6 tahun mendapat perhatian lebih dari orang yang disukai membuat Kaila Mahya Kharisma menganggap jika Devan Aryana memiliki rasa yang sama dengannya. Namun, kenyataannya berbeda. Lelaki itu malah mencintai adiknya, yakni Lea.
Tak ingin mengulang kejadian ibu juga tantenya, Lala memilih untuk mundur dengan rasa sakit juga sedih yang dia simpan sendirian. Ketika kejujurannya ditolak, Lala tak bisa memaksa juga tak ingin egois. Melepaskan adalah jalan paling benar.
Akankah di masa transisi hati Lala akan menemukan orang baru? Atau malah orang lama yang tetap menjadi pemenangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Sedikit Tersiksa
Lengkungan senyum terukir ketika mengingat wajah Brian yang begitu khawatir kepadanya. Semenjak pertemuan pertama dengan Brian, ada hal yang membuatnya tertarik pada sosok dingin dan datar itu. Wajahnya yang tegas dan auranya yang begitu kuat membuatnya teringat pada satu sosok yang amat dia kenal, Daddy Aksa.
Bayang wajah Devan semakin hari semakin memudar. Walaupun mereka bertemu setiap hari, tapi Lala sudah mulai merasa biasa saja. Dengan gosip yang masih dia dengar pun dia sudah tidak peduli.
Setiap malam sebelum tidur dia pasti membaca buku psikologi yang dia beli. Banyak ilmu yang dia dapatkan. Lalu, dia terapkan.
Sebenarnya, Lala bisa saja berkonsultasi gratis kepada sang Tante, Mami Aleena. Namun, dia tidak mau membuka luka lama tantenya bersama sang mama. Jika, masih ada sang baba sudah pasti kakeknya-lah yang akan menjadi tempat luapan perasaannya. Sayangnya, hanya sebuah nisan yang bisa Lala ajak bicara.
Alhasil, Lala mencoba mencari jalan keluar sendiri. Dan perlahan dia bisa sedikit demi sedikit melupakan serta mengikhlaskan.
Beda halnya dengan Devan, semenjak dia melihat Lala dan Brian di mall gairah hidupnya mulai berkurang. Dia merasa tidak rela Lala tertawa dengan lelaki lain.
"Setahu gua Lala sama Pak Brian biasa aja di kelas. Selayaknya dosen killer dan mahasiswa yang doyan duduk di pojokan."
Itulah yang dikatakan Anne teman sekelas Lala. Ya, Devan mulai menanyakan hubungan Lala dengan Brian kepada teman sekelas Lala. Tapi, rasanya Devan sulit untuk percaya. Pasalnya, dia melihat sendiri Lala keluar dari ruangan Brian dengan wajah yang begitu berbinar.
Tak sengaja Devan yang hendak menuju kelas melihat Lala berjalan ke arah ruangan dosen. Devan mulai mengikuti dan langkah Lala berhenti tepat di depan ruangan Brian King Atlanta. Sekitar sepuluh menit, Devan menunggu Lala keluar dari sana. Wajah yang begitu sumringah dapat Devan lihat dengan jelas. Keraguannya akan ucapan Anne sangat beralasan. di
Apalagi semakin ke sini Lala terlihat lebih cantik dan mulai kembali ceria. Sebenarnya,i Devan sengaja selalu menunggu Lala di parkiran. Setelah Lala datang dia pura-pura turun dari motor layaknya mahasiswa yang juga baru datang. Dia ingin melihat Lala karena dia sedikit tersiksa jauh dari Lala.
"Sebenarnya yang lu suka Lala apa Lea?"
Akbar mulai geram kepada sang teman yang sudah hampir menghabiskan tiga bayang rokok. Barang yang tidak pernah disentuh oleh Devan ketika bersama Lala, tapi setelah jauh dari Lala dia malah berteman dengan barang tersebut.
"Harusnya lu seneng dong liat Lala udah ceria lagi. Itu tandanya hubungan pertemanan lu sama Lala bisa balik lagi. Bukan malah gak terima gini."
Akbar mulai menasihati Devan yang semakin hari semakin kurus. Penampilannya tak sekeren ketika dia masih dekat dengan Lala.
"Tuh liat!" tunjuk Akbar ke arah Lala yang sudah tersenyum ke arah lelaki yang menjemputnya.
"Itu Alfa, adiknya."
"Bukan itu yang mau gua omongin, Bego!" timpal Akbar sembari mengomel.
"Hampir tiap hari loh gua liat Alfa jemput Lala."
Devan mulai berpikir dengan apa yang dikatakan oleh Akbar. Banyak sedikit dia tahu tentang Alfa. Di mana adik Lala itu tidak akan dengan mudah bisa diatur atau disuruh oleh siapapun. Orang tuanya saja kadang lelah sendiri menyuruh Alfa.
