Warning!!!!!!!!
ini adalah novel yang sangat menguras emosi bagi yang tahan silahkan di lanjut kalau yang tidak yah, di skip aja
kalo mental baja sih aku yakin dia baca!!
Tak bisa memberikan anak adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita. Hal itu bisa meruntuhkan hubungan baik yang sudah tertata rapi dalam sebuah ikatan pernikahan. Dia adalah Rika, wanita yang berhayal setinggi langit namun yang di dapatkannya tak sesuai ekspektasi.
Dirinya mandul? entahlah, selama ini Rika merasa baik-baik saja. lalu kenapa sampai sekarang ini iya masih belum punya anak?
Mungkin ada yang salah.
Yukk!! ikuti kisahnya dalam menemukan kebenaran.
Kebenaran harus diketahui bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrena Rhafani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9
"Drinngggg ...!! Ddddrrriiiiinnngggg ...!!Drrriingggg ...!!"
bunyi alarm yang lumayan keras membangunkan wanita yang tadinya sedang tertidur pulas itu.
Rika menguncek matanya kemudian mulai meregangkan otot-otot nya
"Uggfff ...! sudah pagi. Aku harus bangun untuk meminta Bi Maya menyiapkan sarapan untuk mas Dion."batinya.
Tangannya kini mulai meraba-raba ke samping dimana suaminya tidur. Iya bermaksud untuk membangunkan mas Dion karena harus ngantor hari ini.
Rika mengerutkan keningnya. Tangannya tak menemukan sosok mas Dion yang biasanya tidur di sampingnya.
Segera iya bangun dan melihat apakah suaminya ada di dekatnya atau tidak.
Rika kembali terpuruk.
"Bodoh, " ucapnya pada dirinya sendiri. Mimpi buruk yang tadi malam menimpanya adalah hal nyata. Suaminya telah menikah lagi makanya iya tak ada di sampingnya.
Rika kembali meneteskan air matanya. Iya tak pernah menyaka rumah tangga yang selama ini iya rasa sudah kokoh, kini ambruk begitu saja. Pria yang dulu sangat mencintainya kini telah berpaling darinya.
Rika perlahan turun dari tempat tidur. Segera iya masuk ke kamar mandi dan mengguyur habis tubuhnya di bawah shower.
Mudah-mudahan dengan mendinginkan tubuhnya bisa membuat hatinya lebih tenang sekarang ini.
****
Beberapa saat kemudian, Bi Maya mendatangi kamar Rika. Iya hendak memanggil majikannya itu untuk sarapan.
"Tokkk ...!!! Tookkkk ...!! Toookkk ...!!"
"Bu, sarapan sudah siap."panggilnya.
Tak lama setelahnya, Rika pun keluar dengan mata sembapnya. Kedua mata yang bengkak begitu, Pasti menangis semalaman.
"Baik Bi."ucapnya lagi-lagi dengan senyum tipis menghiasi wajah yang berduka itu.
Makanan di maja makan tersaji dengan begitu banyaknya. Semua makanan itu terlihat enak dan nikmat.
Rika mengerutkan keningnya. Iya hanya sendiri, lalu kenapa pelayan yang bekerja beberapa tahun di rumahnya itu memasak begitu banyaknya?
"Siapa yang mau makan? Kenapa bibi masak begitu banyak?"
"Anu ...!! Bu, tuan yang memintanya." Ucap Bi Maya ragu-ragu.
"Trintongggggg ...!!! Triiinnntttonnng ...!! Trrriiingggtoongg ...!!"bunyi bel rumah Rika.
"Biar saya yang buka,"kata Rika menghentikan bi Maya yang sudah mau berjalan ke arah pintu depan.
Rika melangkahkan kakinya untuk membuka pintu yang belnya sedari tadi di tekan seseorang.
Langsung saja iya memegang knop pintu lalu menariknya.
Kedua matanya dikejutkan oleh kedatangan suaminya bersama dua seseorang di belakangnya. Mereka adalah ibu mertua Rika dan Reta istri baru Mas Dion.
"Kenapa lama sekali sih, membuka pintunya!"sembur ibu mertuanya seketika.
Rika tercengang mendengarnya.
Ketiga orang itu langsung masuk tanpa menghiraukan Rika yang masih berdiri mematung di depan pintu.
Reta, Dion dan ibunya langsung duduk di meja makan untuk sarapan bersama.
Rika terhentak dari lamunannya. "Apa ini? Kenapa mereka ke sini?"gumamnya. Segera iya masuk menyusul ketiganya.
"Ngapain mas bawa dia ke sini?"protes Rika menjuk pada wanita yang duduk di samping suaminya.
"Rik, mulai sekarang, Reta akan akan tinggal di sini." Cakap Dion bangkit dari duduknya.
"Apaaahh ...!!"kaget Rika. Dion membawa istri barunya Reta untuk tinggal seatap dengan Rika. Ini semua tujuannya agar keduanya bisa saling akrab satu sama lain.
