Selama tiga tahun ini, Hilda Mahira selalu merasa tertekan oleh ibu mertuanya dengan desakan harus segera memiliki anak. Jika tidak segera hamil, maka ia harus menerima begitu saja suaminya untuk menikah lagi dan memiliki keturunan.
Dimas sebagai suami Hilda tentunya juga keberatan dengan saran sang ibu karena ia begitu mencintai istrinya.
Namun seiring berjalannya waktu, Ia dipertemukan lagi dengan seorang wanita yang pernah menjadi kekasihnya dulu. Dan kini wanita itu menjadi sekretaris pribadinya.
Cinta Lama Bersemi Kembali. Begitu lebih tepatnya. Karena diam diam, Dimas mulai menjalin hubungan lagi dengan Novia mantan kekasihnya. Bahkan hubungan mereka sudah melampaui batas.
Disaat semua permasalahan terjadi, rahim Hilda justru mulai tumbuh sebuah kehidupan. Bersamaan dengan itu juga, Novia juga tengah mengandung anak Dimas.
Senang bercampur sedih. Apa yang akan terjadi di kehidupan Hilda selanjutnya?
Yuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan dan Pilihan
Deg
Mendengar jawaban Alex membuat Reva seketika merasa bersalah.
Bagaimana kalau kekasihnya marah?
Bagaimana kalau Alex dan kekasihnya jadi bertengkar gara gara jas itu?
Bagaimana kalau sampai hubungan mereka berakhir karena masalah yang ia perbuat?
Ah, Reva hampir pingsan memikirkan semua itu.
"Apa yang kau pikirkan? Kekasihku sudah meninggal setahun yang lalu."
"What?? Aaawww.." Reva berteriak histeris. Namun bukan hanya karena mendengar ucapan Alex, tapi karena jarinya saat ini malah tertusuk jarum jahit yang ia pegang.
Alex yang melihat itu segera mengambil jari Reva lalu memasukkannya ke mulut. Ia menghisap darah yang masih sedikit. Berusaha mengeluarkan darah itu agar tak terjadi infeksi nantinya.
What? Bener ini si kulkas 7 pintu?
Kok bisa perhatian juga sama cewek yang lagi terluka.
Berbeda banget kalo lagi mode normal.
Ah, mana kalo di lihat lihat wajahnya ganteng banget lagi.
Oh Tuhan, selamatkan jantungku.
"Obati sendiri" Seru Alex sembari menyerahkan salep anti biotik yang ia ambil dari laci meja kerjanya.
"Kenapa gak di terusin? Yang sebelah sini masih sakit loh!" Reva menyerahkan jari yang lain pada Alex.
"Cepat selesaikan! aku antar kau pulang."
"Sudah, ayo antar aku pulang sekarang."
Ingin Alex bertanya tentang luka Reva. Tapi ia urungkan karena tak mau dianggap terlalu perhatian pada wanita cempreng itu.
Selama di dalam mobil, Reva hanya diam, Begitu juga dengan Alex.
Hingga saat sampai di pertigaan jalan, Alex menghentikan mobilnya. Ia keluar dan mendatangi para pedagang kaki lima. Yang Reva bingung, kenapa Alex malah membeli makanan yang begitu banyaknya dari seluruh pedagang kali lima yang ada di sana.
"Alex, untuk apa kamu membeli makanan sebanyak ini?"
"Tentu saja untuk dimakan"
"Tapi ini terlalu banyak."
"Makanlah yang kau mau."
"Benarkah? Hmm.. aku memang sangat lapar. Kau mengacaukan makan malamku kali ini. Tapi tidak apalah. Aku memaafkanmu karena kau sudah membelikan makanan yang banyak."
Reva melihat satu persatu makanan yang Alex beli.
"Alex menurut kamu aku makan yang mana dulu ya? Siomay, takoyaki, dimsum, sosis bakar, telur gulung, cakue, pisang krispi, lapis legit, atau ayam pop? Ah, aku jadi bingung deh. Menurut kamu enakan yang mana?."
"Okey, aku makan siomay dulu deh" Reva mengambil satu bungkus siomay lalu memakannya dengan lahap.
"Tapi aku bingung deh, kamu kok cepet banget beli makanan sebanyak ini. Mereka bahkan sudah membuatkannya terlebih dulu tanpa kamu bicara mau beli apa dan berapa. Mereka seperti sudah hafal."
Alex hanya melirik Reva sekilas. Ia bahkan tak menggubris sepatah kata pun ucapan Reva.
Benar benar wanita yang sangat cerewet.
Uhuk.. Uhuk..
Reva tersendak. Dengan sigap, Alex pun memberikan botol air mineral yang tinggal separuh pada Reva. Reva segera meneguk air itu karena tenggorokannya dirasa terlalu pedas.
