Seyra Adlina, wanita muda 23 tahun sosok cantik dan elegan, menjalani kehidupan ganda yang menarik. Di siang hari dia bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe kecil dan di malam hari bertransformasi menjadi pelayan di sebuah club malam. Hubungannya dengan sang pacar harus berakhir karena pengkhianatan yang ia saksikan sendiri. Perasaan patah hati dan marah, membuatnya melakukan tindakan tidak masuk akal dalam keadaan mabuk
Takdir kemudian mempertemukannya dengan seorang CEO yang mengetahui identitas dan latar belakangnya yang selama ini disembunyikan. Situasi tak terduga memaksa mereka untuk menikah kontrak dengan tujuan masing-masing.
Mampukah benih-benih asmara tumbuh diantara mereka setelah melewati berbagai tantangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon maisaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saya Mengingatnya
Di kamar lantai dua Kafe Joy, Seyra merebahkan tubuhnya yang lelah di atas kasur, menatap langit-langit kamarnya. Kamar itu sudah seperti kamar pribadinya, karena ia lebih sering menggunakannya daripada Joya. Karena, Joya jarang menginap di Kafe dan lebih sering pulang ke rumahnya. Namun Joya tidak mempermasalahkan hal itu, bahkan dia sengaja membuat kamar itu khusus untuk Seyra.
Seyra merenungkan maksud dari perkataan terakhir Virsha tadi. Apa yang harus dia ingat tentang kejadian malam itu, apakah sesuatu telah terjadi antara mereka, Seyra tidak tahu.
"Apa maksud dari perkataannya" berbicara sendiri
Dia mencoba mengingat apa saja yang pernah ia perbuat saat sedang mabuk. Ia memejamkan matanya kuat, berusaha menggali seluruh ingatannya malam itu.
Dalam pejaman dalam mata itu, Seyra perlahan sedikit demi sedikit melihat bayangan-bayangan ingatan di kepalanya. Dalam ingatannya, ia melihat pria yang tengah duduk disampingnya, melihat dirinya yang lebih dulu mencium bibir pria itu bahkan menjatuhkan kepalanya ke dada bidang milik pria tersebut. Sayangnya, Seyra tidak bisa melihat siapa pria itu.
Seyra membuka matanya, melotot dan sontak terbangun merubah posisi menjadi duduk
"Ingatan apa itu tadi?" tanyanya berbicara sendiri sambil menampar pelan pipinya sendiri dan langsung beranjak pergi ke kamar mandi untuk cuci muka
Ia membuka keran wastafel, lalu membilas mukanya dengan air segar yang mengalir itu. Selesainya, ia memandang bayangannya di cermin, masih tidak percaya dengan ingatan apa yang ia lihat di otaknya
"Apa aku yang lebih dulu melakukannya dengan sukarela, tapi kenapa Sey kenapa, bodoh bangett" ucapnya mengetok keningnya berpikir keras
"Andra Group?" ia berhenti mengetok keningnya, bertanya ke bayangannya di cermin
Seyra berlari keluar dari kamar mandi untuk mengambil ponselnya di meja samping tempat tidur. Ia mulai mencari informasi tentang profil Andra Group dengan mengunjungi situs web resmi perusahaan
"Andra Group didirikan pada tahun 2005 oleh Bapak Samuel Andra. Andra Group fokus pada pengembangan properti yang berkualitas dan inovatif. Visi : Menjadi perusahaan properti terkemuka di Asia Tenggara dan Misi : Menyediakan properti yang aman, nyaman dan berkualitas. Virsha Andra sebagai Direktur Utama (CEO) Andra Group, merupakan cucu satu-satunya dari Bapak Samuel Andra yang ditunjuk untuk melanjutkan memimpin perusahaan. Bapak Samuel menyerahkan keputusan itu karena faktor lanjut usia dan ingin menikmati masa pensiunnya."
Setelah membaca dan berhasil menemukan profil perusahaan Andra Group, Seyra mematikan layar ponselnya. Menarik selimut sembari merebahkan tubuhnya.
"Virsha Andra" dia bergumam menyebut nama itu
Sepertinya, besok Seyra berniat untuk pergi ke Andra Group. Seyra harap bisa mendengarkan penjelasan dari Virsha.
Keesokan paginya...
Seyra berdiri di depan gedung Andra Group, memakai baju blus panjang berwarna Cream dipadukan dengan celana jeans dan sepatu flat shoes berwarna hitam. Gaya pakaiannya yang kasual menambah citra penglihatan elegan saat ia yang mengenakannya.
Seyra melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung, lalu langsung menuju ke arah meja resepsionis
"Permisi mba, izin bertanya. Apakah Virsha Andra sekarang ada di kantor?" tanya Seyra kepada petugas resepsionis
"Tentu saja mba"
"Mohon maaf sebelumnya, apakah anda sudah mengatur janji dengan beliau?" tanya balik petugas
"Sudah mba" ucap Seyra, dia memang tidak memiliki janji resmi, namun perkataan Virsha yang menyuruh Seyra datang ke kantornya, sudah bisa dikatakan sebagai janji untuk bertemu
"Baik, untuk memastikannya izinkan saya bertanya kepada atasan saya dulu" petugas itu bergegas mengambil telepon genggam yang ada di dekatnya menelepon seseorang
"Permisi Pak, di sini ada perempuan yang ingin bertemu dengan Bapak" sebelum mengizinkan Seyra ke ruangan Virsha, petugas terlebih dahulu mengonfirmasikan hal itu kepada Virsha lewat sambungan telepon untuk memastikan
"Baik, izinkan dia masuk" ujar Virsha dari balik telepon, ia tidak segan mengizinkannya masuk, karena Virsha tahu kalau itu pasti Seyra
"Baik pak"
Tok tok tok
Seyra mengetuk pintu kaca ruang kerja Virsha, perlahan membukanya.
