Citra adalah seorang gadis culun yang dijodohkan oleh kakeknya pada pria tampan dan kaya raya.
Dan dia juga sengaja menyembunyikan identitasnya pada semua keluarganya, tidak terkecuali pada suaminya sendiri.
Karena dia ingin melihat, apakah suaminya benar-benar mencintainya atau tidak.
Apakah Citra dan Rifki bisa bersama lagi? setelah Citra mengetahui kalau Rifki dan Syasi sudah punya anak.
Sedangkan Syasi adalah adik tirinya Citra sendiri.
Bagaimana kisahnya? yuk intip terus perjalanan kisah cinta antara Rifki dan Citra di Rahasia Menantu Culun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riski iki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Menantu Culun Bab 9
Rifki memutar knop Pintu kamar mandi itu secara perlahan, lalu dia mendorongnya ke arah luar. Namun, pada saat pintu itu terbuka lebar, Rifki cukup kaget dengan sosok yang berdiri di hadapannya.
"T-Tomy," ucap Rifki seraya mengerutkan kening. Lalu dia merapikan Jasnya, dan tanpa menghiraukan keberadaan Tomy kemudian Rifki melongos pergi meninggalkan sekretaris pribadinya yang masih setia berdiri di depan pintu.
Sedangkan Tomy yang merasa di acuhkan oleh Rifki, kemudian dia mengikutinya dari arah belakang.
"Tuan muda," panggil Tomy. Lalu dia mensejajarkan langkahnya dengan Rifki.
"Hum...!" jawab Rifki acuh tak acuh.
Kemudian Tomy menceritakan kalau kerja sama antar perusahaan Bagaskara dan Pratama Group telah di setujui.
Rifki menghentikan langkahnya sejenak, kala mendengar penjelasan Tomy barusan lalu dia memutar tubuhnya menghadap Tomy, dan sejurus kemudian Rifki menepuk pundak Tomy dengan perlahan.
"Bagus, kerja yang bagus Tomy. Kau memang bisa di andalkan sejak dulu, aku bangga padamu," ujar Rifki. Kemudian dia kembali melangkah menuju ruang privat untuk menemui Citra.
Sesampainya di ruang privat, Rifki cukup kaget karena tidak menemukan siapapun di sana. Lalu di membalikkan badan menghadap Tomy yang sejak tadi berdiri di belakangnya.
"Tomy, rekan bisnis kita yang bernama Citra itu kemana?" tanya Rifki dengan cukup serius.
Tomy menunduk sambil menarik nafas dalam, lalu dia menjelaskan pada Rifki kalau rekan bisnis mereka sejak tadi sudah meninggalkan kafe.
"Apa....!" jawab Rifki terhenyak Lalu dia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Dan sejurus kemudian dia menghembuskan nafas kasar.
"Pantas saja mereka sudah pergi, ternyata jam sudah menunjukkan pukul Tiga sore," batin Rifki.
Kemudian dia memerintahkan Tomy untuk mengurus segalanya, lalu dia pergi meninggalkan Tomy sendiri di dalam Kafe.
*****
Malam harinya
Saat ini Rifki sedang duduk di balkon kamarnya, sambil menyeruput secangkir kopi panas yang tersedia di atas Meja, dan tidak lupa pula sebatang rokok sedang menemani kesendiriannya malam itu.
Pria tampan itu tampak sedang memikirkan sesuatu, dan bahkan saat ini dia sedang bolak-balik melihat notifikasi di ponselnya.
Melihat tidak ada notifikasi satupun kemudian Rifki hendak membanting ponsel itu karena merasa sangat kesal.
Namun, baru saja dia mengangkat tangannya ke atas dan berniat membanting ponsel mahal itu, tiba-tiba Syasi datang dari arah belakang.
"Mas, apa yang sedang kamu lakukan," tanya Syasi sambil menelisik wajah suaminya.
"Tidak ada," jawab Rifki datar. lalu dia melempar ponselnya ke atas meja.
Syasi yang melihat tingkah aneh suaminya, ia mulai merasa sedikit curiga. Pasalnya selama dua tahun kebersamaan mereka baru kali ini Syasi melihat raut kecemasan tergambar jelas di wajah Rifki.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan mas Rifki? apa mungkin terjadi sesuatu di kantor? sehingga dia merasa sangat cemas begini," batin Syasi.
Kemudian Syasi berjalan perlahan, lalu dia memeluk tubuh kekar suaminya dari arah belakang.
Cukup lama Syasi bergelayut manja di punggung suaminya, hingga dia merasakan tangannya di lepaskan oleh Rifki.
"Aku capek dan ngantuk," ujar Rifki meninggalkan Syasi sendiri di balkon. Lalu dia berjalan menuju ranjang.
