Karya ini murni karangan author sendiri ya guys 😘 maaf bila ada kesamaan nama tokoh, atau banyak typo 🙏
Karya ini lanjutan dari novel "Ku Penuhi Janjiku"
Kisah percintaan Bara dan Gala yang cukup rumit, rasa enggan mengenal yang namanya 'CINTA' membuat Bara memutuskan untuk menyendiri dan fokus bekerja.
akankah Bara menemukan cinta yang bisa menggetarkan hatinya?
Apakah Gala dapat menemukan kembali belahan jiwanya yang mampu menyembuhkan lukanya?
Yuk, simak terus ceritanya sampai habis ya😘
HAPPY READING 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamzah Murka
Hamzah keluar dari kamar Alea, dia meminta bantuan Bara untuk mengompres pipi adiknya. Ia keluar di temani Gala, dengan wajah memerah menahan emosinya, Hamzah melajukan mobilnya menuju suatu tempat yang bisa menyalurkan emosinya.
"Loe mau kemana nih?" Tanya Gala.
"Hajar anak orang. Semarahnya gue, gak pernah gue main tangan sama adek gue sendiri." Emosi menguasai dirinya, terlebih lagi perilaku Jena membuatnya semakin naik pitam.1
Gala hanya mengikuti kemana langkah Hamzah membawanya.
*
*
Bara mengambil air dan juga kain yang akan ia gunakan untuk mengompres pipi Alea, ia duduk dibawah kasur Alea menatap sejenak wajah cantik dan putih bersih itu. Tangannya menempel di pipi Alea, ia mengusap bekas kemerahan di pipi Alea dengan lembut tanpa membuat Alea terusik.
"Apapun sedihmu, apapun lukamu. Biarkan aku yang akan menggantinya dengan kebahagiaan, aku tidak menyangka di balik wajah cantik ini ternyata memiliki luka yang cukup serius. Aku akan menjagamu, meskipun kita baru bertemu untuk yang pertama kalinya, tapi kau sudah menggerakkan hatiku yang sebelumnya tak pernah terisi oleh siapapun." Gumam Bara.
Dengan telaten, Bara mengompres pipi Alea sambil menikmati pemandangan indah di depannya. Karena lelah setelah menonton konser, Bara tertidur dengan posisi bersandar di bawah kasur Alea.
*
*
Hamzah memarkirkan mobilnya di sebuah rumah yang cukup besar, dengan wajah dinginnya ia berjalan menuju rumah tersebut. Di ketuknya pintu dengan cukup keras, tak lama kemudian seorang laki-laki keluar membukakan pintu, dan..
Bughhh..
Sebuah bogeman mentah mendarat di pipi pria tersebut, Hamzah berjongkok menarik kerah pria yang tak lain adalah Bagas.
"Berani loe nampar adek gue?! Loe tahu siapa gue! Seujung kuku pun gue gak pernah nyakitin Alea, hanya karena cewek loe yang gak bisa jaga mulutnya. Ingat ini baik-baik! Loe berdua gak tahu apa-apa tentang kehidupan keluarga gue, jadi jangan pernah sekalipun ikut campur." Geram Hamzah.
Bughhh..
Hamzah kembali melayangkan pukulan pada Bagas, tampak Bagas melakukan perlawanan sampai ia berhasil berdiri. Gala pun ikut emosi melihat wajah Bagas, apalagi ia mendengar cerita Alea saat Hamzah memeluknya.
PLAKKK..
Gala menampar wajah Bagas dengan cukup keras, sudut bibir Bagas mengeluarkan darah segar. Orangtua Bagas keluar dari dalam rumahnya, mereka nampak terkejut melihat anaknya sudah babak belur.
"Astagfirullah!!" Pekik ibu Bagas.
"Ada apa ini?" Tanya ayah Bagas.
"Tanyakan saja padanya." Jawab Hamzah dingin.
Bagas diam tanpa bersuara barang sepatah kata pun, dia mengakui bahwa dirinya salah. Ibu Bagas segera menghampiri putranya, dia menangkup wajah Bagas yang sudah babak belur karen sentuhan Hamzah dan juga Gala.
"Jika tidak bisa menghargai wanita, setidaknya jangan pernah sakiti perasaan dan fisiknya. Kau itu seorang pria, memiliki seorang ibu. Apa jadinya kalau aku yang menyakiti fisik ibumu, apa kau juga akan marah?" Ucap Gala.
