Mencintai seseorang yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tentunya sangat menyakitkan, apalagi setelah tahu kalau pria yang dicintainya ternyata sudah memiliki pujaan hati.
Yuk simak cerita selengkapnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresyst_lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9
‘’Bagaimana, apa kau menyukai filmnya?’’ tanya Kevin pada Naura, saat mereka selesai menonton. Sekarang mereka tengah menunggu makan malam, di salah satu restoran yang tak jauh dari mall tempat mereka menonton tadi.
‘’Bagus, tapi aku banyak menangis tadi.’’
‘’Filmnya cukup menyedihkan,’’ timpal Amel yang mendapat anggukan kepala dari Naura dan Hani. Kedua wanita itu setuju kalau film yang baru saja mereka tonton, cukup menyedihkan.
‘’Aku kasihan pada Rama, sudah banyak yang dilakukannya untuk Nadin, tapi tetap saja Nadin memilih kembali pada mantan pacarnya yang pernah menyakitinya itu.'' Hani memperlihatkan ekspresi sedihnya.
‘’Iya aku juga sama, kasihan banget si Ramah. Semoga kisah seperti itu hanya ada film dan nggak akan pernah menjadi kisahku,’’ timpal Naura yang sepertinya ingin kembali menangis, mengingat tragisnya kisah cinta Rama, tokoh utama dari film yang tadi mereka tonton.
‘’Kalian lebay banget sih. Itu bukan salah si Nadin, si Ramahnya aja yang bego, sudah tau si Nadin nggak suka, masih saja mau berkorban. Seperti nggak ada cewek lain saja,’’ celetuk Rezky yang tidak sepaham dengan tiga wanita itu.
‘’Lah, dia berkorban karena dia mencintai Nadin dengan tulus. Susah sih kalau nonton nya sama playboy cap kadal. Pesan moral dari film itu nggak bisa tersampaikan dengan benar jadinya. Buktinya nih …,’’ tunjuk Amel pada Rezky dengan nada kesalnya.
‘’Mungkin hanya kamu yang mengatakan kisah pasaran itu memiliki pesan moral,’’ jawab Rezky yang tidak mau kalah.
‘’Sudah … Sudah nggak usah dibahas lagi, wajar jika kalian memiliki pandangan yang berbeda. Jadi stop berdebatnya, kalian malah membuatku tambah lapar.’’ Kevin berucap sambil menutup mulut Amel yang sudah terbuka lebar dengan satu tangannya. Lebih baik menghentikan perdebatan, sebelum semakin panjang dan runyam, pikir Kevin yang sudah sangat mengenal karakter teman-temannya.
*****
‘’Loh Jo.’’ Bunda Citra menyambut kepulangan Jonathan dengan heran. Wanita itu melirik jam mewah di pergelangan tangannya. Masih jam setengah tujuh malam dan Jonathan sudah pulang? Keajaiban dari mana ini?
‘’Tumben Jo,’’ sambut sang ayah setengah mencibir. Pria paruh baya itu hanya melirik Jonathan sekilas dan kembali melanjutkan aktivitasnya, yang sedang menikmati drama keluarga kesukaannya.
Jonathan terus melangkahkan kakinya, tanpa tersinggung dengan sambutan ayah atau bundanya. Dia ingin segera membersihkan diri. Jonathan sengaja pulang cepat, karena mengingat kekesalan Naura semalam saat tahu dirinya pulang larut.
*****
‘’Loh Nau sama Hani mana Bun? Udah makan duluan?’’Jonathan bertanya dengan gaya cueknya, sambil menyendok lauk ke dalam piringnya.
‘’Oh mereka tadi izin ke mall dulu, katanya mau nonton sama teman-teman mereka.’’
‘’Oh gitu,’’ jawab Jonathan santai dan mulai memakan makan malamnya. Pria itu tidak terlalu mempermasalahkan, asal Naura dan Hani tidak pulang larut malam dan tidak keluar dengan teman pria mereka. Jonathan berpikir kalau kedua gadis kecilnya itu nonton berdua saja.
*****
‘’Cantiknya kedua putriku,’’ puji Bunda Cutra memperhatikan layar ponselnya yang sedang menampilkan postingan instagram terbaru Hani bersama dengan teman-temannya.
‘’Mana Bun, Ayah mau lihat,’’ pinta ayah yang juga ingin melihat. Kedua paruh bayah itu terlihat serius melihat beberapa foto yang diposting Naura dan Hani di akun instagram mereka masing-masing.
‘’Ngapan Bun-Yah?’’
‘’Nggak, cuma lagi lihatin postingan adik-adikmu,’’ jawab bunda memberikan ponselnya pada Jonathan yang duduk tidak jauh dari mereka.
‘’Ini?’’
‘’Itu teman-teman dekatnya Hani dan Nau, Jo.’’
‘’Jadi mereka menonton bersama pria-pria ini?’’
‘’Hhmm, memangnya kenapa Jo?’’
Jonathan tidak lagi menjawab. Pria itu berdiri dari duduknya dan masuk ke kamar untuk mengambil jaket dan kunci mobilnya, lalu kembali keluar dan langsung masuk ke dalam mobilnya.
‘’Yah ….’’
