Niat hati ingin memberikan kejutan di hari pernikahan. Hatinya hancur berkeping-keping di saat sang suami lebih memilih meninggalkannya di bandingkan bertahan di dalam pernikahan.
Pertemuannya Alex dengan wanita bernama Eliza menggoyahkan hati pria itu, padahal pria itu sudah beristri yang tak lain pelakor dalam hubungan Eliza.
Jerat pun mulai Eliza lakukan demi membalas rasa sakit yang dulu pernah Mauren lakukan.
Bagaimana kisah mereka bertiga? akankah hubungan Eliza dan suami orang diresmikan atau justru karma Eliza tuai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 - Menyalahkan
Vicky tertegun mendengar anak yang dikandung Eliza tiada. Seketika rasa sesak menghampiri dadanya tidak percaya jika benih yang ia tanam sudah hilang dari rahim istri pertamanya.
"Iya, tiada dan itu artinya kamu bebas memiliki anak dari wanita yang kamu cinta itu, kamu pun tidak perlu bertanggung jawab atas anak tersebut," ujar Eliza dingin menatap kosong wajah pria yang sudah memberikan luka yang sampai kapanpun tidak mungkin bisa di lupakan.
Sarah merangkul Eliza memberikan kekuatan agar wanita itu kuat menghadapi kenyataan dan tidak pernah merasa sendiri jika dirinya akan selalu ada di samping sahabatnya.
Entah kenapa hati Vicky sakit mendengar anaknya tiada. Meski ia tidak mengakui cintanya kepada Eliza karena terhalang kisah masalalu bersama Mauren. Namun Vicky tak bisa mengelak jika hati kecilnya senang mendengar Eliza hamil. Tapi kini, anak itu sudah tiada dan menyisakan rasa pilu serta sesak di hati dan di dada.
"Ayo, Eliza. Kita pergi dari sini." Sarah mengajak Eliza sedikit menyeret tubuhnya, Eliza tersadar dan mengangguk.
"Kamu jangan bohong, Eliza. Tidak mungkin anakku tiada secepat itu, kamu pasti yang membunuhnya?" pekik Vicky berbicara asal membuat mereka yang masih ada di sana kaget seorang ayah menuduh ibunya membunuh.
Begitupun dengan Eliza dan Sarah terkejut Vicky memiliki pemikiran seperti itu. Tidak sedikitpun Eliza menginginkan anaknya tiada, tidak terbesit keinginan untuk membunuh darah dagingnya sendiri, justru Eliza begitu senang mengetahui dirinya hamil. Jika Vicky tidak ingin mengakui dan tidak mau mengurusnya pasti Eliza akan tetap membesarkan buah hatinya.
Eliza mengepalkan tangannya marah atas apa yang Vicky ucapnya. Tidak bisakah Vicky berempati sedikit saja atas kehilangan yang menyakitkan? Tidak bisakah Vicky tidak membuatnya semakin terluka saja? Perkataan Vicky sungguh membuat Eliza marah dan semakin membenci pria itu.
Dia kembali menoleh memberikan tatapan kecewa penuh kebencian.
"Kamu bilang saya pembohong? Kamu bilang saya yang membunuh darah daging saya sendiri? Justru kamulah pembohong, Vicky!" teriak Eliza melemparkan pas bunga kecil yang kebetulan ada di sampingnya.
Prang!!
"Karena ulahmu dan dia anakku tiada, karenamu dan wanita itu hidupku kacau, Vicky. Kamu puas? Kamu puas sudah memberikan luka sekaligus merenggut apa yang saya punya? Lihat ini!" Eliza menunjuk kepalanya sendiri, bahkan dia melepaskan kasa yang ada di keningnya menunjukan luka jahit yang cukup besar dan memar akibat benturan keras yang ia alami saat kepalanya tak sengaja terbentur batu runcing.
Mauren tersenyum miring mengetahui Eliza keguguran, dialah yang paling senang atas kabar ini dan itu artinya Vicky tidak memiliki keturunan dari Eliza dan kemungkinan semua harta tidak akan di bagi jika kelak ia memiliki anak dari Vicky.
"Ini bukti luka yang saya alami akibat kecelakaan itu. Untuk apa saya berbohong dan saya tidak pernah membunuh anak saya sendiri."
"Vicky, meski Eliza tidak hamil, kan kamu bisa memiliki anak dariku." Mauren mendekati Vicky merangkul lengannya serta mengusap lembut lengan tersebut.
Vicky menoleh, "Kamu benar, Mauren. Kamu bisa hamil anakku dan aku tidak perlu lagi bertanggungjawab atas anak Eliza." Sungguh di luar dugaan Eliza dan mereka yang masih ada di sana.
Jawaban Vicky sungguh keterlaluan, tidak memiliki perasaan dan sangat tidak punya hati. Eliza pun di buat geleng kepala tidak menyangka Vicky sebrengsek dan sebejad itu tidak memiliki hati nurani. Tidak ada lagi air mata yang keluar dari mata Eliza seakan tidak sudi menangisi perselingkuhan keduanya.
"Mending kita pergi dari sini, Eliza. Mereka sungguh tidak punya hati dan keterlaluan. Percuma kau berkata jika keduanya tidak memiliki perasaan, menjijikkan." Sarah membenci keduanya. Dia sangat bersyukur Eliza bisa lepas dari pria seperti Vicky.
"Kamu benar, Sarah." Eliza tidak memperdulikan lagi keduanya. Dia dan Sarah langsung saja pergi tanpa menengok lagi kebelakang.
