Generation Sandwich, istilah yang sering di gunakan baru-baru ini. Mungkin sebagian ada yang menjadi pelakunya, ada juga yang menganggapnya hanya sebuah sudut pandang semata.
Tumbuh dan besar dari kalangan menengah kebawah menjadikan seorang gadis cantik bernama Hima Narayan kuat dalam menjalani kehidupannya.
Tanpa di ketahui banyak orang, nyatanya Hima menyimpan luka dan trauma tersendiri dalam hidupnya. Tentang pengkhianatan dan kekecewaan di masa lalu.
Ganindra Pramudya Suryawilaga : " Saat aku pikir kamu adalah rumah yang ku tuju. Tapi kamu justru menjauh saat aku ingin menggapai mu. Beri aku kesempatan sekali lagi Hima!"
Kehidupan keluarganya dan kisah cintanya tak pernah berpihak padanya. Akankah Hima menyerah dengan kehidupannya???? Lantas bagaimana dengan kisah cinta gadis itu?
Semoga para reader's kesayangan berkenan mampir, terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Flashback on
Empat tahun yang lalu....
Hima sedang menunggu kedatangan Nanda yang baru saja pulang bertugas di luar pulau. Dia sangat bahagia setelah beberapa bulan lamanya baru bisa bertemu lagi dengan kekasih hatinya yang sudah menjalin asmara sejak masih kelas dua SMP.
Lama sekali bukan?
Sore itu, Hima sudah duduk selama dua jam di salah satu taman kota dimana ia tinggal. Nanda mengatakan bahwa ia sudah ada di rumahnya sejak semalam.
Berhubung Hima baru pulang kerja, ia memilih menunggu di tempat biasa mereka bertemu. Nanda pasti akan ke sana tanpa di minta seperti sebelum-sebelumnya.
Tapi kali ini, Nanda tak bisa di hubungi. Dia menghubungi Venti--kakak Nanda. Tapi Venti bilang Nanda sudah pergi sejak sore.
Hati Hima mulai gelisah. Takut terjadi sesuatu pada pujaan hatinya itu.
Akhirnya, menjelang petang Hima pulang berjalan kaki menuju ke rumahnya. Mungkin terlalu drama, tapi hari gerimis turun meski tak terlalu deras.
Sebuah kotak kue berukuran kecil yang terbuat dari kertas pun basah dan hampir koyak. Kue anniversary juga kue ulang tahun Hima dan Nanda.
Dan gerimis kecil tadi berubah menjadi rintik hujan yang mulai besar. Hima akhirnya memilih untuk berteduh di salah satu halte.
Gadis itu menundukkan kepalanya menahan sedih dan khawatir sekaligus.
"Sebenarnya kamu di mana sih, Nda?", monolog Hima. Hujan sudah mulai reda, ia mencoba menghubungi Nanda lagi.
Dan di saat yang bersamaan, ia melihat Nanda yang sedang duduk di atas sepeda motornya di sebrang jalan. Hima akan menghampiri Nanda, tapi ia urungkan saat ia melihat ada seorang perempuan yang mendekati Nanda dengan senyuman merekah.
Gadis cantik berseragam putih khas seorang tenaga kesehatan.
Sambungan telepon Hima pun terhubung ke ponsel Nanda. Hima bisa melihat Nanda mengeluarkan ponselnya dari saku jaketnya.
[Hallo ,Ma?]
Nanda menyapa Hima dengan lembut.
[Hallo, di mana?]
[Di rumah depan rumah, Ma. Kenapa?]
[Kamu lupa sesuatu?]
Suara Hima mulai bergetar saat melihat gadis itu menaiki motor Nanda.
Hima bisa melihat Nanda tersenyum pada gadis yang duduk di belakangnya.
[Lupa apa ya?]
[Lupa hari ini kita ulang tahun, lupa anniversary kita?]
Nanda terdiam di atas sepeda motornya. Gadis cantik itu memeluk Nanda tepat di pinggangnya. Nanda bahkan mengusap punggung tangan gadis itu.
Air mata Hima meleleh tanpa bisa di cegah.
[Eum... sorry Ma, eum ...nanti...]
[Ngga usah!]
Mendengar suara Hima yang sedikit meninggi, Nanda turun dari sepeda motornya. Dia sedikit menjauh dari posisi semula.
[Kalau kamu jenuh dengan hubungan kita, kenapa tidak kamu akhiri saja secara baik-baik Nda. Bukan dengan cara seperti ini hiks ...hiks...]
[Kamu ngomong apa sih, Ma?]
[Aku benci sama kamu, Nda!]
Panggilan itu langsung terputus saat Hima mematikan ponselnya. Gadis itu menghapus kasar wajahnya yang di penuhi air mata.
Sungguh, pengkhianatan itu sangat menyakitkan bagi seorang Hima. Pergerakan Hima yang ada di seberang jalan menyadarkan Nanda bahwa kekasihnya ada di sana.
