Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Bagaimana keadaan Bianca?" tanya Liam ketika sampai di rumah sakit.
Dalam perjalanan, pikirannya terus tertuju pada sang istri. Tidak pernah dia sekhawatir ini dengan wanita lain selain Ibu dan adiknya. Liam merasa terus bersalah karena memberikan tugas menjaga Bianca pada Laura. Seharusnya, dia dapat mencari orang lain yang lebih bertanggung jawab dibandingkan Laura.
Laura menatap Liam yang terengah-engah. Sepertinya, sang kakak berlarian menuju ruang rawat Bianca. Matanya langsung berkaca-kaca ketika melihat wajah Liam penuh kekhawatiran..
"Maafkan aku, Kak," jawab Laura tidak menjawab pertanyaan Liam.
Pria itu menoleh pada James yang duduk sambil melipat kedua tangannya. James duduk cukup jauh di sofa yang ada di ruangan tersebut. Liam mendekati James.
"Aku tahu kau pasti marah padaku, James. Tapi, aku ingin tahu kondisi Bianca. Apa dia dan bayi kami baik-baik, saja?" ujar Liam.
James yang sudah dapat mengendalikan dirinya menatap Liam. Dia menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Liam. Ingin memisahkan Liam dan Bianca sepertinya tidak mungkin dapat dilakukan.
Mungkin saja terjadi, tetapi Bianca tentu tidak menginginkan perpisahan. Saat Bianca bangun saja, yang dicari adalah sosok Liam. Sayangnya, pria di hadapannya ini belum sampai di rumah sakit hingga James memintanya kembali tidur.
"Mereka baik-baik saja. Seharusnya, kamu memberitahukanku kalau kau ingin meninggalkan Bianca. Adikmu tidak bisa mengurus dirinya sendiri, bagaimana bisa dia menjaga Bianca. Justru, Bianca telah menolong adikmu yang ceroboh itu," jawab James panjang lebar.
Dahi Liam berkerut, dia mengingat komunikasinya dengan Bianca terakhir kali. Wanita itu mengatakan dia belum bisa tidur dan harus melakukan sesuatu. Namun, Bianca belum memberitahukan secara gamblang hal yang dilakukannya.
Yang Liam terima hanyalah pemberitahuan dari Laura kalau sang istri kembali masuk rumah sakit. Di dalam pikiran Liam, kandungan istrinya kembali melemah. Dia tidak menyangka bila Laura terlibat dengan peristiwa yang menimpa Bianca.
"Maafkan aku, sudah beberapa kali aku mengatakan pada Bianca untuk menginap saja di Kediaman Davis. Akan tetapi, dia tidak mau. Kedua orang tuaku juga sedang pergi untuk menghadiri sebuah pertemuan. Jadi, kupikir Laura adalah orang yang tepat untuk menjaga Bianca," balas Liam.
Laura menunduk, dia menatap wajah Bianca yang dipenuhi bekas tamparan. Liam mendekati sang istri kemudian baru dengan jelas melihat keadaan sang istri.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kamu tidak mungkin melakukan kekerasan pada Bianca, kan?" tanya Liam sambil mengepalkan tangan.
Dalam keluarganya, tidak pernah diajarkan untuk melakukan kekerasan. Walau Laura tidak menyukai Bianca, bahkan terang-terangan membenci sang istri. Liam percaya Laura tidak mungkin berbuat sesuatu di luar batas.
"Maaf, Kak. Semua salahku. Aku..."
Laura mulai terisak, membuat Liam menghela napas. Adiknya itu memang sangat perasa, dia pun dekat dengan Ivanka karena perasaannya yang begitu tulus. Justru, Liam takut kalau Laura dapat diperdaya dengan mudah karena sifatnya itu.
"Katakan yang jelas! Aku tidak butuh tangisanmu! Kau tahu, yang kamu lakukan ini dapat membuat anakku terluka. Bianca sedang mengandung anakku, Lau. Seharusnya, kamu dapat menjaganya demi aku!" tukas Liam kecewa pada sang adik.
