Di paksa ikut ke salah satu club malam, Amara tidak tahu jika ia di jadikan barang taruhan oleh kakak tirinya di atas meja judi. Betapa hancurnya hati Amara karena gadis berusia dua puluh tiga tahun harus ikut bersama Sean, seorang mafia yang sudah memiliki istri.
Amara di jadikan istri kedua oleh Sean tanpa sepengetahuan Alena, istri pertama Sean. Tentu saja hal ini membuat Alena tidak terima bahkan wanita ini akan menyiksa Amara di saat Sean pergi.
Seiring berjalannya waktu, Sean lebih mencintai Amara dari pada Alena. Hingga suatu hari, ada rahasia yang terbongkar hingga membuat Sean menceraikan Alena dan membuat Amara menjadi istri satu-satunya kesayangan Sean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
"Kalian sudah tiga kali ini lengah tidak memperhatikan istri ku keluar masuk mansion. Apa yang kalian kerjakan hah?" Sentak Sean dengan nada tinggi.
Tak satu pun yang berani menjawab apa lagi mengangkat wajah termasuk pak Pet dan Daren.
"Cari cepat!" Titah Sean.
"Baik tuan!"
"Daren, kerahkan semua anak buah untuk menyusuri hutan." Titah Sean lagi. "Sebelum gelap aku ingin istri ku sudah ada di mansion."
"Baik tuan....!!"
Sean panik, benar-benar panik bahkan pria ini tidak pernah seperti ini sebelumnya.
"Coba hubungi Amara, mana tahu dia membawa ponsel." Ujar Leon.
"Ponsel Amara ada di kamar. Aaargh....Amara ini benar-benar membuat ku gila. Perempuan rumah seperti dia pasti memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi."
"Jangan begitu, pasti dia ada di sekitar sini. Ada baiknya kita cari di sekitar mansion dulu."
Sementara itu, Amara yang kelelahan hanya bisa duduk di atas tanah, di tambah lagi ia sangat kehausan sekarang. Niat hati ingin berkeliling membuang kebosanan malah membuatnya tersesat seperti ini.
"Kenapa lorong tumbuh-tumbuhan ini tidak memiliki ujung?"
Amara kesal.
"Sean, dasar pria aneh. Apa untungnya membangun semua ini?"
Amara yang kesal menendang pohon-pohon labirin tersebut.
Hari mulai gelap tapi, Amara belum juga di temukan. Hujan sebentar lagi akan turun, kilatan petir saling bersahutan di atas langit.
"Di hutan tidak ada, di mansion tidak ada. Di mana lagi dia? Masa iya kabur?"
Sean mengacak rambutnya frustasi.
"Hujan, tuan." Ucap pak Pet memberitahu.
Semakin khawatir Sean dengan keadaan istrinya.
"Tempat yang mana lagi belum kalian cari?" Tanya Sean.
"Sepertinya labirin tuan," jawab pak Pet. "Tidak ada yang mau masuk ke sana karena mereka tahu jika hanya tuan seorang yang bisa menemukan jalannya."
Deg,.....
Mata Sean melebar, kenapa dia melupakan tempat yang satu itu. Tanpa berpikir panjang, Sean langsung mencari istrinya ke dalam sana.
"Amara.....di mana kau?"
Teriak Sean terus menyusuri labirin tersebut.
"Amara,....apa kau ada di sini?"
Suara angin dan air yang jatuh tak bisa membuat Amara mendengar panggilan suaminya apa lagi saat ini Amara sudah tidak sadarkan diri karena kelelahan.
"Amara,....di mana kau?"
Semakin masuk ke dalam, lewat sana sini tembus sana sini pada akhirnya Sean melihat istrinya yang sudah tergeletak di tanah tak sadarkan diri.
"Astaga,....!!"
Sean langsung menggendong istrinya, pria ini membawa Amara keluar dari sana. Sebenarnya labirin ini tidak memiliki jalan keluar seperti jalan masuk. Ada jalan rahasia yang sengaja di bangun dan semua itu hanya di ketahui oleh dirinya dan Leon saja.
"Benar di labirin?" Tanya Leon.
Sean yang sudah tak bisa berkata-kata hanya menjawab dengan anggukan.
Di bawanya pergi ke kamar bahkan Sean sendiri yang mengganti pakaian istrinya. Tak berapa lama pak Pet datang membawakan teh madu hangat untuk Amara.
Tak.....
Sean yang kesal menyelinting kening istrinya.
"Bisa-bisanya membuat aku gila hari ini," ucap Sean yang geram.
"Sakit.....!!" Lirih Amara.
Sean menelan ludahnya kasar dan langsung mengusap kening istrinya.
"Tidak sengaja," ucap Sean. "Kau sudah sadar?"