Sedangkan Syasi yang di tinggalkan oleh Rifki, ia kembali merasakan sesuatu yang aneh dan tidak biasa dengan sikap yang ditunjukkan oleh Rifki padanya.
"Apa mungkin aku melakukan kesalahan," pikir Syasi sambil menyusul suaminya ke atas ranjang.
Kemudian dia kembali mendekat dan memeluk suaminya dan sesekali menyentuh daerah sensitif Rifki, tapi lagi-lagi Rifki tidak merespon apa yang dilakukan oleh Syasi, hingga membuat Syasi berdecak kesal dan memilih tidur membelakangi Rifki.
Namun, sedetik kemudian Syasi kembali membuka mata dan menyibakkan selimut yang membungkus tubuhnya.
Kemudian dia naik ke atas tubuh Rifki dan mulai menautkan bibirnya pada bibir suaminya. Tapi lagi-lagi Rifki mengacuhkan apa yang dilakukan oleh Syasi, bahkan Rifki pura-pura tidur pulas dan sesekali mengeluarkan suara dengkuran halus.
"Apa dia sudah tidur?" pikir Syasi sambil turun dari atas tubuh suaminya, kemudian dia kembali ke posisi semula dan mulai memejamkan matanya secara perlahan. Dan tidak butuh waktu lama, akhirnya Syasi pun masuk ke alam mimpi.
Berbeda dengan Rifki, setelah merasakan Syasi sudah tidur pulas, kemudian dia kembali beranjak dari tempat tidur. Lalu dia berjalan perlahan menuju balkon dan mengambil ponselnya yang yang berada di atas meja.
Rifki pun kembali memeriksa notifikasi di ponselnya, dan bola matanya seketika membulat sempurna kala melihat sebuah pesan singkat dari orang suruhannya.
Rifki buru-buru memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, lalu dia berjalan perlahan menuju ruang kerjanya.
Di dalam ruang kerja
Baru saja Rifki mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong, tiba-tiba ponsel itu berbunyi.
"Hallo," ujar Rifki sambil mendudukkan bokongnya di atas sofa.
"Hallo juga bos, bagaimana keadaan mu, apakah baik-baik saja seperti sebelumnya," jawab preman itu basa-basi.
Rifki berdecak kesal, kemudian dia menyuruh preman itu untuk segera memberitahukan informasi terkait dengan Citra secepatnya.
Pasalnya dia sudah tidak sabar mendengar bahwa perempuan cantik yang dia temui tadi siang itu benar-benar istrinya Citra atau tidak.
Preman itu tertawa terbahak mendengar ucapan Rifki. Lalu dia kembali meminta Rifki untuk mentransfer sisa uang perjanjian mereka.
"Apa kau memeras ku? dan kau belum memberikan informasi sedikitpun mengenai Citra dan sekarang kau memintaku untuk mentransfer sisa uang perjanjian kita. Tidak bisa, aku tidak akan pernah memberikan uang sepersen pun padamu sebelum kau memberikan informasi yang aku minta," ujar Rifki sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Tidak Bos, mana mungkin aku berani melakukan hal itu padamu," jawab preman itu dengan cepat.
Kemudian dia menjelaskan pada Rifki kalau ternyata sangat sulit mendapat informasi tentang perempuan itu, bahkan dia sampai menyuruh anak buah terbaiknya, tapi tetap saja sampai sekarang mereka belum mendapatkan informasi sedikitpun.
Rifki menarik nafas dalam, lalu dia menghembuskan nya perlahan sambil menutup kedua matanya sejenak.
"Apakah sesulit itu?" tanya Rifki kemudian. Lalu dia kembali membuka mata dan duduk di atas kursi kebesarannya.
"Iya Bos, tapi kamu tenang saja, dan aku yakin cepat atau lambat kami akan membawa perempuan itu padamu," ujar preman itu.
Rifki terdiam sejenak mendengar ucapan preman itu, lalu dia kembali mentransfer uang permintaan preman tersebut.
Setelah perbincangan itu selesai, kemudian Rifki menyandarkan kepalanya di kursi. Lalu dia kembali mengingat bagaimana dia memperlakukan istrinya Citra selama ini dengan sangat buruk. Dan tampak dari raut wajahnya, Ia mulai menyesali perbuatannya.
Apakah setelah bertemu kembali dengan Citra, Rifki mulai merasa jatuh cinta pada perempuan tersebut? Terlebih sekarang Citra sudah merubah penampilannya dari yang jelek dan culun menjadi perempuan yang sangat cantik dan anggun.
aneh
hnya dlm novel perempuan itu bego dlm cinta.tp dlm nyata perempuan itu rooaarrr