"Mas!! Kamu gak bisa dong buat keputusan sendiri! Ini rumahku, aku yang punya hak di sini!"kritiknya
"Rik, kamu jangan lupa, kalau ini juga rumahku! Aku juga punya hak di sini!"lawan Dion pada Rika.
Keduanya tampak beradu argument. Sementara Reta, dari raut wajahnya, iya tampak sangat senang dan gembira. Sebentar lagi iya akan tinggal di rumah goddong mewah yang bertingkat tiga itu.
Inilah yang menjadi impian besar dari Reta seorang anak yang kurang mampu di bidang ekonomi.
"Rika! kenapa sih, kamu gak mau terima kalau Reta tinggal di sini?"tanya ibu mertuanya dengan nada bentakannya.
Rika langsung menoleh dan menatap wanita yang melontarkan pertanyaan itu.
"Mah, mama itu perempuan. Mama pasti tau, bagaimana sakitnya aku. Mas Dion menikah diam-diam, dan sekarang, istrinya harus tinggal sama aku? Apa kalian tidak punya perasaan?" Ungkapnya.
Rika kembali menangis di depan semuanya. Sekarang iya bener-benar kecewa dengan apa yang suaminya lakukan.
"Rika! Sekarang, mau tidak mau kamu harus tetap terima kenyataan bahwa, Reta sekarang istriku, dia harus ada di samping aku untuk mendampingi aku. Sama seperti kamu."tegas Dion.
Keputusannya sudah bulat, Reta harus serumah dengannya agar dia bisa segera memberinya keturunan. Dion juga tak mau jika harus pisah rumah dengan Rika. Rika adalah wanita yang sangat iya cintai dari dulu sampai sekarang.
"Terserah Mas!! Tapi intinya, aku tidak akan pernah menerima dia di rumahku!! Ingaattt itu!"pungkas Rika penuh amara lalu kembali ke kamarnya.
Reta bangkit dari duduknya untuk menenangkan suaminya yang sedang emosi itu. Tangannya mengelus dada sang suami.
"Sabar Mas, sabar. Lambat laun, mba Rika pasti akan menerima aku nantinya."
"Nah lihat istrimu ini, dia sangat mengerti tentangmu. Dalam kondisi begini pun dia bahkan masih menghiburmu," puji ibu Dion. Ibu mertua Rika itu terlihat sangat bahagia karena bisa menikahkan anaknya lagi dengan perempuan lain.
Rika belum bisa memberinya cucu karena dia mandul. Dengan menikahkan Dion dengan Reta yang kata dokter kandungannya subur, pasti iya akan segera menimang cucu.
Setelah sarapan, Dion kembali ke kantornya. Suasana di kantor sekarang ini sedang tidak memadai. Saham perusahaannya turun drastis akibat gosip-gosip yang merebak akibat pernikahannya kemarin. Dion sangat pusing sekarang. Banyak infestor yang membatalkan kerja sama dan mencabut dana yang dialirkan.
Dion hanya bisa memegang keningnya menghadapi permasalahan yang dibuatnya sendiri.
Sementara Rika, dari pada duduk dan meratapi nasibnya sekarang ini, iya memutuskan untuk pergi ke butik bajunya. Disana iya pasti akan disibukan dengan beberapa hal sehingga iya bisa lupa dengan masalah yang menimpanya sekarang ini.
"Lia, apakah gaun permata yang kubuat itu sudah di ambil pemiliknya?" Tanya Rika
"Maaf Bu, gaun itu di ambil ibunya pak Dion untuk istri keduanya." Kata Lia.
"Hahhh ...!!! Kenapa kamu kasih?"kata Rika dengan nada yang lumayan tinggi.
"Gaun itu akan diambil pemiliknya secepatnya. Lalu apa sekarang?"
Semua karyawan yang tadinya sibuk bekerja langsung melirik ke arahnya. Selama ini Lia selalu mendapat pujian dari Rika. Baru kali ini Lia kena cecar olehnya.
" Ternyata, Bu Rika bisa juga marah sama Lia."
"Husss ...! Apa kau tidak tahu kalau pak Dion habis nikah lagi."
"Wah pasti Bu Rika lagi kepikiran tentang itu, makanya dia marah-marah."
"Sudah diam, nanti dia dengar kita."
Bisik beberapa karyawan.
"Sudah berapa gaun yang diambil ibunya mas Dion?"tanya Rika
Lia dengan nada takut-takut mengeluarkan jawabannya.
"Ma ... af Bu, sudah lebih sepuluh gaun."
"Terus? Apa salah satunya ada yang dibayarnya?"tanya Rika lagi.
"Tidak ada Bu."
"Maaf Bu, kami tidak berani menegurnya karena dia adalah ibu mertua Anda."tambah penjelasan Lia.
...... like and vote......