Di hari berikutnya kembali Devan berpapasan dengan Lala, tak ada sapaan dari perempuan yang sedang dia tunggu. Melenggang begitu saja dan segera menuju kelas.
Lala sudah mengubur cintanya dan memulai menikmati kehidupannya yang baru. Menanggalkan setiap kenangan yang pernah dia dan Devan ukirkan agar tak terbelenggu pada cinta sendiri yang menyakitkan.
Devan terus memperhatikan Lala setiap harinya. Hari ini dia melihat jika Lala tak dijemput oleh Alfa. Mulai memberanikan diri menghampiri Lala.
"Dijemput gak?"
Lala terkejut bukan main ketika mendengar suara Devan. Dia menoleh dan lelaki yang nampak kusam sudah ada di sampingnya.
"Udah pesen ojol kok," jawab Lala dengan seulas senyum.
Untung saja ojol yang Lala pesan sudah datang. Dia pun meninggalkan Devan yang terlihat kecewa.
.
Devan menatap langit kamar. Dia menyukai Lea dan dia juga sudah menolak Lala, tapi kenapa dia malah yang tersiksa setelah hubungannya dengan Lala menjauh.
Sikap Lala yang sekarang membuat hatinya sakit. Mereka benar-benar seperti orang asing. Devan tak menyangka jika hubungan persahabatannya akan berakhir dengan saling menjauh seperti ini.
"La, gua ingin kayak dulu lagi."
Kenangan demi kenangan yang pernah mereka ukirkan memutari kepala. Selalu banyak tawa dan canda yang mewarnai hari mereka. Namun, sekarang hanya sepi dan sunyi yang Devan rasakan. Lea tengah sibuk dengan tugas akhirnya hingga dia tidak bisa setiap hari menghubungi perempuan yang dia sukai.
Ditambah sang bunda selalu menanyakan Lala. Devan pun selalu menjawab dengan jawaban yang sama, sibuk.
.
Selepas pulang dari kampus, Lala menuju perpustakaan nasional. Ada buku yang harus dia pinjam untuk mengerjakan tugas. Ini adalah salah satu cara Lala untuk melupakan Devan. Apalagi sekarang ada seseorang yang selalu memberikan kata semangat dalam kalimat lucu. Seperti kemarin ketika hasil nilai tugas diberikan ada catatan lucu yang membuat Lala tersenyum.
"Selamat! Latte Ice akan kamu dapatkan!"
Nilai Lala nyaris sempurna dan Brian merealisasikan catatannya. Baru saja keluar kelas, Abang ojol sudah ada di depan kelas dan menunggunya. Latte Ice dari King kafe. Lala menoleh ke arah belakang di mana Brian sudah menganggukkan kepala. Sederhana, tapi mampu membuat Lala bahagia.
Tibanya di perpustakaan nasional, Lala mencari buku yang bisa membantunya mengerjakan tugas. Tengah membaca judul buku yang tersusun rapi dia mencium aroma parfum yang sedikit tak asing.
"Pak Brian."
Sang empunya nama menoleh. Lala nampak tak percaya.
"Kebetulan lagikah?"
Pandangan Lala terus tertuju pada Brian yang terlihat begitu tampan hari ini. Begitu juga dengan Brian tak memalingkan pandangan.
"Permisi!"
Suara seseorang membuat acara saling pandang mereka terputus. Lala mulai salah tingkah.
"Cari buku apa?" Brian lebih dulu membuka pertanyaan.
Lala menunjukkan tugas yang diberikan dosen mata kuliah yang lain. Brian melangkah menuju salah satu rak buku dan memberikan sebuah buku yang berkaitan dengan tugas Lala.
"Di situ ada semua."
"Serius?"
Brian mengangguk. Senyum Lala pun merekah begitu indah. Mereka seperti dua orang yang tengah berkencan di perpustakaan nasional.
Seseorang yang sedari tadi berdiri cukup jauh dari mereka hanya bisa terdiam melihat keakraban Lala juga Brian. Walaupun hanya saling pandang, Lala bisa tersenyum dengan begitu manis. Senyum yang tak pernah Devan lihat sebelumnya.
"Kenapa selalu dengan Pak Brian?"
"Apa di antara mereka berdua ada hubungan?"
Banyak pertanyaan di kepala Devan sekarang. Apalagi dia melihat Brian yang selalu ada untuk Lala di saat yang tepat.
"Enggak mungkin kan kebetulan terus-terusan."
...*** BERSAMBUNG ***...
Ayo atuh dikomen biat double up terus
next... pasti Lala makin posesif sama mas Bri , apalagi kalau ada feeling yang kurang baik .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