Tiara Salsabila biasa dipanggil Rara adalah sosok gadis polos, sederhana dan kekanakan. Dia jatuh hati pertama kali pada Tian, sosok pria yang membuatnya iri karena Tian mempunyai kelebihan yang menjadi kelemahannya.
Namun ternyata cintanya itu membuat kecewa. Tian tidak seperti yang diharapkan gadis tersebut. Tian ternyata diam-diam sosok playboy yang mempunyai banyak wanita.
Semenjak itu Tiara tidak bisa mempercayai yang namanya laki-laki. Tiara berubah dratis dan melindungi dirinya sendiri. Hingga datang seorang pria yang dengan tulus mencintainya. Bahkan melamarnya, Namun pria tersebut tidak lain adalah dosen killernya. Dosen yang selama ini membuat Tiara kesal, emosi bahkan menangis karenanya. Akankah Tiara percaya dengan cinta sang dosen? Dan menerima lamarannya? Baca kisahnya di Lentera Cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arti Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surprise dari Kak Shifa
Hasan menatap tajam pada Mereka berdua dan menyodorkan kertas tugas kepada Tiara dan Tian.
" Kerjakan dengan baik! Saya ada pekerjaan lain, Kumpulkan tugas Kalian ke Saya besok Senin sebelum pukul delapan."
" Baik Pak."
Walaupun dikumpulkan Senin, mau tidak mau Tiara dan Tian mencari referensi diperpustakaan hari ini juga. Mereka berkutat di perpustakaan dengan tumpukan buku berbahasa Inggris. Tiara baru bisa pulang sekitar pukul lima.
"Hati-hati dijalan." Ucap Tian begitu Tiara terlihat sudah menyalakan sepeda motornya.
Tiara langsung pulang kerumahnya, tanpa mampir ke kos dulu. Perjalanan dari universitas ke rumah memakan waktu kurang lebih empat puluh lima menit.
Tiara sudah sampai dirumah. Ketika gadis itu masuk dan mengucapkan salam, ternyata sedang ada tamu. Dan yang membuat Tiara terkejut, Kak Shifa, kakaknya yang bekerja di Jakarta juga ada dirumah. Padahal ini kan bukan masa lebaran. Dia tersenyum seperti kasih kejutan pada Tiara.
"Wa'alaikumsalam," Jawab Mereka bersamaan.
Tiara lalu menyalami Ummi dan Abinya.
" Ini putri bungsu Kami, Rara." Umminya memperkenalkan Tiara.
" Saya umminya Aidan." Tiara tersenyum simpul dan tangan khas bersalaman dengan sepasang suami istri setengah baya tersebut.
Dan ada satu pria yang baru kali ini Tiara melihatnya yang bernama Aidan tersebut.
"Ternyata adiknya Nak Shifa juga sudah besar juga. Dan cantik ." puji Ibunya Aidan.
"Iya, sayangnya masih kekanak-kanakan." Sahut Ibunya Tiara.
Tiara pun hanya tersenyum menanggapi pembicaraan ibu-ibu tersebut. Dan lalu pamit masuk kerumah. Gadis itu langsung masuk ke kamarnya. Dia berpikir, perasaan baru satu Dia pulang. Kenapa ada moment yang sepertinya terlewatkan. Suara di ruang tamu, jelas Mereka sepertinya sedang membicarakan tentang pernikahan kak Syifa.
Mendadak dan kejutan banget, pikir Tiara. Bagaimana bisa kak Shifa tidak cerita kalau Dia mau menikah secepat ini. Atau hanya Tiara memang yang belum tahu.
Padahal Tiara berniat untuk membicarakan tentang kuliahnya pada Ummi dan Abinya. Namun sepertinya Tiara harus menundanya.
Begitu pertemuan selesai. Dan tamu sudah pulang. Tiara jelas langsung ke kamar kakaknya dan menginterogasinya.
" Maaf Ra, Ini juga mendadak mas Aidan pulang dan melamar Kakak. Lalu kata Umminya Mas Aidan niat baik tidak boleh ditunda-tunda."Jelas Kakaknya tersebut.
Tiara pun memaklumi kakaknya tersebut. Setahu Tiara, Kakaknya itu introvert banget. Jadi wajar saja kalau ini benar-benar surprise bagi Tiara.
" Jadi kapan acaranya?" Tanya Tiara.
" Minggu depan, Kakak hanya dapat cuti dua belas hari." Jelas Kak Shifa.
" Makanya undangan sudah dibuat juga sama mas Aidan. Jadi Kakak tinggal nyebar saja." Tambah Shifa.
Mau tidak mau sepertinya Ummi dan Abinya akan disibukkan dengan acara pernikahan Kakaknya tersebut. Dan masalah Tiara jelas terlupakan untuk dua Minggu ini. Tiara garuk-garuk kepala.
Minggunya jelas Tiara diajak Kakaknya untuk menemani mengurus sewa gaun pengantin dan dekorasi. Secara hanya Dia yang belum menikah, Kakak pertamanya sudah menikah saat Dia masuk universitas. Untungnya Tiara sudah mengerjakan tugas dari Pak Hasan. Kalau belum bisa-bisa berakhir riwayatnya.
