Mitha, Gadis Kaya yang mendadak miskin karena sang ayah direbut Pelakor. Hidupnya berubah 180⁰ sehingga pekerjaan apapun dia geluti demi menafkahi sang mama yang sakit-sakitan. Dia bergabung menjadi Pasukan Orange DKI Jakarta
Selama menjalani profesinya menjadi pasukan orange banyak ujian dan cobaan. Dan Mitha menemukan cinta sejati di lingkungan kerjanya, seorang lelaki yang berkedudukan tinggi tapi sudah beristri.
Apakah dia juga akan menjadi Pelakor seperti perempuan yang merebut ayahnya dari mamanya?? Yuk..di subscribe dan ikuti ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Megan Cemburu
Setelah hari itu, Megan tidak pernah lagi melihat Mitha ikut apel pagi. Padahal di jadwal seharusnya dia masih shift pagi. Zona 9 sudah di isi Agus.
"Kamu, memang masuk pagi? Bukannya di jadwal shift sore?" Megan menanyakan jadwal kerja Agus yang Tiba-tiba berubah
"Saya udah koordinasi sama pak Iyus pak, karena Mitha minta tuker shift. Mamanya masih sakit, jadi dia ga bisa masuk pagi"
Megan mengernyit. "Kamu tau dimana rumahnya?"
"Nih Deket sini pak, dari belokan itu bapak tinggal masuk gang senggol. Kontrakan nomer 5" Agus memberi arahan jalan rute rumah Mitha
"Owh Deket dari sini" kata Megan
"Kirain bapak mau nengokin ke rumahnya" Agus garuk-garuk kepala
"Kerjaan saya banyak gus, kalau semua anak buah saya perhatiin begitu habis waktu saya" Megan menjaga image jangan sampai anak buahnya merasa dia pilih kasih. Mending ga usah perhatian sama sekali, pikirnya.
"Oh iya dah pak. Saya lanjut istirahat dulu pak" Megan hanya mengangguk.
setelah Agus pergi, Megan melajukan motornya ke arah rumah Mitha sesuai alamat yang diberikan Agus.
"Motor ga bisa masuk pak Lurah. Cuma bisa sampe halaman rumah Bu Naryo "
"Oh begitu Bu, terima kasih infonya" Megan baru mau melangkah. Ibu-ibu itu memanggilnya lagi
"Kenalin pak lurah saya kader PKK, nama saya Jumiati. Panggil Bu Jum aja. Pak lurah mau sidak atau mau keliling ke rumah warga?"
Megan gelagapan, hal ini bisa aja terjadi. Bukan hanya di depan bawahannya, di depan warga dan ibu-ibu kader juga dia harus jaga image. Apa kata warganya kalau dia perhatian sama Mitha. Bisa jadi bahan gosip.
"E-eh ini Bu, saya mau muter aja Bu. Di sini rawan banjir ga Bu?"
"Kalo banjir mah engga pak lurah, tapi pelbak pembuangan sampah udah jebol. Jadi sampah warga berantakan. Jadi banyak lalat. Beberapa warga udah kena diare"
"Ya udah Bu saya liat dulu ke sana" Megan ingin memutus obrolan Bu Jum
"Ayo pak lurah saya anterin" Megan menghembuskan napasnya kasar. "Ga usah Bu, biar saya sekalian keliling"
"Ga apa-apa pak, ini juga tugas saya sebagai kader Jumantik"
Megan tersenyum kikuk ga bisa menolak.
Saat di dekat pembuangan sampah akhir, Megan melihat Mitha menenteng ember cucian ke arah tangga kontrakannya. Mitha melihatnya sekilas, lalu membuang muka lagi.
Hati Megan campur aduk, dia ingin sekali mendekat dan meminta maaf atas kemarahannya kemarin. Tapi kondisinya tidak memungkinkan. Dari sudut matanya Megan melihat Mitha sudah turun dari tangga dan berjalan menuju pintu kontrakannya. Megan ingin pamit ke Bu Jum, tapi..
"Ehh pak lurah baru, masyaallah ganteng banget. Kenalin pak saya juga kader di RW sini" Dan begitu seterusnya hingga Megan dikerumuni warganya.
Megan kehilangan fokus ngobrol dengan warganya saat melihat Mitha sudah memakai seragam orange berjalan keluar gang senggol.
