Harap bijak dalam memilih bacaan.!!!
Namanya Jingga, sama seperti senja yang memiliki arti keindahan dan kebaikan yang tidak perlu di suarakan. Di pertemukan dengan seorang pria bernama Arkana, pria yang haus akan pujian dan selalu hidup dalam kepalsuan.
Pertemuan mereka seperti takdir yang telah di tentukan oleh tuhan, kehadiran Jingga berhasil merusak topeng Arkana dan mengisi hatinya yang kosong dengan penuh cinta.
Arkana sadar bahwa Jingga telah mengajarkan bahwa kebaikan dan keindahan tidak perlu diumbar. Jika memang itu tulus untuk kebaikan, biarkan orang lain yang menilai.
Tetap saksikan kelanjutan dari kisah Jingga & Arkana, jangan lupa jadikan favorite dan berikan lima bintang beserta dengan ulasan terbaik dari kalian. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Idtx_x, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bermuka Dua
Jingga dan Arkana sudah tiba di lokasi pesta, ketika Jingga hendak keluar dari dalam mobil dia di tahan oleh Arkana. Pria itu menarik lengan Jingga hingga dia bisa dekat dengannya, kemudian Arkana berbisik.
“ Aku mau kamu ikutin semua yang aku bilang, kalau ada yang tanya kamu harus jawab kalau aku adalah suami yang sempurna. Ingat itu.” Ucapnya kemudian melepaskan cengkraman tangannya.
Jingga hanya bisa mengangguk paham di buatnya, meskipun tidak di suruh pun dia tidak akan pernah menjelek-jelekkan suaminya sendiri di depan publik.
Arkana turun duluan dari mobil, kemudian dia membukakan pintu untuk Jingga sehingga membuat beberapa tamu yang juga hadir dalam pesta itu menyaksikan sikap gentle Arkana dalam memperlakukan sang istri.
Kemudian Arkana meminta Jingga untuk menerima gandengan tangannya, Jingga menerima gandengan tangan itu dan mereka pun berjalan bersama memasuki venue.
“ Selamat datang dokter Arkana dan istri.” Seru seorang pria yang menyambut mereka di pintu masuk.
Pria itu adalah professor di rumah sakit yang merupakan salah satu dari pemilik saham di rumah sakitnya, namanya adalah prof Bambang, dia sudah memiliki istri dan dua orang putri yang sudah tumbuh besar dan sekarang sedang magang di rumah sakit juga.
“ Kenalkan prof, ini istri saya namanya Jingga dia seorang fashion desainer.” Ujar Arkana.
“ Halo pak, salam kenal saya Jingga istrinya mas Arkana.” Ucap Jingga menerima salaman dari prof Bambang.
“ Sayang sekali waktu itu saya tidak sempat hadir di pernikahan kalian, jadi ini pertama kalinya kita bertemu.” Lontarnya di balas senyuman dari mereka berdua.
Kemudian istri dari prof Bambang datang menghampiri Jingga dan Arkana, setelah mereka saling berkenalan Jingga pun di ajak bergabung di tempat para istri yang berada di sudut aula.
Sebelum pergi, Arkana kembali memperingati Jingga untuk tidak macam-macam. Jingga kembali mengangguk mengerti, kemudian dia pergi bersama Nyonya Riska yang merupakan istri prof Bambang.
Jingga menjadi salah satu istri para dokter yang paling muda saat itu, dan dia juga merupakan salah satu istri yang memiliki profesi yang jauh dari dunia kesehatan.
“ Gimana sikap dokter Arkana di rumah ? dia terkenal baik banget loh di rumah sakit, udah baik, ganteng, populer, pokoknya sempurna banget. Sampai orang-orang di rumah sakit berpikir siapa sih yang beruntung jadi istrinya.”
“ Iya, gimana dokter Diandra? Jadi penasaran nih kita.”
Jingga diam sejenak dan berusaha mendengarkan pertanyaan para istri yang lain dengan seksama, dia tidak boleh sampai salah jawab. Apapun yang dia rasakan di rumah tidak boleh di beritahu kepada orang luar.
“ Mas Arka baik banget, dia bahkan nggak bolehin aku masak di dapur. Dia juga kasih aku space untuk aku bisa menikmati waktu aku sendiri kalau dia lagi sibuk di rumah sakit.” Jawab Jingga di akhiri dengan senyuman simpul.
“ Sudah ku duga, kalau dokter Arkana pasti lebih sempurna setelah menjadi suami orang.”
“ Beruntung banget sih kamu bisa dapat dokter Arkana.”