" Bagaimana yang ini Ra?" Tanya Kakaknya.
" Bagus." Sahut Tiara.
" Kamu dari tadi bilang bagus-bagus melulu." Keluh Shifa terhadap komentar Tiara tidak benar-benar menilainya.
Tiara malah mengerucutkan bibirnya saat Kakaknya mengeluh dengan pendapatnya.
" Lagian yang penting kan SAH." Celetuk Tiara membuat kakaknya gemes hingga mencubit pipinya.
Akhirnya Kakaknya memilih dua gaun. Warna putih untuk ijab kabul dan warna krem untuk resepsi. Setelah itu Mereka memilih dekorasi.
" Kenapa sih kakak ga sama Kak Aidan saja?"
" Mas Aidan sedang sibuk juga untuk pengurusan sewa gedung dan cateringnya." Jelas Kakaknya.
Malamnya Tiara pun tidur lebih awal, Dia tidak ingin hari Senin terlambat gara-gara kesiangan.
Sampai universitas, Pak Hasan belum datang. Dosen lain bilang bahwa Pak Hasan ada keperluan , sehingga akan datang sekitar pukul sepuluhan. Tiara kesal karena Pak Hasan menyuruh datang sebelum pukul delapan. Tiara memutuskan pergi ke perpustakaan dulu. Disitu Dia bertemu Tian yang baru datang terlihat santai.
" Kamu sudah mengumpulkan tugasnya? "
" Belum, malah belum ku print." Sahutnya.
Tiara yang mengetahui Tian adiknya bersikap wajar dan memaklumi. Tanpa mengumpulkan tugaspun Tian bisa aman-aman saja nilainya, Pikir Tiara. Sekitar pukul sepuluhan. Tiara kembali ke ruangan dosen fakultas ekonomi. Namun Pak Hasan belum juga datang. Tiara benar-benar naik darah dibuatnya.
" Kalau penting mending telepon saja Ra." Saran Bu Siska yang kebetulan lewat.
Tiara terlihat bingung.
" Kamu tidak punya nomornya?"
Tiara menganggukkan kepalanya. Bu Siska langsung mengambil handphonenya dan memberi tahu nomor Pak Hasan.
" Hallo, Assalamualaikum?" Yang menjawabnya suara perempuan lembut sekali, mungkin kekasihnya. Tiara jadi sungkan untuk berbicara. Ketika Tiara menanyakan keberadaannya.
Suaranya sudah berganti, "Hallo?" Terdengar suara pria.
" Iya hallo Pak, Saya Tiara Salsabila dari jurusan FKIP kelas C. Saya mau mengumpulkan tugas.Tapi Bapak belum datang ke kampus." Kata Tiara.
" Saya bilang kumpulin kan, bukan kasih ke Saya."
" Meja Saya ada diruangan dosen. Taruh disitu." tambahnya lalu mengucapkan salam dan mematikan teleponnya.
Tiara paham mejanya ada diruangan dosen. Tidak mungkin berpindah. Tapi setidaknya kata-katanya yang jelas. Tiara menghela nafas panjang menghadapi dosen seperti Pak Hasan. Tiara pun langsung masuk keruangannya tersebut tanpa permisi. Dia meletakkan tugasnya diatas meja dosen killer tersebut. Dan lalu keluar.
" Ra." panggil Afifah dari balkon atas lantai dua.
Tiara mendongakkan kepalanya, terlihat Afifah dan Wina sudah menunggunya didepan kelas selanjutnya.
Sampai dikelas,semua malah sedang membicarakan dosen yang membuat kesal Tiara seharian ini. Semua membicarakan umur Pak Hasan yang tidak sesuai dengan wajahnya. Dan hebohnya Mereka sudah mengetahui kalau Tian adiknya. Hingga banyak yang minta Tian untuk memperkenalkan lebih dekat. Tian yang notabene santai tidak begitu serius menanggapinya.
" Kalian ributin Pak Hasan.Bagiku Tian lebih semuanya." Siwi yang kesal gebetannya itu didekati banyak mahasiswi lainnya demi Pak Hasan, dosen idaman Mereka.
Tiara hanya geleng-geleng kepala melihatnya. Secara Tiara tahu Tian sudah mempunyai kekasih. Dan Pak Hasan sepertinya juga sudah mempunyai calon istri.
Selepas jam kuliah, Tiara tak langsung pulang. Tiara ke masjid Al-Munawar dahulu untuk menunggu sholat Ashar. Suara adzan kali ini tidak kalah merdu seperti lantunan ayat suci yang terdengar waktu itu. Tiara merasa tempat ternyaman bagi dirinya dimasjid. Bahkan sepertinya semua masjid dikota ini, Tiara sudah mendatanginya, Tentunya untuk singgah sholat.
Setelah adzan selesai, Tiara pun mengikuti jamaah sholat ashar. Walaupun dibagian perempuan hanya ada tujuh orang bersama dirinya. Setelah selesai sholat, Tiara mengikuti dzikiran sang imam sampai selesai. Saat Tiara menanggalkan mukena terdengar lantunan ayat suci yang pernah Dia dengar waktu itu.
' Beruntungnya wanita yang menjadi jodohnya.' Batin Tiara.
To be continued
Jangan lupa like dan koment