****
"Mitha! jadi beli motor gua gak!"
"Jadi bang, tapi nunggu gajian ya. Sekarang uangku ngepas buat Nebus obat mama"
"Dia akan saya belikan motor baru bang!" Suara bariton Revaldo terdengar tidak jauh dari tempat Mitha berdiri
"Ciee..udah jadi sugar baby Lo, ta" Agus cengar cengir
"Enak aja, engga ya. Bang Agus jangan fitnah! Aku jadi beli motor Abang. Jangan dijual ke orang lain ya bang" Mitha melirik sinis ke arah Rey
"Aku serius mau beliin kamu, Mit" Rey menatapnya dengan serius
"Rey, kamu tuh ya. Ga capek apa gangguin aku trus. Gara-gara kemarin aku nemenin kamu, mama jatuh dari tempat tidur dan aku diomelin atasanku. Udah sana pergi Rey. Hari ini aku ga ada tenaga buat berdebat sama kamu" Mitha terlihat lelah
"Mama kamu jatuh? Ya ampun terus gimana keadaannya. Trus kamu kenapa pucet begini wajahnya" Rey memegang kedua pipi Mitha
"Rey!! apa-apaan sih. Ini jalanan, nanti orang liat nya kita lagi berbuat yang enggak-enggak. Udah sana pergi kamu!!" Mitha mendorong punggung Rey
Dari jauh Megan dengan posisi yang berbeda melihat kedua orang yang berbeda jenis itu sedang pegang-pengangan dan rangkul-rangkulan. Lagi-lagi dia terbakar cemburu.
"Hey kalian! Kalau mau pacaran jangan di jalan. Kamu juga Mitha, kamu masih memakai seragam kerja. Terkesan murahan sekali kamu!" Megan menegurnya dari atas motor NMAX milik Iyus. Dan dengan wajah tidak ramah dia pergi meninggalkan Mitha yang melongo karena baru saja dikatain murahan.
"Kan!! Aku bilang apa Rey! Setiap ada kamu hari-hari aku menjadi buruk, pergi Rey! Pergiii!!" Mitha teriak sejadinya karena kesal dijuluki murahan.
Dengan perasaan dongkol Mitha menyapu jalanan sambil menggerutu sampai dia lupa memakai buff penutup wajahnya.
"Mitha! Lo Mitha kan?!" Mitha celingukan. Betapa kagetnya dia yang memanggilnya adalah cewe ter-reseh di kampus, Dara.
"Hahaha...bagus banget seragam Lo Mitha. Cocok emang Lo pake begituan" Dara melemparkan sekantong sampah ke arah badannya. Ada air terciprat di wajahnya yang ternyata sisa jus dari gelas minuman plastik yang ada di dalam kantong.
"Ya Allah sial banget aku hari ini" tak terasa air matanya mengalir di pipi
Jam lima sore Mitha pulang ke rumah setelah dapat ijin dari pak Iyus untuk memandikan mamanya. Di depan pintu Mitha mendengar mamanya menangis.
"Mama kenapa? Nih Mitha udah pulang mama cantik, sayangku.. Cintaku" Mitha membuat mimik lucu agar mamanya tertawa. Dan berhasil! Mamanya tertawa gembira melihat Mitha sudah di depan pintu
"Mama mau emam? Emam otat? Mitha bawa otat kesukaan mama" Mitha menunjukan silver queen di depan wajahnya. Mamanya mengangguk kegirangan, wajahnya langsung sumringah
Dia suapin mamanya cokelat kesukaan dengan telaten, karena mamanya belum bisa mengunyah sempurna. Kadang makannya harus keluar lagi bercampur dengan liur.
"Abis emam otat, mama mandi ya. Mitha harus berangkat kerja lagi sampe jam 8 malam" Mamanya geleng-geleng kepala dengan wajah mau nangis.
"Engga apa-apa mam, Mitha kan harus nyari duit buat bayar obat mama. Mama harus ngerti ya. Kalau Mitha dirumah terus siapa yang mau ngasih uang mam" Mamanya mengelus kepalanya dengan deraian airmata, Mitha pun menitikkan airmata. Lalu tersenyum tulus, "Hanya mama yang Mitha punya, mama harus kuat dan berjuang untuk sembuh. Mama mau kan lihat Mitha nikah dan punya anak" mamanya mengangguk dan membuka kedua tangannya minta di peluk. Mitha memeluk mamanya dengan erat menyalurkan kehangatan di tubuh mamanya yang selalu terasa dingin.
