MY CEO MY HUSBAND

"Iya. Sudah kamu kembali ke ruangan kamu dan selesaikan hari ini juga dan jika sudah selesai langsung bawa ke ruangan saya," titah Bu Jova.

"Baik Bu. Apa Ibu tahu kenapa Devina gak masuk?" tanya Venus dengan pertanyaan bodohnya. Tentu saja, Bu Jova tahu alasannya, jika tidak tahu tidak mungkin atasan mereka mengizinkan Davina cuti.

"Ya, saya tahu, tapi saya tidak bisa mengatakan hal ini kepadadamu.

"Ah, baiklah, Bu. Kalau begitu saya permisi dulu." ujar Venus lalu berlalu pergi dari ruangan Kepala Adminnya itu.

Sesampainya Venus di meja kerjanya, terlihat Hilda yang sedang menunggunya disana.

"Venus, teman kamu mana? Kok, gak datang ke ruang Presdir sih?" omel Hilda menggebu - gebu. Bagaimana tidak, hanya karena seorang staff Admin saja, dia mendapatkan omelan dari Presdir tampannya pagi - pagi begini.

"Gak masuk Mbak. Aku juga nggak tahu alasannya apa, Mbak. Tapi Bu Jova bilang Davina sudah izin cuti sama dia," jawab Venus.

"Oh, apa kamu sudah sampaikan pesan dari saya sampai dia berani nggak masuk gitu?"

"Maaf Mbak, aku kemarin lupa sampaiin ke dia, Mbak, karena kemarin Davina buru - buru keluar, Mbak." ujar Venus menyesal. Sedangkan raut wajah Hilda sudah memerah ingin meluapkan emosinya kepada Venus.

'Sabar, Sabar, Hilda,' ucap Hilda dalam hati.

Dengan berat hati, Hilda keruangan Bu Jova untuk menanyakan tentang Davina. Walaupun dia sendiri nggak suka kalau Presdirnya itu mencari Davina tapi, dia tidak ingin masuk ke ruangan Presdirnya dengan tangan kosong.

Setelah mendapatkan informasi dari Bu Jova, Hilda dengan muka cemberut naik ke lantai 33 tempat ruang Presdir berada.

Tok... tok.... tok...

"Masuk!" Teriak David.

Ceklek...

"Dimana Davina?" tanya David saat ia hanya melihat Hilda yang masuk ke dalam ruangannya.

"Dia nggak masuk Pak Presdir," jawab Hilda gugup. Dia takut Presdirnya akan marah - marah karena tidak berhasil membawa Davina kesini.

"Apa? Nggak masuk? Omong kosong macam apa ini. Bukannya kemarin saya sudah kasih tahu kamu, untuk memintanya menemui saya hari ini?!" Seru David sambil menggebrak meja kerjanya padahal kemarin ia ingin memanggil Davina hanya untuk menegurnya karena datang terlambat dan tidak memperhatikan jalan sehingga menabraknya. Tapi saat ia tahu kalau Davina adalah calon Istrinya, ia ingin membicarakan pernikah kontrak dengan Davina.

"Ehmm.., Maaf Pak Presdir sebenarnya saya kemarin tidak sampai ke ruangan Admin, saya menyampaikan pesan Bapak ke temannya Davina tapi dia bilang dia lupa menyampaikan pesannya ke Davina dan saya dapat info dari Bu Jova kalau sekarang Davina sedang berada di Rumah sakit, menunggu Ibunya yang sedang melakukan proses Operasi ginjal." jelas Hilda.

"Sekarang kamu boleh keluar dari ruangan saya. Kali ini saya maafkan kesalahan kamu tapi lain kali saya tidak akan mentolerir lagi," ucap David tegas.

"Baik, dan terima kasih atas kebaikan Presdir." ucap Hilda sambil memberi hormat.

Setelah keluar dari ruangan Presdir, Hilda mulai mengumpat kesal.

"Sialan, gara - gara bocah ingusan seperti Davina, gue kena omelan sama Presdir pada pagi ini," gerutu Hilda.

"Tunggu saja pembalasan gue bocah ingusan!" gumam Hilda emosi.

Setelah mendapat informasi dari Dafa tentang Rumah Sakit dimana tempat Ibunya Davina di rawat, David pun langsung mengambil kunci mobilnya dan beranjak dari tempat duduknya dan langsung keluar dari ruangannya.

"Hilda!" Undur semua meeting setelah jam makan siang!" Titah David menghampiri meja kerja Hilda.

"Baik, Pak Presdir" balas Hilda. Sebenarnya Hilda ingin bertanya kepada Presdir nya akan pergi kemana tetapi dia tidak memiliki keberanian untuk bertanya apalagi, ia barusan habis mendapatkan omelan darinya.

Kurang lebih selama satu jam, David sampai di Rumah Sakit dan bertanya kepada seorang suster dimana ruangan operasi yang di tangani oleh Dokter Candra. Tentu saja David mendapatkan informasi nama dokter ini, yang menangani Operasi Ibunya Davina dari Dafa.

Tapi pada saat David sampai di ruang tunggu dekat ruang operasi, ia menghentikkan langkahnya. Terlihat dua orang yang sangat di kenalnya sedang bersama dengan Davina.

'Mengapa mereka datang kesini?" gumam David dalam hati.

Ya, kedua orang tua itu adalah Mami dan Papinya. Tak lama setelah itu, datang kehadiran sosok pria yang di temuinya kemarin dia adalah Bagas, yang bisa di katakan adalah calon mertuanya. Baru saja Leon, Karina dan Bagas sampai di Rumah Sakit ini, sesuai dengan permintaan Leon semalam, bahwa ia ingin bertemu dengan calon menantunya hari ini.

Ini pertama kalinya Davina melihat pasangan Suami - Istri yang sedang berada di hadapannya itu, Walaupun Davina tidak mengenalnya tapi ia bisa menyimpulkan bahwa pasangan Suami - Istri ini adalah orang yang terpandang.

"Davina, perkenalkan ini adalah Om Leon dan Tante Karina," ujar Bagas memperkenalkan Leon dan Istrinya, dengan sopan Davina kemudian menyalami dan mencium tangan Leon dan Karina.

"Om Leon dan Tante Karina ini adalah sahabat Ayah dari waktu sekolah dulu," jelas Bagas, walaupun tak paham kenapa Ayahnya menjelaskan hal ini kepadanya, Davina hanya tersenyum, berbeda dengan Karina yang sedari tadi hanya memperhatikan calon menantunya itu.

"Anakmu sangat cantik dan manis, Bagas," puji Karina, tanpa di duga tiba - tiba Karina langsung memeluk Davina dan meminta kepada Davina untuk memanggil dirinya dengan sebutan 'Mami'.

Seketika membuat Leon, Bagas dan terutama Davina tercengang.

"Maaf Tante, tapi Davina nggak bisa panggil Tante dengan sebutan 'Mami' karena Ibu Davina masih ada Tante," ujar Davina.

Mendengar ucapan Davina barusan sama sekali tidak membuat Karina tersinggung malah membuatnya tertawa kecil dan mengerti bahwa Bagas sama sekali belum menjelaskan secara jelas kepada Davina bahwa ia dan suaminya ini siapa.

Bersambung..

Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.

Jangan lupa, like komen dan vote.