Diandra, gadis cantik yang dibesarkan di panti asuhan. Balas budi membawanya pada perjodohan, yang tidak diharapkan oleh suaminya.
Mampukah Diandra menaklukkan sang suami yang hatinya telah dipenuhi oleh dendam pada wanita karena sebuah perselingkuhan?
Simak, perjalanan cinta Diandra yang diwarnai tawa dan air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pencarian
Keesokan harinya, Angga mengajak Diandra untuk menuju ke alamat ayah Diandra seperti yang tertera dalam buku nikah peninggalan sang ibu. Angga mengendarai mobil sport milik nya membelah jalanan padat kota Jakarta dengan kecepatan tinggi.
Seperti biasa, sepanjang perjalanan Angga hanya diam dan sama sekali tak mengeluarkan sepatah katapun. Hanya Diandra yang terus bicara seorang diri, mengomentari apapun yang mereka lewati di sepanjang jalan.
Terkadang dia juga bercerita tentang hal-hal yang dia anggap lucu, mencoba untuk membuat pemuda dewasa yang duduk di samping nya tersenyum. Namun semua itu tetap sia-sia, Angga tetap fokus mengemudi dengan wajah datar nya.
Sesekali Diandra bertanya, jika ada tempat yang menurut nya unik dan menarik. Namun tak di respon sama sekali oleh Angga, dan hanya dianggap sebagai angin lalu.
"Enggak seru deh pergi sama kak Angga, kayak pergi sama patung," ucap Diandra dengan kesal, karena pertanyaan dan candaan nya tak di gubris oleh Angga.
Sekilas Angga hanya melirik gadis ingusan yang duduk di sebelah nya, dan sedetik kemudian kembali fokus dengan kemudi nya.
Diandra akhir nya memilih diam, dan tak lama kemudian dia tertidur.
Angga melirik nya, dan kemudian tersenyum.. "dasar bocah, capek ngoceh terus tidur," gumam nya masih dengan senyuman di sudut bibir nya.
Setelah beberapa lama, Angga mengarahkan laju kendaraan nya ke sebuah komplek perumahan yang cukup elit di pusat kota Jakarta.
Dengan pelan Angga membangunkan Diandra yang nampak pulas dalam tidur nya, "hai bocah, bangun.. kita udah sampai di cluster nya."
Diandra nampak tak bergeming, seperti nya dia sangat mengantuk.
"Ck,, tidur kayak orang mati," gumam Angga nampak kesal. Dia kemudian menepikan mobil nya dan kembali mencoba membangunkan gadis belia yang masih terlelap itu.
Angga menepuk pelan pundak Didi, "hei, bangun.." seru Angga di dekat telinga Diandra.
Spontan Diandra terbangun dan nampak kebingungan, "kita ada dimana kak, kok berhenti? Apa kita sudah sampai?"
"Lap dulu tuh air liur kamu.." ucap Angga dengan ekspresi datar nya.
Seketika Diandra mengambil tissue dan mengusap bibir nya, "masak sih aku tidur ngiler,, duh, malu-maluin deh," gumam nya dalam hati.
Angga melengos kearah lain untuk menyembunyikan senyum nya.
"Kakak ngerjain Didi ya?" Seru Diandra ketika menyadari pemuda di samping nya menahan tawa. "Enggak apa-apa deh Didi dikerjain kak Angga, yang penting kakak bisa tersenyum sekarang," ucap nya sambil ikut tersenyum.
"Nomor rumah nya berapa?" Tanya Angga mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya, bentar," Diandra mengambil buku nikah milik ibu kandung nya dari dalam tas rajut milik nya, dia kemudian membuka nya. "Jl. XX nomor sepuluh," ucap nya dengan pelan.
Angga kemudian kembali melajukan kendaraan nya dengan pelan, sambil mengedarkan pandangan dan meneliti setiap jalan yang di lalui nya.
"Itu jalan nya," seru Diandra seraya menunjuk papan nama jalan yang berada di sisi kiri jalan.
Angga langsung mengarahkan mobil nya mengikuti petunjuk tersebut, dan Angga menjalankan kendaraan nya dengan sangat perlahan.
"Kamu fokus dengan nomor rumah di sisi kiri dan aku sisi kanan," titah Angga pada Diandra.
"Yang sisi kiri kayak nya nomor ganjil semua deh kak," ucap Diandra sesaat setelah mengamati beberapa nomor rumah di sisi kiri itu.
"Ya, benar," balas Angga singkat, sambil terus melajukan perlahan mobil nya dan mengamati bangunan-bangunan yang berada di sisi kanan nya.