"Apa maksudnya ini, Bagas? Katakan pada ayah!" Desak Acep.
Bagas tetap diam seribu bahasa, dia menundukkan kepalanya tak berani menatap sang ayah yang tengah berbicara padanya. Pengecut, itulah sebutan yang pantas untuk Bagas.
"Kalau putramu tidak bisa menjawabnya, biar aku yang menjawabnya. Putra kebanggaan kalian ini sudah menampar wajah adik perempuanku, demi membela kekasihnya yang salah ia sampai hati menyakiti adikku." Ucap Hamzah dingin.
Tak hanya sampai disitu, Hamzah juga menceritakan kejadian yang Alea sampaikan padanya secara gamblang di hadapan kedua orangtua Bagas.
"Apa?! Benar apa yang di katakan olehnya, Bagas? Apa kau tidak pernah diajarkan untuk menghargai seorang wanita oleh ayahmu ini? JAWAB!" Geram Acep.
"Maaf." Satu kata yang lolos dari bibir Bagas.
Siti tak percaya anaknya bisa sampai tega melakukan itu semua, Acep mengepalkan tangannya dengan kuat dan juga menatap nyalang pada Bagas.
"Karena perempuan manja itu kau menjadi pengecut seperti ini? Gadis mana yang sudah kau sakiti? Apa dia Alea?" Cecar Acep.
"I-iya, ayah." Jawab Bagas lirih.
"Bajingan. Kau tega melukai gadis sebaik Alea, hah?! Dia sudah melakukan banyak hal untukmu, apa kau lupa disaat kami tidak ada bahkan dia yang merawatmu dengan tulus, kemana para kekasihmu yang kau bela dan banggakan itu? Aku tidak pernah mengajarkan kau menjadi seorang pengecut, lebih tidak menyangka lagi kau melakukannya pada Alea. Ayah akan menarik semua fasilitasmu, itu hukuman bagimu karena kau tidak kekurangan membuatmu gelap mata." Ucap Acep dengan tegas.
Siti tidak banyak bicara, dia hanya menatap sang putra dengan raut kekecewaan. Bagas hanya pasrah menerima semua yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya saat ini, selain menampar Alea dia bahkan ikut menghinanya.
Hamzah mengajak Gala pergi dari rumah Bagas, dia masuk kedalam mobil dengan emosi yang masih tersisa dalam dirinya. Tidak puas jika hanya menghajar Bagas, dia melajukan mobilnya menuju rumah Jena yang tentunya dia tahu dimana letaknya.
15 menit berlalu.
Hamzah keluar dari dalam mobil dengan emosi yang berapi-api, dari kejauhan dia melihat Jena yang tengah tertawa dengan teman-temannya. Disana juga ada seorang pria paruh baya yang tengah keluar membawa kunci mobil, Hamzah sangat tahu siapa pria paruh baya itu dan dia sama sekali tidak memperdulikannya.
"JENA!" Suara bariton Hamzah membuat semua orang yang tengah asyik mengobrol menatapnya secara bersamaan, wajah Jena terlihat memucat kala melihat siapa yang datang.
'Waduh, pasti si Alea ngadu ke abangnya ini.' Batin Jena ketar-ketir.
Sreeett..
Hamzah menarik lengan Jena dengan kasar sampai ia terhuyung ke depan, tatapan tajam Hamzah tak lepas dari Jena. Pria paruh baya yang tak lain adalah Abian, ayah kandung Hamzah dan Jena menatap bingung kearah Hamzah.
"Kenapa kau menyeretnya nak? Apa salah keponakanku?" Tanya Abian.
PLAK..
"Berani loe hina mama dengan mulut sampah loe! Gara-gara loe, pipi mulus adek gue di tampar sama bajingan pacar loe itu. Kalo sampai loe berani usik adek gue, habis loe di tangan gue sendiri!" Berang Hamzah.
"Hey,Jena ada apa ini? Katakan pada paman nak." Desak Abian penasaran.
Flashback
Saat Alea menghindar dari Jena dan Bagas, di saat itu pula Jena tidak terima di bentak oleh Bagas dan menyalahkan Alea.
"Gara-gara loe lea, Bagas jadi berani bentak gue." Sewot Jena.
"Berisik." Ucap Alea cuek.