"Aku bisa bicara itu artinya aku sadar, kenapa kau bodoh sekali?"
Semakin geram Sean mendengar ucapan istrinya.
"Besok-besok, jangan masuk ke dalam labirin. Tempat itu tidak memiliki jalan keluar," ujar Sean memberitahu.
"Kau tidak memberitahu ku, mana aku tahu. Aku penasaran!"
"Kau harus mengurangi rasa penasaran mu itu, jangan sampai rasa penasaran itu membuat mu celaka." Ucap Sean menasehati.
"Satu minggu tidak pulang, sekalinya pulang hanya mengomeli ku. Yang salah aku atau kau?"
Sean hanya bisa menarik nafas pelan, menghadapi Amara benar-benar menguji kesabarannya.
"Duduk dan makanlah, kau pasti lapar!" Ujar Sean kemudian membantu istrinya duduk.
"Aku kelaparan dalam segala hal," ucap Amara membuat Sean bingung.
"Kau tidak takut lagi pada ku?" Tanya Sean.
"Aku tidak takut pada mu, aku hanya mual saat melihat banyak darah. Kau tahu itu."
"Kau melihat aku mencongkel mata orang, menembak orang, apa kau benar-benar tidak takut?" Tanya Sean memastikan.
"Tidak, aku hanya takut melihat darah yang mengalir saat itu. Makanya aku pingsan."
Sean menggelengkan kepalanya.
"Sepertinya kau memiliki jiwa psikopat," ucap Sean sambil menyuapi istrinya.
"Kemana saja tidak pulang?" Tanya Amara, "aku kesepian sendirian."
"Serius kesepian?" Tanya Sean tidak percaya.
Amara hanya mengangguk.
"Aku ada di markas, tidak kemana-mana." Jawab Sean.
"Kapan mengajak ku mancing di danau milik mu?"
"Astaga Amara,...!!" Sean kembali geram. "Sudah ku bilang jika di danau itu banyak buaya. Kau ingin mancing buaya kah?"
"Kau tinggal pilih saja, aku mancing buaya air atau buaya darat?"
"Berani macam-macam akan ku kuliti kau!" Ancam Sean.
"Aku rindu pada mu," ucap Amara sambil mencubit dada suaminya.
Hati Sean selebar daun kelor, bunganya merekah seperti bunga sepatu saat mendengar ucapan rindu dari istrinya.
"Sama, sebenarnya aku juga rindu pada mu." Balas Sean.
"Sudah tahu seperti itu, kenapa kau meninggalkan aku sampai satu minggu hah?" Sentak Amara kesal.
"Aku hanya ingin kau tenang, apa itu salah?"
"Rasa cinta ku pada mu sekarang mengalahkan segalanya. Dunia mu, itu urusan mu yang penting kau mencintai aku," ucap Amara membuat hati Sean sehangat bara api.
"Uang yang kau makan semuanya uang halal. Aku punya rumah sakit, bisnis bersih ku juga banyak jadi, jangan khawatir dengan apa yang kau makan. Aku tidak sebodoh itu." Ujar Sean memberitahu.
"Kau memiliki banyak rahasia, jika kau mencintai ku kau pasti akan memberitahu ku." Kata Amara.
"Iya, besok aku akan memberitahu mu. Sekarang......!" Sean menggantung ucapannya.
"Sekarang apa?" Tanya Amara penasaran.
"Aku ingin melepas rindu pada mu." Jawab Sean.
"Aku juga rindu," ucap Amara.
Tak menunggu lama, Sean langsung mengunci pintu kamar kemudian naik ke atas ranjang menindih tubuh istrinya.
Rasa lelah yang di rasakan Amara mendadak lenyap tergantikan dengan rasa nikmat goyangan suaminya.
Aaaaarh.......
Desaah manja kembali menggema di dalam kamar sampai ke luar. Rintihan perih terdengar sampai keluar kamar membuat langkah Leon mendadak berhenti.
Leon terdiam sejenak, di dengarkannya suara yang begitu asing belum pernah ia dengar.
"Sayang, aku mau keluar." Ucap Amara.
"Aku juga mau keluar," ucap Sean.
Aaaaaaaarh.........
Merinding bulu kuduk Leon saat mendengar suara erangan yang begitu memekik di telinganya. Pria ini langsung berlari turun ke bawah.
"Sean bajingan...brengsek....sialan... kurang ajar!" Umpat Leon bahkan sumpah serapah pria ini tidak bisa ia kontrol lagi.
"Kenapa tuan?" Tanya Pak Pet penasaran.
"Jangan naik keatas," ujar Leon memperingati pak Pet.
"Kenapa begitu tuan?"
"Kambing bandot sedang berkembang biak." Jawabnya.
"Ooooh.....sudah biasa itu." Sahut pak Pet membuat Leon terkejut.