"Thank you for patiently putting up with my moods, and being mature as you remind me to be the same. I know that I'm not easy to understand, and as complex as they come. I act childishly and immaturely when I don't get what I want, and it get unbearable. Yet, you choose to gently and patiently chastise me and correct me. And even when I fight you and get mad at you, you take it with no offense, both gradually and maturely."
~Celia
Pertemuan Celia dan Elvan awalnya hanya kebetulan, tapi lambat laun semakin dekat dan menyukai satu sama lain. Disaat keduanya sepakat untuk menjalin hubungan. Tiba-tiba keduanya dihadapkan dengan perjodohan yang telah diatur oleh keluarga mereka masing-masing.
Kira-kira bagaimana akhir kisah mereka? Apakah mereka akan berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Komitmen
..."I don't just want a date. I want a future." ~Celia...
"Apa menurutmu kita terlihat seperti pengantin baru?" tanya Celia saat keduanya sudah berada di dalam mobil. Ucapan ibu-ibu tadi terus berputar di kepalanya. Berkomitmen dan punya momongan, hal yang tidak pernah terpikirkan oleh Celia.
Elvan menoleh sembari mengemudikan mobilnya, "Kenapa memangnya? Kamu tidak suka?" Elvan balik bertanya.
"I'm just asking," Celia menjawab dengan singkat.
Elvan tersenyum, satu tangannya meraih tangan Celia, dan menggenggamnya.
"Menurutku juga seperti itu. Kita seperti pasangan yang baru berumah tangga," ucap Elvan.
Celia menatap Elvan, "Apakah kamu benar-benar ingin menikah denganku?" tanya Celia dengan raut wajah serius.
Elvan membalas tatapan Celia, keduanya diam untuk beberapa saat. "Give me a minute," ucap Elvan sambil menepikan mobilnya.
"Kamu meragukan ku?" tanya Elvan.
Celia diam, ia memikirkan sesuatu. Celia mengingat kejadian semalam, saat hendak berhubungan intim, Elvan masih mencari kond*m. Padahal menurut Celia, pasangan yang punya komitmen tidak perlu menggunakan kond*m, karena mereka sudah benar-benar siap dan mempercayai pasangannya.
Celia juga merasa jika Elvan sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Celia ingin Elvan bersikap terbuka dan memberi kepercayaan penuh padanya. Celia ingin Elvan menanyakan bagaimana pendapatnya. Selama ini Elvan hanya mementingkan opini dan asumsi nya sendiri.
Elvan bahkan belum memperkenalkan Celia pada keluarganya. Atau keinginan untuk bertemu orang tua Celia, ya walaupun Celia tidak punya orang tua, setidaknya Elvan menanyakan keluarganya.
Celia masih ingat kutipan Romanoff dalam artikel VeryWellMind. "If they are serious about you as a life partner, they likely will introduce you to the important people in their life – including their family and friends – as a sign that they want to integrate you into their life in a meaningful way and to make sure you are compatible with their friend and family groups."
Meskipun diperkenalkan kepada seluruh keluarga di awal suatu hubungan sering kali terasa canggung dan tidak nyaman, tapi Celia ingin merasakannya.
"Hei..." Elvan melambaikan tangannya tepat di wajah Celia.
"Huh...?" Celia tersadar dari lamunannya.
"Kenapa melamun?" tanya Elvan.
"Nggak apa-apa, ayo pulang," jawab Celia sambil memalingkan wajahnya. Celia tidak ingin membahas lagi, biarlah sementara semua berjalan seperti ini.
Elvan langsung mengemudikan mobilnya, dia juga tidak bertanya lagi. Elvan menyadari jika suasana hati Celia sedang buruk. Dan dia tidak ingin memperkeruh suasana.
Ketika mereka sampai di rumah, Elvan meletakkan semua belanjaan di dapur, sedangkan Celia langsung masuk ke kamar.
Celia keluar setelah mengganti pakaiannya. "Mau masak sekarang?" tanya Celia.
Elvan mengangguk. Elvan membantu Celia mengeluarkan rice cooker dan menatanya satu per satu. Sedangkan Celia membaca instruksi dengan cermat.
Celia sangat fokus, sehingga dia bahkan tidak menyadari bahwa Elvan telah meletakkan panci dan perabot lainnya di tempatnya.
Setelah beberapa saat, Celia selesai membaca instruksi. Celia mengangkat kepalanya, ia melihat Elvan sedang bersandar di meja dapur di seberangnya, dan menatapnya.
Elvan berjalan menghampiri Celia, menarik tubuh dan memeluk pinggang ramping nya. Elvan menatap Celia, lalu melumat bibirnya. Mereka saling melumat dan mengecap satu sama lain.
"Don't forget to breathe, baby..." bisik Elvan disela ciumannya. Celia melepas pagutannya dan mendongakkan wajahnya.
