~Dibuat berdasarkan cerpen horor "Anna Van de Groot by Nath_e~
Anastasia ditugaskan untuk mengevaluasi kinerja hotel di kota Yogyakarta. siapa sangka hotel baru yang rencana bakal soft launching tiga bulan lagi memiliki sejarah kelam di masa lalu. Anastasia yang memiliki indra keenam harus menghadapi teror demi teror yang merujuk ada hantu noni Belanda bernama Anna Van de Groot.
mampukah Anastasia mengatasi dendam Anna dan membuat hotel kembali nyaman?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nath_e, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chef Umar ambruk
Sesaji yang telah dirusak oleh tangan jahil memicu sesuatu yang tak diinginkan. Malam itu, dikamar 310, cermin besar yang ditutupi kain putih perlahan terbuka seolah ditarik energi tak kasat mata. Terdengar suara retakan kaca yang perlahan menjalar, membelah cermin menjadi beberapa bagian kecil. Sosok Anna Van de Groot muncul perlahan, seperti kabut tipis yang keluar dari sela retakan.
Anna terbebas dari cermin, tapi tidak dari tempat ini. Akar Flamboyan yang dahulu menjadi saksi akhir hidupnya tetap mengikat jiwanya di hotel. Gaunnya yang kelam seperti asap bergerak mengikuti langkahnya. Mata birunya yang pudar penuh dendam menyapu lorong hotel.
Tapi, Anna tidak melihat tembok atau lampu, yang ia lihat hanyalah kenangan dan kekecewaan masa lalu.
Ia berjalan di koridor hotel, tangan pucatnya menyentuh dinding sambil berbisik pelan, "Cornelis, waar ben je ... aku tahu kau di sini ...". Suaranya bergema pelan, seperti desiran angin yang menusuk telinga.
Saat ia melayang menembus dari lantai ke lantai, menyusuri koridor demi koridor, matanya menangkap seseorang yang sangat dikenalnya.
“Cornelis … Ik heb je eindelijk gevonden!”
(Cornelis, akhirnya aku menemukanmu!)
Anna dengan antusias bergerak cepat mengikuti sosok yang dianggapnya sang kekasih. Ia begitu senang dan terus mengikutinya. Sampai akhirnya lelaki yang sangat mirip Cornelis itu masuk ke sebuah cafe di hotel. Ia tak hentinya menatap penuh kerinduan pada pria keturunan Belanda itu.
“Ik mis je echt ..,” (aku sangat merindukanmu)
Anna tak tahu bahwa dunia telah berubah. Cornelis yang ia cari bukanlah kekasihnya lagi, melainkan seorang tamu muda bernama Oliver Hart, seorang chef muda yang baru saja menginap di hotel itu untuk bertemu dengan chef Umar. Kemiripan wajahnya dengan kekasih lama Anna menjadi jembatan bagi roh yang terperangkap itu untuk kembali menuntut apa yang ia anggap miliknya.
*
*
Rama, tengah bermeditasi di kamar Adam dikejutkan dengan petunjuk gaib dari leluhurnya tentang Anna. Dengan jantung berdegup kencang, Rama mencoba menghubungi Adam menanyakan tentang keberadaan seorang tamu pria keturunan Belanda yang menginap di hotel. Ia harus menemukannya sebelum Anna Van de Groot.
“Jika benar apa yang aku lihat maka jiwa lelaki itu dalam bahaya. Sampai Anna menyentuh pria itu, maka jiwanya akan menjadi milik hantu itu selamanya.” Rama bergumam pada dirinya sendiri. Ia segera memerintahkan sang asisten untuk menemui Adam di ruangan Anastasia.
Beberapa jam sebelum acara gala dinner dimulai.
Chef Umar tengah mengambil jam istirahatnya untuk meregangkan otot sejenak. Bekerja dibawah tekanan selama lebih dari delapan jam cukup membuatnya stres. Chef Umar memilih untuk bersantai beberapa menit menikmati kopi hitam favoritnya.
“Hai chef, sedang santai?” Oliver yang datang tak lama setelah chef Umar duduk langsung menyapa.
“Yah, aku perlu kafein buat bikin mata ini tetap fokus.” Jawab chef Umar dengan senyum tipis.
“Hari yang sibuk ya, jadi kapan kita bisa keluar bareng? Minggu depan aku harus balik lagi ke Belanda.”
“Besok sore gimana? Aku ambil cuti besok,” chef Umar menawarkan waktu.”
“Deal! Aku sudah nggak sabar menikmati suasana Yogya.”
Keduanya kembali melanjutkan obrolan tapi ditengah perbincangan seru, Chef Umar tiba-tiba memegang dadanya dan tampak kehilangan keseimbangan. Wajahnya memucat, keringat dingin membasahi pelipisnya.
"Chef!" Oliver menangkap tubuh Chef Umar sebelum ia jatuh ke lantai.
Dengan cepat, Oliver memanggil bantuan melalui radio komunikasi staf. Beberapa menit kemudian, staf keamanan membawa Chef Umar ke klinik terdekat. Gina panik karena dapur dalam keadaan kacau. Saat mengetahui chef Umar sakit ia mencoba menghubungi Nathan tapi sia-sia. Ponsel Nathan tidak aktif. Berkali kali ia mencoba menghubungi tapi hasilnya nihil.
“Aduh, gimana ini? Menu utama cuma chef yang paham. Ini Nathan kemana sih, susah banget dihubungin?!” Gina mondar mandir didepan Oliver yang masih menunggu hasil pemeriksaan chef Umar.
“Memang asisten chef Umar nggak bisa?” Tanya Oliver keheranan.
Gina menggeleng, “ini masterpiece chef Umar, jadi kebanyakan beliau yang paham bagaimana taste sama pengerjaannya.”
“Kalau boleh tau, apa menu utama?”
“Lamb Crown Roulade with Truffle Herb Glaze” jawab Gina dengan mata berkaca-kaca.
“Heem, itu menu dengan tingkat kesulitan tinggi. Apa kentang dauphinoise sudah disiapkan? Ini memakan waktu karena harus dipanggang perlahan hingga setiap lapisan matang sempurna tanpa mengering.”
“Sebagian sudah dipersiapkan, sementara yang lainnya … hanya chef Umar yang paham,” Gina menghela nafas berat, nyaris terisak saat Oliver menepuk bahunya.
“Ayo, aku akan bantu kalian.”
“Tapi, nanti mbak Ana …,”
“Itu urusan belakangan, apa kalian mau hotel ini kena malu karena gagal menyiapkan menu utama? Klien sudah membayar mahal untuk semua makanan, jangan kecewakan mereka.”
“I-iya chef,” Gina mengangguk pelan, setuju dengan pernyataan Oliver meski ia juga takut bakal kena semprot Anastasia karena mengijinkan Oliver masuk ke pantry.
“Tenang, ini situasi darurat. Aku yang tanggung jawab kalau bos kamu itu marah. Ayo kita diburu waktu!”
Bersambung ..,
padahal aku teh pingin tau flashback nya anna 😌