Di usianya yang masih muda dia dinyatakan tidak bisa berkultivasi, semua orang menyebutnya sebagai sampah, pecundang. Tapi siapa yang mengira, setelah menjalani hidup di bawah bayang bayang hinaan dan makian selama bertahun-tahun dia akan mendapatkan sebuah berkah.
Menemukan sebuah peninggalan yang mengubah seluruh jalan hidupnya, peninggalan dari sesosok yang kemudian ia anggap sebagai guru.
Selalu berusaha menjadi lebih kuat, demi mempertahankan yang namanya keluarga. Melindungi orang tua dan juga orang terkasihnya.
Ini adalah perjalanan pemuda Klan Zhou, bernama Zhou Fan. Dengan pedang pusaka di punggungnya yang ia temukan di makam kuno, dia mengarungi dunia kultivator. Mulai mengukir namanya sebagai Legenda Petarung.
Pantengin terus kisah perjalanan Zhou Fan menuju puncak, jadilah saksi sebuah legenda tercipta...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter... 7 : Perjalanan
Satu minggu kemudian....
Terlihat seorang pemuda tampan yang sedang sibuk mempersiapkan keberangkatannya menuju tempat pelatihan, dia sudah bersiap dari seminggu yang lalu setelah ia mendapatkan izin dari kedua orang tuanya.
Terlihat dari ekspresi wajahnya yang terlihat senang, seolah sudah tidak sabar untuk memulai pelatihannya.
Dia membawa persediaan air dalam wadah berupa tong yang jumlahnya mungkin ada sekitar ratusan tong yang penuh dengan air dan ia menyimpan tong tong tersebut di dalam cincin penyimpanan.
Begitupun dengan persediaan makanan, ia juga memasukannya kedalam cincin penyimpanannya tapi untuk persediaan makanan ia hanya membawa sedikit, karena ia bisa mencukupi kebutuhan makanannya dengan memakan daging beast dan buah buahan yang ada di hutan mati.
Dia melakukan persiapannya sambil bersenandung senang, entah apa yang sedang dinyanyikan olehnya sampai sampai terlihat begitu fasih.
Mungkin dikarenakan terlalu menikmati nyanyiannya, ia sampai tidak menyadari kedatangan seseorang.
Pemuda itu terus bernyanyi sampai terdengar suara seseorang di sampingnya.
"Apakah sebegitu senangnya kau pergi meninggalkanku Fan'er?"
Zhou Fan seketika mengarahkan pandangannya ke sumber suara dan ia menemukan seorang wanita paruh baya sedang menatap sedih kearahnya.
"Ah ibu, bukankah kita telah membicarakannya seminggu yang lalu dan ibu telah setuju untuk memberikanku waktu satu tahun untuk berlatih di hutan mati," ucap Zhou Fan pada wanita paruh baya yang berada di sampingnya.
Zhou Fan tidak mungkin untuk membatalkan niatannya untuk pergi ke hutan mati, ia sudah sangat menantikan petualangan seperti apa yang akan ia temui di hutan mati.
"Bukannya ibu tidak mau untuk memberikanmu izin, hanya saja ibu tidak ingin terjadi sesuatu pada anak ibu satu satunya," ujar Zhou Qian yang masih enggan melepas anaknya untuk pergi ke hutan mati.
"Apa ibu tidak mempercayai anakmu ini?" tanya Zhou Fan pada ibunya sambil menatap wajah ibunya.
"Aku tidak mungkin melakukan ini jika aku tidak mampu," ucapnya lagi dengan wajah serius.
"Baiklah ibu percaya, kau pasti sudah mempertimbangkan keputusanmu," Zhou Qian mengatakan dengan pasrah, lalu ia berjalan keluar kamar Zhou Fan masih dengan wajah tersedu.
Dalam beberapa hari terakhir Zhou Qian selalu menemui anaknya itu, hanya untuk mencoba membujuk anaknya agar membatalkan niatannya.
Terlihat seutas senyum terukir di wajah Zhou Fan setelah mendengar ucapan ibunya, meskipun hanya seutas senyuman tipis para gadis yang melihatnya pasti akan salah tingkah, seakan akan ia telah melihat surga dunia.
Setelah menyelesaikan persiapannya Zhou Fan memutuskan untuk segera berangkat,
ia pun menemui kedua orang tuanya untuk berpamitan.
Akhirnya Zhou Fan menemukan kedua orang tuanya, yang ternyata tengah berada di halaman belakang, sedang duduk santai dengan di temani secangkir minuman di sebelahnya.
"Ayah, Ibu ternyata kalian ada disini, aku sudah mencari kalian di dalam kediaman selama puluhan menit, tapi kalian malah asik berduaan disini," keluh Zhou Fan dengan wajah cemberut.
Zhou Fan sudah berkeliling kediamannya hanya untuk mencari kedua orang tuanya fan ia menemukan keduanya tengah bersantai berduaan.
"Ada apa, kenapa kau mencari ayah dan ibu?" bukannya menanggapi kekesalan anaknya, Zhou Hu malah bertanya maksud Zhou Fan mencari mereka.