"What's wrong?" tanya Elvan.
Celia sepertinya teringat sesuatu, dia menatap Elvan dan berkata, "Aku lapar." Saat itu juga, perut Celia berbunyi, suaranya terdengar sangat jelas.
Elvan tersenyum, sudah jam tiga sore, dan keduanya belum makan apa-apa, wajar saja jika perut mereka sudah keroncongan.
"Just order food, what do you want to eat?" tanya Elvan. Elvan mengambil ponsel dari sakunya, dan hendak memesan makanan.
"Kamu bilang, kamu mau memasak untukku," ucap Celia sambil mengerucutkan bibirnya.
Elvan diam, dia berfikir sebentar, lalu berkata, "Baiklah, aku akan memasak sesuatu untukmu. Kamu ingin makan apa?"
"Mie, aku suka makan mie yang berkuah," jawab Celia.
"Ok, tunggu sebentar," ujar Elvan.
Celia mengangguk dan tersenyum.
Saat Elvan sibuk di dapur. Celia kembali ke kamarnya dan mulai membereskan kamarnya. Dia melipat selimut dan mengganti sprei. Lalu memasukkan sprei dan pakaian kotor ke dalam keranjang pakaian.
Setelah membereskan kamar, Celia kembali ke dapur. Celia memperhatikan Elvan yang sedang mencuci sayuran. Elvan menundukkan kepalanya dan mencuci sayur yang ada di tangannya. Hening, tidak ada suara, selain suara air mengalir dari keran.
Celia berjalan perlahan dan dengan lembut memeluk Elvan dari belakang. Elvan menoleh ke belakang, lalu tersenyum. Celia tidak berkata apa pun. Dia memalingkan wajahnya ke samping, dengan lembut menyandarkan kepalanya di punggung Elvan.
Elvan melanjutkan mencuci sayuran.
Elvan mematikan keran dan berkata, "Aku sudah selesai."
Celia masih tidak bergerak. Elvan tersenyum, dan berdiri tegak. “Bagaimana aku bisa memasak jika kamu seperti ini,” ucap Elvan.
Celia perlahan mengangkat kepalanya. Elvan berbalik dan Celia berdiri tepat di hadapannya. Jarak antara mereka sangat dekat.
Celia menundukkan kepalanya, dia melihat ke arah celana Elvan, dan dengan lembut menyentuh bagian inti dari tubuh Elvan.
Elvan menatap Celia dengan tatapan tajam, dan melangkah mundur sedikit. Celia mengibaskan tangannya, lalu terkekeh. Dia tidak berniat menggoda Elvan, Celia hanya ingin tahu bagaimana responnya.
Celia menatap Elvan, "Silahkan lanjutkan, aku tidak akan mengganggumu lagi," ucap Celia. Celia memberi ruang kepada Elvan, dan berbalik untuk meninggalkan dapur.
Saat hendak beranjak, tiba-tiba lengannya ditarik paksa oleh Elvan. Elvan memegang dua tomat di satu tangan, dan satu tangannya menarik lengan Celia. Elvan mendekatkan wajahnya di wajah Celia, dan menundukkan kepalanya.
Cup...
Elvan mengecup sekilas bibir Celia, dan berkata, "Tunggu di kamar." Celia mengangguk dan beranjak meninggalkan dapur.
Elvan meletakkan panci berisi air di atas kompor, setelah air di dalam panci mendidih. Elvan memasukkan mie, memotong sayuran dan tomat, lalu memasukkannya ke dalam panci.
Setelah menambahkan bumbu, dan mengecek rasa, Elvan menutup panci sebentar. Tidak lama kemudian, mie sudah masak. Elvan mematikan api, dan memasukkan mie ke dalam mangkuk.
Elvan membawa dua mangkuk mie ke dalam kamar dan meletakkannya di atas meja. Elvan mengangkat kepalanya dan melihat Celia terbaring di tempat tidur.
"Dia tidur?" gumam Elvan.
Elvan beranjak untuk menutup gorden. Setelah gorden ditutup, ruangan menjadi agak gelap. Elvan duduk di pinggiran tempat tidur dan memperhatikan Celia sebentar, sebelum akhirnya dia ikut berbaring di samping Celia.
Celia bangun ketika hari sudah menjelang malam. Celia membuka matanya perlahan, tapi tidak beranjak dari tempat tidur. Celia dapat merasakan seseorang berbaring di belakangnya.
"Elvan... ?" Celia menoleh dan hanya melihat setengah dari sosoknya. Elvan memeluknya dari belakang, dan Celia dapat merasakan deru nafasnya.
"Baby...," Celia berbisik di telinga Elvan.
"Hmmm..." Elvan hanya bergumam tanpa membuka matanya.
"Kapan kamu akan mempertemukan aku dengan keluargamu?"
semangat yaaa kak nulisnya ✨
Mampir juga di karya aku “two times one love”