"Itu dia," ucap Angga sambil membelokkan mobil dan menepikan nya tepat di depan rumah nomor sepuluh sesuai dengan alamat yang tercatat di buku nikah.
Kedua nya segera turun dari mobil dan menuju gerbang rumah yang menjulang tinggi dan tertutup rapat.
Baru saja mereka berdua sampai di depan gerbang, seorang satpam langsung menyambut nya dari dalam, "maaf, cari siapa mas, mbak?" Tanya satpam tersebut dengan penuh selidik.
"Maaf, apa benar ini rumah bapak Hadi Winata?" Tanya Diandra pada satpam yang berwajah sangar tersebut.
"Bukan mbak, ini kediaman tuan Budiman," jawab satpam tersebut dengan tegas.
Diandra menoleh kearah Angga, "terus gimana kak? Nama pemilik nya bukan kakek Didi?" Tanya Diandra nampak bingung.
"Boleh kami bertemu dengan pemilik rumah ini?" Pinta Angga dengan sopan.
Nampak satpam tersebut berpikir, tiba-tiba dari dalam rumah muncul wanita paruh baya yang nampak hendak pergi keluar, "ada apa pak?" Tanya nyonya rumah pada satpam nya.
"Maaf nyonya, dua orang ini mencari tuan..." Satpam nampak nya lupa dengan nama yang tadi disebutkan oleh Diandra.
"Kami mencari pak Hadi Winata bu?" Jawab Angga dengan cepat.
Nyonya rumah tersebut nampak mengernyit, "Hadi Winata?" Tanya nyonya rumah memastikan.
"Iya, benar bu," jawab Diandra sopan, "barangkali ibu mengenal nya atau mungkin pernah mendengar nama nya?" Tanya Diandra penuh harap.
Nampak nyonya rumah tersebut mengangguk-angguk, "silahkan masuk dulu nak," ucap nya mempersilahkan kedua orang asing itu untuk masuk kedalam.
Hati Diandra sedikit lega, setidak nya akan ada informasi yang bisa ia dapatkan dari sini.
Setelah ketiga nya duduk di teras, "saya bu Wati," ucap nya memperkenalkan diri.
"Saya Diandra bu, dan ini kak Angga," balas Diandra sambil menyalami bu Wati.
"Tadi nak Diandra dan nak Angga mencari pak Hadi Winata, benar begitu?"
Diandra mengangguk,
"Dulu pemilik rumah ini memang pak Hadi, tapi sejak sepuluh tahun lalu rumah ini saya beli dari beliau. Karena rumah ini sudah sangat lama kosong, sejak tragedi yang menimpa keluarga nya," ucap bu Wati menjelaskan.
"Tragedi?"
"Benar nak, keluarga pak Hadi tewas dalam kecelakaan pesawat sepulang dari berlibur di Bali. Istri, menantu nya yang sedang hamil, adik serta ipar nya. Itu yang ibu dengar dari cerita para tetangga," ucap nya mulai bercerita.
"Putra pak Hadi yang sedang menempuh pendidikan spesialis di luar negeri sangat terpukul mendengar istri nya yang sedang mengandung tewas dalam kecelakaan, hingga membuat nya depresi."
"Pak Hadi yang saat itu juga baru kembali dari dinas nya di luar kota, langsung membawa putra nya berobat ke luar negeri dan akhir nya menetap di sana." Bu Wati menceritakan sejauh yang dia tahu tentang keluarga pak Hadi, pemilik lama rumah nya saat ini dari cerita tetangga-tetangga di sekitar nya.
"Apa ibu tahu alamat pak Hadi di luar negeri?" Tanya Angga menyelidik.
Bu Wati menggeleng pelan, "tidak nak, pak Hadi dan istri nya orang yang tertutup. Itu informasi yang ibu terima dari tetangga di sini, hanya putra nya yang dokter dan istri nya yang masih sangat muda yang mau berbaur dengan warga yang lain jika ada kegiatan."
Diandra nampak lunglai, angan nya yang tadi sempat melambung tinggi kini seakan terhempas begitu saja.
"Baik bu, terima kasih informasinya," ucap Angga dengan sopan, dan langsung menyeret lengan Diandra dengan perlahan.
.tp ak ky blum bca yng ini ap sudh lupa soalny..hp kmren rusk.ini hp bru jd crta yng sudh prnh ak bca mlah d ulang tp klo dh inget crtanya ak lwti..tp klo kluarga alamsyah smua sudh ak bca..