Berbeda dengan para tamu yang masih hadir dan penasaran atas kisah mereka bertiga. Namun kini, ada satu orang yang melemparkan bekas minuman ke arah Mauren sampai wanita itu terkejut kaget sebab mengenai wajahnya.
"Aaawww... siapa yang sudah berani melempar saya, hah? Tidak sopan sekali kalian!" teriak Mauren tidak terima dan ingin memarahi orang itu.
"Saya!" jawab suara seorang wanita tergesa mendekati Mauren dan Vicky.
Plak...
"Dasar murahan, pelakor, beraninya kamu merebut suaminya Eliza. Dan kau Vicky, tidak punya perasaan memperlakukan Eliza seperti itu. Kalian berdua tidak pantas hidup, lebih baik kalian mati saja!" pekik salah satu wanita menatap benci kedua orang yang sedang duduk di kursi pelaminan.
Vicky terkejut melotot mengetahui siapa orang itu. Jantungnya berdetak kencang di saat mata wanita itu menatap tajam penuh amarah.
"Nenek!" gumamnya baru menyadari kehadiran neneknya, keluarga satu-satunya yang Vicky miliki. Orang yang mendukung pernikahan dia dan Eliza, orang yang tidak ia undang karena takut jika neneknya marah dan serangan jantungnya kumat.
Mauren menoleh terhenyak, "Nenek?! Dia nenek kamu, Vicky?" setahunya Vicky hidup sendiri, setahunya Vicky tidak memiliki keluarga.
"Kamu bilang tidak memiliki siapapun lagi, tapi kenapa kamu bilang nenek kepada wanita tua renta itu?" Mauren bertanya saking penasarannya dan ingin tahu pasti siapa wanita tua itu.
"Oh, jadi kamu tidak mengakui nenek tua ini? Jadi kamu menyembunyikan saya kepada selingkuhanmu itu? Dasar cucu durjana, saya menbesarkanmu penuh kasih sayang tapi kamu tidak mengakui. Dasar cucu kurang ajar, kamu berselingkuh dari wanita baik seperti Eliza dan memilih wanita bekas seperti dia?" pekiknya marah terhadap tindakan Vicky di luar batas dan dugaan. Bahkan tangannya susah memegangi dada dengan nafas memburu menahan rasa sesak yang kian mendera.
"Cukup nenek tua!" bentak Mauren tak ingin lagi dipermalukan seperti ini dan tidak mau terus-terusan disalahkan. Karena menurutnya Vicky lah yang salah mudah tergoda oleh orang lain dan lebih memilihnya.
Vicky terkejut "Kenapa kamu membentak nenekku? Bisakah sedikit saja sopan kepada orang yang lebih tua?" Dia tidak terima Omanya di bentak orang lain meskipun itu istrinya sendiri.
"Kenapa? Dia sudah keterlaluan, Vicky. Disini kamu yang terus mendekatiku dan bilang kalau kamu masih mencintaiku dan tidak mencintai istrimu. Tapi orang-orang menilai aku lah yang menggodamu. Aku hanya datang padamu di saat aku dalam keadaan terpuruk atas rumah tangga, tapi kau justru memberikan sebuah kenyamanan, perlindungan, dan kamu masih bilang cinta padaku." Tentu saja Mauren akan membela diri dan tidak mau di salahkan atas semuanya.
Meskipun diri nyalah yang memulai duluan mendekati Vicky dan merayu Vicky, tapi Mauren tidak ingin membongkar itu. Sudah cukup Eliza membongkar kelakuan keduanya dan ia tidak ingin lagi di permalukan oleh nenek tua ini.
"Kamu!" Vicky menunjuk geram Mauren yang memutar balikkan fakta. "Kamu yang lebih dulu datang padaku menangis meminta balikan atas nama cinta. Kamu juga merayuku dan menggodaku atas nama cinta dan sekarang kamu bilang aku yang memulai duluan merayumu?" Vicky tidak percaya Mauren berbohong demi melindungi dirinya sendiri. Padahal kenyataannya Mauren yang lebih dulu datang kepadanya menyerahkan segalanya demi cinta. Tentu perlahan Vicky mulai goyah dan terbelenggu dalam kisah masalalu yang belum kelar.
Kini keduanya mulai bersitegang saling menyalahkan atas tindakan keduanya. Mereka sama-sama tidak ingin mengalah karena mereka merasa sama-sama benar. Pertengkaran pengantin baru pun di perhatikan orang yang ada di sana.
Sedangkan neneknya Vicky semakin merasakan sakit di dada namun dia berusaha keras untuk tidak terlihat sakit.
"Kamu lihat nenek, dia tidak mau mengakui kesalahannya dan melemparkan kesalahan padaku. Padahal dia sudah salah dan semua berawal dari dia yang tidak pernah bisa setia pada istrinya." pekik Mauren memejamkan mata saking marah di perlakukan seperti ini di hadapan semua orang. Ya, dia malu, dia tidak menyangka akan seperti ini kejadiannya. Dia pikir jika Eliza sudah pergi jauh dan tak kembali tapi nyatanya datang mengacaukan semuanya.
"Cukup!" pekik nenek tak sanggup lagi menahan sakit di dada. Dia semakin erat memegangi dadanya tak kuat lagi.
"Nenek!" Vicky terkejut neneknya kesakitan. Ini lah yang ia takutkan. Vicky segera menangkap tubuh tua renta itu di saat tubuhnya ingin jatuh.
"Ka-kalian keterlaluan..."
"Nenek!!"