Setelah minum, Reva baru sadar kalau air itu adalah air bekas minum Alex.
"Alex, kamu memberikanku air bekas minummu?"
"Kenapa?"
"Alex, kita baru saja minum di satu tempat yang sama, bekas bibir kita sama sama ada di botol itu"
"Memangnya kenapa?"
"Oh my god! bukankah itu artinya kita sama dengan berciuman secara tak langsung?" lirih Reva sembari memegang ujung bibirnya.
"Kalau kamu mau, aku bisa memberikannya langsung"
"Tidaaaakkk!!!" Reva membalikkan tubuhnya menghadap jendela mobil. Ia bahkan menutup seluruh wajahnya dengan cardigan yang tidak ia pakai.
*
"Va, kamu kenapa?." Tanya Hilda yang mendatangi kamar sahabatnya karena sejak pulang diantar Alex Reva tidak keluar kamar. Hilda takut terjadi sesuatu pada sahabatnya itu.
"Kenapa? Aku gak papa kok."
"Yakin?"
"Ya"
"Alex gak apa apain kamu kan?"
"Ya enggak lah. Emangnya mau ngapain? Sikapnya aja sedingin salju. Mana kangkung sampai ngapa ngapain cewek? Aku aja curiga kalau dia itu gak suka lawan jenis"
"Maksut kamu Gey?"
"Ya enggak gitu juga."
"Terus?"
"Ah sudahlah, malas aku bicarain si kulkas 7 pintu. Pergi sana, aku mau tidur"
Reva menutup seluruh tubuhnya. Hanya dengan membicarakan Alex, Pipi Reva langsung memerah, mungkin saat ini sudah seperti kepiting rebus.
Ia tak menyangka dibalik sikap dingin Alex, ternyata laki laki itu memiliki kepedulian sosial yang sangat besar. Ia bahkan rela membeli jajan dari semua pedagang kaki lima dan membagikannya pada para gelandangan malam.
Ingin sekali ia jujur pada Hilda, tapi ia begitu malu untuk cerita tentang perasaannya. Karena mau bagaimanapun, ini adalah pertama kalinya ia merasakan tertarik dengan seorang laki laki.
...****************...
Sementara di tempat lain, ada seorang lelaki yang melamun sembari memegang sebotol anggur ditangannya. Lelaki yang saat ini sedang meratapi penyesalan nya.
Ya, dia adalah Dimas. Ia merasa frustrasi karena tak bisa menemui Hilda. Ini adalah sebuah pilihan yang harus ia ambil karena kesalahan istrinya.
Beberapa hari yang lalu semua kebenaran terungkap. Reyhan sudah menemukan bukti kejahatan Novia. Kemudian kesempatan ini ia gunakan untuk menjauhkan Hilda dari Dimas.
Andai saja Dimas tak memaksakan kehendaknya untuk bersama Hilda. Mungkin ia juga tak akan melarang Hilda bertemu dengan mantan suaminya itu.
Namun karena setiap kali Dimas bertemu dengan Hilda, Dimas selalu memaksa Hilda untuk kembali bersamanya. Yang pastinya membuat Hilda merasa sangat ketakutan dan tertekan.
Akhirnya Reyhan membuat surat perjanjian tertulis diatas materai dengan Dimas tentang kejahatan yang dilakukan Novia kepada Hilda. Yang isinya, apabila Dimas masih mengganggu Hilda, maka Novia akan masuk penjara dan mendekap disana sampai tua.
Semua keputusan yang Reyhan ambil juga atas persetujuan dari Hilda. Menurut Hilda, lebih baik membiarkan Novia tetap bebas sebagai tahanan luar dari pada harus menghadapi obsesi Dimas yang ingin meminta rujuk.
"Dimas, anterin aku ke dokter dong" pinta Novia.
"Pergi sendiri sana"
"Kamu tu gimana sih? Ingat ya perjanjian kita itu, kamu harus selalu nganterin aku untuk periksa rutin tiap bulan. Kalau tidak mau, aku akan gugurin anak ini secara paksa."
"Kenapa tidak besok saja? kepalaku pusing"
"Gak bisa, harus sekarang juga" (Besok kan aku ada janji sama Agung. Aku jadi gak sabar pengen tau dia punya cara apa lagi buat muasin hasratku)
"Hhh.. baiklah, tunggu sebentar, aku mandi dulu"
Beberapa menit terlampaui. Dimas menemani Novia melakukan pemeriksaan rutin kehamilannya. Namun saat ia sampai di poli kandungan, matanya membulat lebar kala ia tak sengaja menatap seorang perempuan yang tengah duduk menunggu antrian bersama seorang laki laki muda di sampingnya.
Deg
Keempat bola mata saling bertemu dan saling menatap.
.
.
.
semangat lanjuuttt 💪😘😍😍