Zhou Fan yang teringat akan tujuannya pun tidak jadi kesal, ekspresinya sekarang terlihat semangat.
Kemudian ia memberitahu maksud tujuannya mencari mereka adalah untuk berpamitan.
" .... Aku akan berangkat sekarang," ucap Zhou Fan mengakhiri penjelasannya.
Zhou Hu dan Zhou Qian yang melihat perubahan ekspresi anaknya pun hanya bisa memutar mata jengah.
Tapi Zhou Qian sedikit terkejut mendengar ucapan terakhir anaknya, meskipun ia tahu anaknya akan pergi.
"Apakah tidak sebaiknya berangkat besok saja Fan'er," cegah Zhou Qian yang masih berusaha menahan kepergian anaknya.
"Semakin cepat aku berangkat semakin cepat pula aku kembali, bukankah begitu ibu?" jawab Zhou Fan sambil menoleh ke arah ibunya, tekadnya untuk pergi ke hutan mati sudah bulat.
"Sudahlah istriku, kau tidak akan bisa mempengaruhi keputusan yang telah dibuat oleh anakmu yang memiliki tekad seperti ayahnya," ucap Zhou Hu bangga dengan menegakkan sedikit tubuhnya.
Zhou Qian yang mendengar ucapan suaminya, dia melirik sengit, kemudian mendengus kesal.
Mau tidak mau Zhou Qian harus melepas kepergian putranya dengan senyum, ia tidak akan melepas kepergian putranya dengan wajah sedih atau pun khawatir itu akan
buruk jika membuat anaknya pergi dengan membawa beban pikiran, pikir Zhou Qian.
Zhou Fan pun pergi meninggalkan kedua orang tuanya itu setelah menyelesaikan upacara perpisahan singkat tadi.
Setelah kepergian Zhou Fan, Zhou Hu memperhatikan wajah istrinya yang terlihat sedih.
"Sudah tidak perlu bersedih," ucap Zhou Hu yang mencoba untuk menghibur istrinya.
"Tidak, aku tidak sedih. Hanya saja aku merasa setahun ini akan merasa kesepian," bantah Zhou Qian pada suaminya.
"Aku tahu supaya kau tidak kesepian!" Celetuk Zhou Hu yang mendapat tanggapan cepat dari Zhou Qian.
Mengerti lirikan istrinya, Zhou Hu berkata sembari mendekatkan dirinya, merangkul Zhou Qian dari belakang.
"Bagaimana?" Zhou Hu berpikir istrinya sudah tahu mengarah kemana pikirannya.
"Huh... Lupakan saja!" Zhou Qian melepaskan rangkulan suaminya, mendengus kesal, kemudian berlalu meninggalkan Zhou Hu sendirian.
Huft...
Zhou Hu menghela nafas kecewa, matanya memandang punggung Zhou Qian yang sesaat kemudian tak terlihat karena wanita paruh baya itu berbelok, masuk ke dalam ruangannya.
***
Di sebuah jalanan desa Giok, terlihat Zhou Fan tengah berjalan cepat, dia nampak bersemangat untuk menuju ke tempat tujuannya, arah jalan yang dilaluinya mengarah ke sebuah desa bernama desa permata.
Desa Permata adalah desa yang terletak di antara Desa Giok dengan hutan mati, desa ini berbatasan langsung dengan hutan mati dan desa ini juga merupakan daerah kekuasaan Klan Zhou.
Dari Desa Giok ke hutan mati membutuhkan waktu sekitar satu hari jika tidak beristirahat ketika dalam perjalanan.
Setelah sampai di Desa Permata Zhou Fan memutuskan untuk singgah di salah satu rumah makan yang ada di sana.
Zhou Fan memasuki rumah makan yang terlihat sangat mewah yang diperuntukkan untuk para kultivator dan para anggota klan di Desa Permata.
Di daerah kekuasaan Klan Zhou selain di Desa Giok yang menjadi desa khusus Klan Zhou, tiga desa itu terdapat beberapa klan kecil.
Begitupun dengan desa permata, di desa ini juga terdapat beberapa klan, antara lain Klan Chu, Klan Zhu, dan Klan Thu.
Meskipun tergolong klan kecil, mereka juga memiliki pengaruh di desa permata.
Saat Zhou Fan memasuki rumah makan itu,
semua pengunjung yang sedang berada di rumah makan itu pun memperhatikan Zhou Fan, karena mereka tidak dapat melihat tenaga dalam di dalam tubuh Zhou Fan.
Mereka berfikir, Bagaimana bisa seorang yang bukan kultivator berani memasuki rumah makan yang di peruntukkan untuk para kultivator dan anggota klan yang ada di Desa Permata.
Melihat banyak orang yang memandangnya rendah, Zhou Fan pun mengambil tanda pengenal Klan Zhou dan memainkannya dengan sesekali melemparkannya keatas.
"Ingin mempermalukan tuan muda ini, kau pasti bercanda!"
Dan itu pasti putri tuan kota, awalnya aja marah2 tapi cuma modus untuk menutupi rasa malu ngintip cowo mandi ... SIAPA YG CABUL...???