"Aku memang salah, Kak. Ivanka meminta aku datang ke Club, ternyata di menjebakku. Aku...."
"Apa yang dia lakukan?" tanya Liam ketika Laura berhenti berbicara.
"Dia menjualku pada pria h*dung belang. Tidak pernah aku menyangka bila dia tega melakukan hal itu padaku, Kak. Lalu, Bianca datang menyelamatkanku! Dia terkena tamparan dari pria itu. Maaf... Maafkan aku, Kak," jawab Laura yang kemudian terisak.
Liam membelai pipi sang istri, dia sudah memberikan luka saat pertama mereka menikah. Ditambah lagi dengan hari ini adiknya membuatnya terluka. Matanya terpejam sesaat, dia merasa seperti pecundang yang tidak mampu melindungi istrinya.
"Lalu, ke mana Ivanka? Dia meninggalkanmu begitu aja? Bagaimana dengan pria itu?" Liam mulai dapat berpikir jernih.
Merasa bersalah terus menerus tidak dapat memperbaiki keadaan. Liam harus melakukan sesuatu untuk membalas semua perbuatan Ivanka.
"Aku telah membereskan pria itu. Kau tenang saja, dia tidak akan bisa bangun dengan keadaan baik-baik saja setelah hal yang kulakukan. Paling tidak selama seminggu. Hanya saja, aku masih mencari keberadaan Ivanka!" tukas James yang sedari tadi melihat interaksi kakak beradik di hadapannya.
Sebenarnya, James sudah mengetahui keberadaan Ivanka. Cukup mudah menemuinya dibandingkan mencari keberadaan kekasihnya sendiri. Yang entah sedang berada di mana.
Tujuan James mengatakan belum bisa mengetahui keberadaan Ivanka adalah ingin tahu bagaimana Liam menangani wanita itu. Dari informasi yang dia dapatkan Liam cukup dekat dengan Ivanka, tetapi hal itu dipengaruhi oleh Laura.
"Aku akan mengurus Ivanka. Kupastikan dia mendekam di penjara," balas Liam sambil mengepalkan tangannya.
"Penjara saja tidak cukup, Liam! Aku ingin dia merasakan hal yang lebih buruk dibandingkan yang dilakukan pria itu pada adikku!" timpal James sambil menyeringai.
Laura bergidik ngeri, dia tidak dapat membayangkan hal yang akan dialami oleh Ivanka. Kakaknya saja sudah mengerikan bila sedang dirundung amarah, belum lagi James yang seperti tidak memiliki hati. Dapat dipastikan wanita yang sedang mereka cari mendapatkan masalah yang serius karena telah melukai Bianca.
Sementara itu, di sebuah hotel mewah. Ivanka kaget karena mendapatkan panggilan darurat dari partner bisnisnya, Kevin. Pria itu mengganggu aktivitas panasnya bersama salah seorang pria.
"Apa yang kau katakan? Ben babak belur dihajar oleh siapa? Katakan dengan jelas!" bentak Ivanka yang kesal aktivitasnya terganggu.
"James Davis! Kakak Bianca! Sudah kukatakan untuk tidak melakukan rencanamu, sekarang sebaiknya kau bersembunyi sebelum James menemukanmu! Aku angkat tangan, Ka. Aku tidak dapat menolongmu kali ini!" ujar Kevin lalu memutuskan panggilannya.
"Si*l! Apa yang harus aku lakukan!" gumam Ivanka yang mulai mengkhawatirkan keadaannya.
***
Bersambung.
Terima kasih telah membaca. ❣️
Maaf lama update ya, weekday Author ada kerjaan di real life. Jadi, baru bisa update malam. Ikuti terus kisah Bianca dan Liam karena ini baru awal dari kisah mereka. hehe.