Setelah memandikan dan menggantikan pakaian mamanya, cindra bergegas sholat Maghrib. Lalu memakai lagi seragamnya. Berpamitan dengan mamanya dengan mencium sekujur tubuh mamanya. Hal yang biasa dia lakukan setelah mamanya kena stroke.
"Mama jangan cengeng ya, nanti jam delapan Mitha sudah sampe rumah lagi, oke cintaku..muaacch!" Mitha melambaikan tangan ke mamanya sebelum menutup pintu.
"Mpok Lasmi, nitip mama ya. Kalau ada apa-apa telepon Mitha" gadis itu teriak ke arah lorong kontrakan dimana Mpok Lasmi, orang yang biasa dititipin sang mama.
"iya Mitha! Hati-hati di jalan neng!" teriak Mpok Lasmi
Biasanya kalau shift sore, Mitha hanya di jalanan sampai Maghrib. Sisa jam kerja dia akan berkumpul dengan rekan-rekan satu shift di aula kelurahan. Menunggu keadaan darurat seperti musibah banjir dan lain-lain.
Karena jam kerja shift sore pulang malam, kebanyakan diisi oleh petugas pria. Hari ini Mitha hanya perempuan sendiri. Dia dipanggil Bu Ira untuk perbantuan di kantor.
"Mitha kamu bisa pakai Excel gak? Saya mau kasih tugas kamu bikin salin anggaran"
"Bisa Bu, boleh Bu saya bantu"
"Sini Mit, ibu kasih penjelasannya dulu" Mitha mendekat Bu Ira
Bu Ira memberi arahan dan tugas, "Kerjakan sesuai contoh aja ya Mit, nanti jumlahnya ibu cek lagi"
"Baik Bu" Mitha duduk di meja kerja Bu Ira yang sudah menghilang di balik pintu.
Tak berapa lama terdengar suara orang berbicara seperti sedang menjawab telepon.
"Iya sayangku, sebentar lagi Abang pulang. Hari ini Abang minta jatah pokoknya. Abang pusing banget sama kerjaan...kamu jangan lupa pakai lingerie yang Abang belikan kemarin, janji ya..."
Suara seseorang yang sedang menelpon itu sudah di depan pintu ruanga Bu Ira, lama lelaki itu bicara di depan pintu.
"Ka-kamu...!! Ngapain disitu!!"
Megan kaget di ruangan yang dia pikir kosong ternyata ada orang lain, orang yang selalu mengganggu pikirannya.
"Sa-saya lagi bantuin Bu Ira bikin anggaran pak. Kebetulan saya sudah tidak ada kerjaan"
Megan tak bisa berkata-kata, sebenarnya dia malu sekali karena pembicaraan di telepon bersama istrinya di dengar oleh orang yang seharusnya tidak mendengar pembicaraan mesumnya. Dia langsung masuk ruangannya dengan membanting pintu.
Mitha terlonjak kaget mendengar pintu di banting. Dia hanya bisa mengelus dadanya untuk meredakan degub.
Tepat Jam delapan malam, Mitha telah selesai mengerjakan tugas dari Bu Ira. Dia merapihkan tugasnya dan bersiap turun ke lantai bawah untuk apel malam dan absen pulang.
Saat apel malam, Megan tidak ada. Yang memimpin apel adalah Babinsa yang baru kali ini Mitha lihat. Babinsa itu PDKT ke Mitha dengan meminta nomer telepon.
"Maaf pak, saya ga punya ponsel. Ponsel saya di pakai mama" Mitha harus berbohong, karena dia tidak mau nomernya jadi sibuk membalas chat atau TLP saat dia bekerja atau mengurus mamanya.
"mba Mitha saya antar pulang yuk"
"Mitha bareng saya pak Erik" suara Megan terdengar.
"E-ehh maaf ga usah pak. Saya mau ada perlu abis ini, mau jalan sama bang Dul. Iya kan bang Dul"
"I-iya pak Erik, pak lurah. Kami pamit" Mitha dan bang Dul boncengan motor keluar dari halaman kelurahan.
Ayo dong gaess..kasih dukungan buat novel ini berupa like, komen dan votenya ya, terima kasih 🩷