"Masuk" suara Virsha yang sedang menatap layar laptopnya
"Selamat siang, nona Seyra" Virsha langsung berdiri menyambut kedatangan Seyra, menuntunnya untuk duduk di sofa
Seyra tidak menjawab sapaan itu dan langsung berjalan menuju sofa.
"Langsung saja, cepat beritahu saya" tegas Seyra
"Santai dulu lah, Nona. Saya tidak akan menyakiti anda di sini" ujar Virsha terkekeh mengangkat kedua tangannya pasrah lalu duduk di sofa tepat di depan Seyra
"Sebenarnya sekarang saya lapar, mau ikut makan terlebih dahulu?" tanya Virsha dan menyilangkan kakinya menunggu jawaban Seyra
Virsha memiliki dua kepribadian yang unik, ia bisa bersifat tengil dan ceria dihadapan orang-orang terdekatnya yang membuat ia merasa nyaman. Namun, terlihat dingin dan tertutup dihadapan orang yang tidak terlalu dikenalnya. Entah mengapa, dari pertemuan semalam, Virsha bersikap tengil kepada Seyra. Mulai dari cara dia berbicara menggodanya, menjahilinya bahkan membuat Seyra mati penasaran, padahal itu pertemuan kedua setelah pertemuan singkat di Bar.
"Pak Virsha Andra, saya kesini untuk meminta kejelasan bukan untuk menjadi partner makan siang Bapak." jawab Seyra melotot, lalu menyilangkan tangannya
Bola mata mereka kini memacu dalam keheningan setelah Seyra berbicara seperti itu. Virsha yang tidak tahan melihat ekspresi melotot Seyra, akhirnya sengaja mengalihkan kontak mata mereka. Siapa sangka, pria tampan yang terlihat gagah itu ternyata bisa salah tingkah dengan ekspresi wanita yang sedang ada dihadapannya.
"Baiklah, kalau anda tidak ingin penjelasan panjang lebar dari saya." sahut Virsha berdiri seraya mengaitkan kancing jas nya satu persatu dan hendak keluar menuju pintu
"Ihh Virsha" teriak kesal Seyra berjalan menghampiri Virsha dan mengikuti langkahnya dari belakang
Virsha terus berjalan tak menghiraukan Seyra yang entah bergumam kesal sendirian di belakangnya. Dia mengulum senyum takjub, mendengar setiap ocehan yang keluar dari mulut Seyra walaupun tidak terdengar dengan jelas.
Virsha membuka pintu mobilnya, masuk terlebih dahulu. Sedangkan Seyra berhenti sejenak, ia ragu apakah harus masuk apa tidak karena Virsha tidak mempersilahkannya.
"Nona, silahkan masuk, nona ingin mendengarkan penjelasan saya kan" teriak Virsha dengan mengeluarkan kepala dan sebagian badannya dari kaca mobil yang sengaja ia buka.
Seyra berjalan membuka pintu penumpang belakang
"Siapa yang suruh duduk di sana?" tanya Virsha
"Duduk di depan" seru Virsha memberi kode dengan matanya agar Seyra duduk di samping kursinya.
Di dalam mobil...
"Saya mengingatnya" ucap Seyra memecah suasana sepi di dalam mobil
Virsha yang mendengar itu langsung melihat ke arah Seyra. Tatapan mata mereka bertemu sebentar, karena Virsha tidak ingin kehilangan fokus menyetir.
"Pria itu, anda?" tanya Seyra ragu
"Menurut nona?" bertanya balik dengan nada tengilnya
"What, serius?" sontak teriak Seyra dalam mobil, hingga membuat Virsha sedikit kaget namun masih bisa terkekeh melihat Seyra shok atas kebenarannya
"Gak, lo pasti bohong, mana mungkin gue cium cowok tengil kayak lo" ucap Seyra menujuk Virsha dengan telunjuknya kesal
"Ya sudah kalau tidak percaya" ujar Virsha
Seyra kembali menghadap depan melihat jalan raya, berpikir keras menerima semua kenyataanya.
"Tapi, hanya sebatas ciuman kan, gak lebih?" tanya Seyra lagi
Virsha menyeringai ketika mendengar pertanyaan itu, membuat Seyra penasaran dan menatap tajam Virsha yang sedang menyetir.
"Coba ingat-ingat lagi" seru Virsha
"Gak bisa Virsha Andra" tegas Seyra kesal
"Gue cuma mampu inget gambaran sekilas ingatan kalau gue sedang mabuk. Gue gak bisa inget semua kejadian-kejadian malam itu." lanjutnya geram ke Virsha
Namun Virsha menghiraukan perkataan Seyra, dan memilih melanjutkan perjalanannya.