Revisi PUEBI
Diminta oleh orang tuanya untuk menyelesaikan persoalan hutang keluarga serta harus mengganti rugi dari kerusakan mobil yang Aruna tabrak.
Manakah takdir yang dipilih untuk menyelesaikan persoalannya. Menjadi istri muda Broto sebagai pelunasan hutang atau menjalani One Night Stand dengan Ben agar urusan ganti rugi mobil selesai. Juga cinta Alan pada Aruna yang terhalang status sosial.
Manakah pilihan yang diambil Aruna ? Dengan siapakah Aruna akan menjalani hidup bahagia penuh cinta. Ben atau Alan ? Ikuti terus kisah Aruna
Cerita ini hanya kehaluan author untuk hiburan para pembaca. Silahkan ambil pesan yang baik dan tinggalkan yang buruk.
ig : dtyas_dtyas
fb : dtyas auliah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Are You Ready ?
Una dan gengcalon orang sukses sedang berada di Kantin setelah mengikuti jadwal mata kuliah hari ini. Menikmati makan siang sambil ngobrol sesekali mereka terbahak karena candaan yang diucapkan. Sejak pagi saat dikelas Una terlihat tidak antusias dan semangat seperti biasanya, dia terlihat murung.
"Na, kamu kenapa beb ?" tanya Meisya dengan tangan kiri menopang dagu dan wajah menoleh pada Una disampingnya.
"Gak apa-apa, emang aku kenapa ?"
"Jelas kenapa-napa dong. Biasanya loe yang rame sekarang sepi kayak kuburan pas malam jum'at kliwon" sahut Bira
"Kayak pernah aja ke kuburan pas malam jum'at kliwon, Gue sih mending ke tempatnya Vino. Sepi malah asyik," ujar Meisya
"Ngapain Sya ? Olahraga ya." Mario bertanya dan dijawab juga olehnya sambil terkekeh
"Na, gimana kelanjutan sama Alan ?" tanya Bira
"Gimana apanya ? Emang harus berlanjut seperti apa ?"
"Ah gak peka bener dah," seru Bira
"Tau ah, lagi pusing gue. Sya ke perpus yu ?" ajak Una
"Hah, ngapain ?" balas Meisya
"Tidur sya," kata Mario
"Ikut aja sih," jawab Una sambil beranjak
"Bye birama," seru Meisya pada kedua teman laki-lakinya dengan mengubah nama panggilan Bira dan Mario.
.
.
"Ngapain sih Na ke sini segala, kayak mahasiswa cerdas aja yang nongkrongnya di perpus," ucap Meisya sambil duduk pada kursi yang ada pada salah satu sudut ruang baca perpustakaan yang sangat luas tersebut.
"Ada hal yang mau gue ceritain Sya, gak mungkin gue bicarain didepan Bira sama Mario. Lagi malas juga gue kalo Bira bahas Alan," jawab Una sambil meletakan ransel yang dipakainya pada meja, membuka buku yang tadi diambil dari rak yang dilewatinya.
"Kenapa sih Na, nambah lagi masalah loe ? Emang kenapa si_Alan itu?"
"Yaitu yang mau gue ceritain, pertanyaan kedua loe ambigu antara nama orang sama mengumpat."
Aruna menceritakan persoalan keluarganya terkait dia harus mencari uang secara instant dan mengganti kerugian mobil yang ditabraknya. Termasuk kesediaannya melakukan One Night Stand untuk menyelesaikan masalahnya.
"Oh_My_God. Serius Na ? "
"Hm."
"Loe yakin ?"
"Absolutely"
"Sorry Na, gue enggak bisa bantu loe, nominalnya terlalu besar. Gue harap sih gak sampe kejadian, loe kan penganut *no se_x before married."
"Terpaksa sya. Setelah ini gue enggak akan tinggal di rumah, sebelum dapat tempat kost boleh enggak sementara tinggal bareng loe?"
"Anything for you* Aruna," jawab Meisya sambil memeluk Una dari samping
Ponsel Una bergetar, notifikasi bahwa ada sebuah pesan masuk. Membukanya dan Una menghela nafas setelah membaca pesan m-banking bahwa baru saja masuk dalam rekening sebesar 100 juta.
setelah dari perpustakaan Meisya dan Aruna meninggalkan kampus dan pulang.
Drt drt
Ponsel Una bergetar saat dia baru saja menghentikan motor dan membuka helm.
"Halo"
"Kau sudah siap Aruna ?"
"Untuk ?"
"Jangan bercanda Aruna,it's not funny. Bahkan kamu sudah menerima uang yang tugasnya belum kau kerjakan."
Una tidak menjawab hanya menghela nafas.
Ben masih dalam panggilan menyebutkan lokasi yang harus dia datangi nanti malam
"Don't be late".
.
.
Aruna telah bersiap, menggunakan A-line dress selutut berwarna putih dipadukan dengan Flat shoes berwarna senada. Dengan sentuhan make up tipis dan rambut digerai. Membuka ransel kuliahnya serta mengeluarkan lembaran obat yang tadi siang Meisya selipkan.
'Loe harus minum ini, jangan sampai 9 bulan lagi loe dapat bonus keturunan. Belum saatnya Na, loe harus tinggalin keluarga gaje loe dan hidup sukses' teringat pesan Meisya tadi siang.
Hati Una seakan mengumpat untuk dirinya sendiri, mengingat apa yang akan dia lakukan. Langkah yang diambilnya salah namun dia terpaksa melakukan ini. Dengan busana yang dikenakan tidak mungkin dia harus membawa motor untuk sampai di tujuan, akhirnya Una memesan Taksi Online.
"Mau ke mana kamu Na ?" tanya Fatma saat melihat Una
"Ke luar bu, ada perlu."
"Na, besok Pak Bara kesini lagi sesuai janji kamu 2 hari. Kamu kok masih nyantai aja, malah sekarang rapih gini mau ke mana kamu ? masih bisa ya kamu asyik main."
"Udah deh bu, gimana besok aja. Kalaupun enggak bisa bayar tinggal cabut aja dari rumah ini. Ribet amat," Ujar Una, ibunya tidak mengetahui bahwa yang akan Una lakukan saat itu adalah demi keluarganya.
"Eh, kamu ya. Terus kalo rumah ini disita kita mau tinggal di mana?"
"Ibu harusnya tanya ke ayah, apa dia mikir sampe sejauh itu waktu meminjam uang dengan menggadaikan rumah ini. Lagi pula di rumah ini ada 5 kepala, kenapa harus aku yang tanggung jawab. Gimana kalau kita bagi rata bu, jadi semuanya harus siapkan 20 juta. Adil kan ? bye ibu," jelas Una sambil berlalu karena taksi pesanannya sudah tiba.
"Una, dasar anak kurang aj*r kamu ya,"
Una akhirnya tiba di hotel yang sudah disampaikan oleh Ben. Berada di depan pintu kamar, dadanya terasa sesak, jantungnya berdetak lebih kencang. Menarik nafas panjang agar lebih tenang, lalu mengetuk pintu di depannya. Tidak lama pintu terbuka, tampak Ben dengan wajah yang tidak bisa dipungkiri sangat tampan dan menggoda mengenakan kemeja putih tangan panjang yang sudah terlipat sampai siku dan celana chinos berwarna cream. Dia menatap Aruna dari kaki sampai kepala, tersenyum dan bergeser seakan mengisyaratkan Una untuk masuk. Saat melewati Ben, tercium aroma maskulin dari pria tersebut.
to be continue
Perjodohan Arini
Suami absurd
Suami rupa madu mulut racun