Tapi Nanda juga tak bisa meninggalkan gadis yang sudah duduk di motornya.
"Aku pergi sebentar ya, kamu di sini dulu!", kata Nanda pada gadis yang duduk di motornya.
"Kamu mau ke mana mas?", tanya gadis itu.
"Aku ada urusan, tolong tunggu di sini sebentar!", pinta Nanda. Setelah itu ia pun berlari mengejar Hima yang sudah berjalan menjauh.
Nanda menyeberang jalan dan melihat kue yang ada di halte dalam posisi yang tak terbentuk lagi. Mungkin Hima melemparkannya.
Nanda mengejar Hima yang belum terlalu jauh dari halte itu.
"Hima, tunggu sayang!!!", Nanda mengejar Hima yang terus berjalan tanpa menggubris panggilan Nanda.
"Hima!", Nanda menarik tangan Hima. Tapi gadis itu menepisnya dengan kasar.
"Dengerin aku dulu, Ma...!", kata Nanda pelan.
"Ngga ada yang perlu aku dengar Nda. Ngga ada! Mata ku masih normal melihat kamu sama cewek itu!", kata Hima.
"Dia cuma teman,Hima. Ngga lebih?!", kata Nanda menekan kedua bahu Hima.
"Teman? Teman apa yang peluk-pelukan? Kamu bilang di depan rumah? Rumah siapa! Bahkan aku sudah menghubungi mba Venti, kamu sudah pergi dari tadi sore."
Nafas Hima memburu karena meluapkan amarahnya.
"Hima...aku minta maaf, aku khilaf...!", kata Nanda tertunduk. Hima menghapus air matanya yang meluncur tidak sopan.
"Khilaf?", tanya Hima dengan senyum terpaksa.
"Aku minta maaf Hima, aku...!", Hima menyentak tangan Nanda yang menggenggam tangan Hima.
"Ternyata hubungan kita yang sudah sangat lama ini, ngga ada artinya apa-apa buat kamu Nda! Aku memang tak pernah sepadan sama kamu! Tapi bukan berarti kamu bebas menyakiti aku seperti ini, Nda! Kamu jahat!", Hima memukul dada Nanda.
Nanda sendiri tak melawan, ia membiarkan gadis mungil di depannya melampiaskan amarahnya.
"Aku benci sama kamu Nda! Aku benci!", kata Hima langsung meninggalkan Nanda begitu saja. Nanda juga terdiam penuh penyesalan.
Harus di akui, ia salah! Tak seharusnya ia bermain-main dengan perasaannya. Perkenalkan singkat dengan gadis yang ada di motornya membuat keduanya dekat karena sama-sama bertugas di tempat yang sama.
Awal nya Nanda hanya iseng, karena Hima lah yang akan di seriusi nantinya. Apalagi keluarga mereka sudah sama-sama dekat.
Sayangnya, kekhilafan Nanda menghancurkan semuanya.
Nanda memandangi punggung gadisnya yang menjauh. Nanda mengirim banyak pesan untuk kekasih hatinya itu. Walaupun ia tak yakin jika Hima mau membacanya atau tidak.
[Aku minta maaf Hima. Aku salah. Tolong beri kesempatan sekali lagi ,aku janji tidak akan pernah mengkhianati mu.]
[Selamat ulang tahun sayang ku Hima Narayan. I love you]
[Tolong, jangan pernah meminta ku untuk berpisah dengan mu, aku benar-benar cuma sayang sama kamu]
Nanda berjalan gontai menuju ke motornya lagi. Gadis berseragam putih itu tampak cemberut karena mungkin bosan menunggu Nanda sejak tadi.
Nanda berusaha tersenyum pada gadis cantik yang masih setia duduk di jok motornya.
"Maaf lama ya...!", kata Nanda. Gadis itu tak lagi cemberut usai mendengar permintaan maaf Nanda.
Nanda pun menaiki motornya lalu melajukannya dengan pelan. Entah karena pikirannya sedang kalut atau apa, lelaki gagah itu tak fokus dengan motornya.
Saat Nanda meminggirkan kendaraannya, tiba-tiba ada truk besar dari belakang menghantam kendaraan roda dua yang Nanda naiki.
Seketika itu juga, sepeda motor dan dua pengendaranya terlempar dan menghantam trotoar. Kencangnya benturan motor dan truk tronton itu juga membuat truk itu menabrak dinding pinggir jalan.
Sontak kecelakaan maut itu membuat lalu lintas mendadak rusuh. Apalagi suara klakson mobil yang bersahutan serta azan magrib juga gerimis semakin membuat suasana semakin sendu.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Bersambung....
Terimakasih
Kasih bonchap dong
mksh ya thor atas bacaannya yg luar biasa sukses trs dengan karya² baruy..love² buat ithor💖💖💖💖💖💖💖