Jingga benar-benar merasa sangat bodoh saat ini, dia hanya bisa berbohong dan menyaksikan reakasi berlebihan mereka yang sudah menganggap bahwa Arkana adalah pria tersempurna yang pernah ada.
**
Sepulangnya dari pesta, Jingga tampak termenung di dalam perjalanan mereka kembali ke rumah. Arkana meliriknya sebentar dan bertanya tentang apa saja yang dia dengar dari para istri dokter di pesta malam ini.
Jingga kemudian memperbaiki posisi duduknya dan balas melirik Arkana, kali ini dia tidak bohong sebab dia mengatakan semua kebohongan hari ini kepada Arkana.
Respon tak terduga dari Arkana baru saja dilihat oleh Jingga, setelah dia mengatakannya bukan merasa bersalah justru membuat Arkana tertawa terbahak-bahak.
“ Kamu kenapa kelihatan senang begitu dengan kebohongan yang kamu suruh ke aku.?” Tanya Jingga hati-hati.
“ Karena aku nggak mau reputasiku hancur di depan mereka, aku ini dokter muda yang terkenal sempurna di rumah sakit. Semua orang di rumah sakit bahkan pasien pun mengakuinya, dan aku nggak mau kalau kamu sampai bilang ke mereka tentang sikap aku yang sebenarnya.” Kata Arkana penuh penekanan.
“ Kenapa harus aku mas yang tanggung semuanya? Kamu nggak ada pikir perasaan aku gimana.?” Tanya Jingga sekali lagi.
Arkana langsung menarik rambut Jingga ke belakang dengan posisi masih memegang kemudi stir mobilnya, Jingga meringis kesakitan yang kemudian Arkana melepasnya saat mereka memasuki kawasan lampu merah dan banyaknya kendaraan diluar sana yang bisa melihat jika dia terus melakukannya.
“ Kamu berisik, nggak usah bertanya apapun. Cukup diam dan dengar kata aku, ingat ya kamu itu sudah jadi istriku dan tugasmu itu nurut apa kata suami.” Lanjut Arkana dan hanya dapat membuat Jingga terdiam.
**
Pagi keesokan harinya, Jingga sudah bangun pagi-pagi sekali untuk membuat sarapan. Dia sudah bisa memasak sedikit demi sedikit meskipun rasanya masih belum terlalu sempurna.
Pagi ini dia berhasil membuat nasi goreng dengan telur mata sapi di atasnya, masih dengan senyum bahagia bisa membuat sarapan pagi itu sampai ketika Arkana muncul dan protes pada masakan tersebut.
“ Aku nggak mau makan masakan model begini.” Ucapnya ketus dan hanya mengambil selembar roti dan selai untuk sarapan pagi ini.
“ Kenapa mas? Ini enak loh, aku udah coba barusan.” Sahut Jingga.
“ Ya udah kalau gitu kamu aja yang makan.” Ketus Arkana.
Arkana dengan cepat menghabiskan rotinya dan dia mencoba kopi buatan Jingga yang kali ini berhasil di minumnya, tidak ada protes tentang rasanya dan itu artinya sudah pas dengan selera Arkana.
“ Hari ini jangan kemana-mana, aku nggak mau kamu pergi ke tempat itu lagi.” Ujar Arkana sebelum meninggalkan rumah.
“ Tapi mas, aku mau ke butik buat selesaikan baju buatan aku.” Sahut Jingga berusaha menyusul langkah Arkana.
“ Nggak.” Tolaknya mentah-mentah.
“ Sebentar aja mas, aku bakal pulang sebelum kamu pulang dari rumah sakit kok.” Pinta Jingga tak ingin menyerah.
Arkana mundur kembali dan sekarang dia mencengkram lengan Jingga dengan sangat kuat, Jingga kesakitan namun dia berusaha menahan rasa sakitnya sampai Arkana benar-benar melepaskannya.
“ Aku bilang nggak ya nggak, nurut apa kata suami bisa kan.??” Ucap Arkana seketika membuat Jingga mengangguk dengan cepat.
“ Sampai aku kembali, kamu jangan sekali pun meninggalkan rumah ini.” Kata Arkana sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.
Supir yang sudah siap menunggunya di mobil segera meluncur pergi setelah Arkana masuk ke dalam mobil, satpam rumah mereka juga baru saja menutup pintu pagar rumah.
Jingga kembali masuk ke dalam dengan perasaan kecewa, dia bahkan belum selesai membuat baju untuk dia dan Arkana dan sekarang tidak boleh kemana-mana oleh suaminya sendiri.
jd bingung dibuatnya🤔🤔
Next, ditunggu kelanjutannya.