disampaikan bukanlah main-main. Ia pun menuruti perintah satu-satunya orang tua yang tersisa dalam hidupnya, ayah sekaligus ibu baginya. 

“Pasti beratkan putriku? Ayah tahu, kamu berbeda dari gadis seusiamu. Kamu punya kemampuan spesial.” 

Kia terkejut, sejak kecil sang ayah tak pernah mempercayai ucapannya. Lelaki itu hanya mengatakan jika Kia berhalusinasi, apa yang dilihatnya tak nyata. Kia hanya kecapekan dan perlu beristirahat dan masih banyak lagi alasan yang beliau buat untuk menafikan kemampuan itu. 

“T-tapi, kenapa selama ini ayah tak mempercayaiku?” tanya Kia, ada getar dalam suaranya yang terdengar parau, mungkin ia kecewa sebab sang ayah selalu mengabaikan keluhannya bahkan saat ia benar-benar butuh bantuan untuk menghalau rasa takut. 

“Karena, itu belum waktunya. Maafkan ayah, ayah hanya ingin kamu berproses sendiri, kamu keturunan terakhir dan tugasmu sangatlah berat.”

“Maksud Ayah? tunggu, Kia nggak paham, apa maksud dari keturunan terakhir?” 

BRAK...

Suara keras dari arah gudang yang terletak di samping kolam membuat lamunan Kia tentang percakapannya dengan sang ayah pun terhenti, ia telah menemukan ponselnya yang memang tertinggal di samping taman. Kia melihat ke arah gudang dan bayangan hitam seorang wanita muncul dari balik pintu, wanita itu berlari cepat meninggalkan gudang. 

“Siapa wanita itu? kenapa dia keluar dari gudang gelap malam-malam begini?” gumamnya seorang diri. Ponsel di tangan bergetar-getar, Kia melirik layarnya yang terus berkedip. Tiga pesan masuk dari ayah, dan beberapa panggilan tak terjawab juga dari beliau. Kia mengusap layar ponsel dan pesan sang ayah yang menanyakan keberadaannya terpampang jelas di sana. 

Kamu dimana putriku?

Kenapa tak dibalas? oh kamu pasti sedang sibuk ya, baiklah… nanti hubungi ayah ketika sudah senggang.

Tazkia!! kenapa tak menerima panggilan ayah? kamu tidak apa-apa kan Nak?

“Astaga, ayah…” Kia tersenyum mendapati sisi lain dari sang ayah yang bagaikan kekasih posesif. Selama ini ayahnya belum pernah seperti ini, Kia hampir seperti domba yang diumbar oleh tuannya, kemanapun ia izin pergi, ayah akan melepasnya dengan suka cita. Tapi, kini ayah berbeda, mungkin karena mereka terpisah jauh kali ini. Ayah Kia juga tak bisa terlalu sering menjenguk karena pekerjaan.

Jari jemarinya mulai lincah mengetik pesan balasan untuk sang ayah saat ekor mata menangkap pergerakan di depan gudang, Kia merapatkan tubuh di balik tanaman bonsai cemara yang tumbuh terawat di taman itu, mengerutkan dahi demi melihat siapakah gerangan lelaki yang baru saja keluar dari dalam gudang gelap itu. “Loh, bukannya itu… aaah, apa mereka pacaran ya?” gumam Kia, ia tersenyum, sadar telah memergoki sepasang kekasih yang baru saja berjumpa secara sembunyi-sembunyi. 

Kia keluar dari tempat persembunyian saat dirasa lelaki itu telah pergi jauh dari gudang, ia tersipu malu membayangkan apa yang mungkin dilakukan sepasang kekasih di tempat gelap. Sadar bahwa ia masih berada di taman di tengah malam, Kia bergegas pergi kembali ke kamar mandi untuk menemui Devina. Tepat di depan kolam, ia berjumpa seseorang. “Astaghfirullah, si-siapa kamu?”

1
Andini Andana
hhhh... ganggu aja 😒😒
Syab Rian
cocok buat kata kata hari ini🤣🔥
Fatimah Ziyadatul Khair
bagus ceritanya
Zuhril Witanto
moga perjalanannya lancar
Zuhril Witanto
moga dapat petunjuk
Zuhril Witanto
suka ma evan
Zuhril Witanto
Rendra
ren rene
buang saja ke laut si devi
Zuhril Witanto
devina gercep
Zuhril Witanto
seru
ren rene
sampe di titik ini kecewa sama tazkia plin plan
Zuhril Witanto
kok pak warming ngasih teka teki
Zuhril Witanto
lah udah terang2an bilang kekasih
Zuhril Witanto
siapa ..Husin apa evan
Zuhril Witanto
astaghfirullah
Zuhril Witanto
warming gentayangan
Zuhril Witanto
kasihan warmin
Zuhril Witanto
berarti yang bunyi dugh malem2
Zuhril Witanto
lanjut
Ria ☺️
devina deh/Smug/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!