Ayahnya hanya mengangkat kedua pundaknya. Dapat menebak kemana Jonathan akan pergi. Tidak perlu ditanyakan lagi, Jonathan pasti akan menjemput Naura dan Hani.
‘’Dia tidak mungkin menjemput Hani dan Naura kan?’’ tanya bunda yang kembali tidak dijawab ayah. Pria paruh bayah itu malah berlalu meninggalkan bunda Citra yang masih termenung di pintu masuk rumahnya.
‘’Oh astaga aku harus menelpon Hani atau Nau sekarang.’’
*****
‘’Kenapa Bun?’’ tanya Hani dan Naura saat masuk ke rumah. Tadi bunda Cutra menyuruh mereka cepat pulang tanpa memberitahu alasannya.
‘’Nggak, Bunda kangen aja sama kalian.’’
‘’Ih Bunda, kirain ada apa tadi, bikin panik aja deh.’’
‘’Yaudah kalian cepat masuk, mandi terus langsung tidur,’’ suruh bunda saat mendengar mobil berhenti di depan rumah. Bunda yakin kalau itu mobil Jonathan.
‘’Ayo cepat Nau, Han.’’ Bunda setengah memaksa dan sedikit mendorong tubuh Dua gadis itu. Walau sedikit heran, mereka tetap mengikuti perintah bunda.
‘’Mana mereka Bun?’’ tanya Lucas begitu masuk ke rumah. Pria itu tau kalau Keisya dan Raisa sudah pulang, karena melihat mobil Raisa yang sudah terparkir di garasi mobil
‘’Siapa? Adik-adikmu?’’
‘’Iya, mana mereka?’’
‘’Mungkin sudah tidur Jo, tadi mereka buru-buru ke kamar karena katanya sudah mengantuk.’’
Tidak merespon ucapan bundanya, Jonathan melangkah menuju kamar Naura terlebih dulu. Beberapa kali mengetuk, pintu kamar Naura tak kunjung terbuka. Entahlah tumben Naura mengunci pintu kamarnya.
Lalu Jonathan melangkah menuju kamar Hani. Pintu kamar Hani juga terkunci dari dalam. Jonathan semakin kesal saja dengan tingkah laku dua gadis kecilnya itu. Jonathan berpikir keduanya sedang menghindar karena takut dimarahi.
‘’Bun mana kunci cadangan kamar Naura dan Hani?’’ pintanya pada bunda Citra yang sedang pura-pura ketiduran di ruang nonton.
Mau tidak mau, Jonathan mencari kunci cadangan itu sendiri, dia juga tidak tega membangunkan bundanya yang dipikirnya sedang tidur itu.
Hampir satu jam mencari, Jonathan belum juga menemukan kunci cadangannya. Hampir mau menyerah, tidak sengaja Jonathan melihat beberapa kotak kecil yang tersusun rapi di samping rak tv.
Pria itu tersenyum saat mendapati kunci cadangan di salah satu kotak itu. Buru-buru, Jonathan melangkah menuju kamar Naura terlebih dulu.
‘’Sudah tidur ternyata ….’’ Jonathan mengurungkan niatnya untuk memarahi Naura. Pria itu berbalik dan melangkan menuju kamar Hani. Jonathan melihat pemandangan yang sama lagi, Hani sudah terlelap dan tidak mungkin Jonathan tega membangunkannya, hanya untuk memarahinya.
‘’Tidurlah,’’ ucapnya mengusap kepala Hanu dan mencium keningnya terlebih dulu sebelum keluar dari kamar adik kandungnya itu.
Setelahnya dia kembali ke kamar Naura.
*****
Matahari mulai menampakan cahayanya, menembus cela tirai jendela kamar Naura. Wanita itu mulai terusik dari tidurnya. Perlahan dia membuka kedua mata cantiknya, dan ….
Hampir saja Naura berteriak, saat mendapati kak Jo-nya yang menyambut pagi harinya dengan tatapan melotot milik pria itu.
‘’Kak kau mengagetkanku.’’
‘’Kemana saja kalian semalam. Bukannya kakak sudah menyuruh kalian untuk tidak berteman dengan lawan jenis, kenapa tidak mendengar ucapan kakak Nau?’’
‘’Hhmm, itu kak, semalam kami hanya menonton film dengan beberapa teman kampus. Pulangnya nggak malam-malam benget kok.’’
‘’Lalu kenapa harus pergi dengan tiga pria ingusan itu? Itu bukan pacar kalian kan?’’
Dengan cepat Naura menggeleng. Gelengan yang disertai dua tangannya yang juga melambai di depan dadanya, seolah ikut menolak perkataan Jonathan tadi. ‘’Nggak kak, itu hanya teman kampus.’’
‘’Awas saja kalau kalian macam-macam. Ingat Nau, ini belum waktunya kalian memiliki kekasih. Belajarlah yang giat, setelah wisuda kakak janji tidak akan melarang kalian berpacaran. Tapi tetap saja, pria-pria itu harus lulus uji coba kakak dulu.’’
ditunggu ..
d tunggu lanjutannya 🙏🏻🙏🏻
waah bahaya nih 🤨
naura kamu harus tahan harga ya ke ka jo, biar jojonya yg usaha dptin hati kamu lagi nau 🤭🤭