Jena langsung bergegas menghampiri Alea, dia mengacak-acak alat tulis Alea dan merobek hasil tugasnya. Melihat itu Alea pun lantas berdiri menatal nyalang pada Jena, semua hasil kerja kerasnya di hancurkan oleh Jena.
"Pantes aja om Abian lebih milih tante Mala daripada ngurusin hidup loe, orang anaknya sama begonya sama ibunya. Saking begonya ibu loe, dia rela ngasih jantungnya buat tante Mala cinta pertama om Abian." Ucap Jena sinis.
Alea mengepalkan tangannya, wajahnya sudah memerah menahan tangisnya karena ucapan Jena. Jika sudah membahas masa lalu, hati Alea merasa tercabik di sertai luka yang sudah mulai ia tutup rapat kembali menganga dengan sempurna.
PLAK..
"ALEA!" Pekik Bagas.
Bagas segera menghampiri Jena dan juga Alea, dia tidak terima Jena di tampar oleh Alea sampai sudut bibirnya mengeluarkan darah.
PLAK..
Bagas yang ikut tersulut emosi membalas apa yang di lakukan oleh Alea, dia menampar Alea dengan tangannya sendiri.
"BAGAS!" Pekik ketiga teman Alea.
"Gue gak nyangka loe ringan tangan sama sesama perempuan Alea, gue tahu loe suka sama gue dan terus ngejar gue selama bertahun-tahun. Bener apa yang di katakan oleh Jena, wanita yang berasal dari keluarga berantakan hasilnya pasti akan kurang ajar! Cinta gak bisa di paksakan Alea, gue sama sekali gak cinta sama loe. Camkan itu!" Tekan Bagas.
"Dasar pengemis!" Hardik Jena.
"Bodoh. gue gak sudi punya cewek yang bisa jalan sana-sini sama cowok lain, gue juga yakin kalo loe ada something sama temen-temen cowok loe itu. Dasar murahan!" Hina Bagas. Ia terus melontarkan kata-kata hinaan pada Alea, Alea terkenal humble dan mudah berbaur dengan yang lainnya termasuk siswa. Hal itu yang membuat Bagas tidak mau menerima cinta Alea, dia tidak suka wanitanya berbaur dengan lelaki lain.
Bugh..
Ajat melayangkan bogeman di wajah Bagas, Jena menarik tangan Bagas menjauh dari Ajat.
"Loe keterlaluan gas, loe buta apa tuli sih? Loe belain yang udah jelas-jelas salah dan loe juga lontarin hinaan sama orang yang udah banyak bantuin di kala susahnya loe, loe terima kalo orangtua loe dihina dan dikatain bego sama orang yang sama sekali gak punya otak? Loe pernah bilang ke gue gak bakalan bales perasaan Alea karena dia dari keluarga yang berantakan, gue bahkan sangat bersyukur Alea gak jadian sama cowok ringan tangan kayak loe!" Marah Ajat.
"PERGI DARI RUMAH GUE!" Teriak Leona mengusir keduanya untuk angkat kaki dari rumahnya.
Sreett..
Mutiara menarik rambut Jena dengan kuat sampai ia merintih kesakitan, walaupun mereka pernah bersahabat tidak membuatnya merasa kasihan dengan apa yang dilakukannya saat ini.
"Loe udah ganggu kerkom kita, loe juga udah bikin sahabat gue kembali membuka luka lamanya. Asal loe tahu ya, yang bego tuh si MALAPETAKA. Tante yang loe banggain ke semua orang itu penjilat, bahkan dia rela misahin anak dan istrinya om Abian demi dirinya sendiri. Kalo loe di posisi Alea, loe juga bakal ngerasain sakitnya dan gak mungkin berani buat hina kek gini." Mutiara mendorong tubuh Jena sampai terjatuh, nafasnya naik turun menahan amarahnya agar tidak menyakiti terlalu jauh dan berakibat fatal pada dirinya sendiri.
Bagas menarik tangan Jena sampai ia terseok-seok, mereka berdua pergi meninggalkan rumah Leona. Ketika Bagas dan Jena pergi, disaat itu pula Alea menumpahkan tangisnya. Ketiga sahabatnya mencoba menenangkan Alea, mereka yang tahu bagaimana kehidupan Alea pun ikut merasakan sakitnya.
Flashback off