Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
YOU AND I
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan Kimberly masih menulis ringkasan penjelasan hari ini. Ia hanyabperlu menyalin 2 kali lagi, tapi rasanya tangannya sudah sangat pegal. Apalagi ia juga mengantuk karena harus bangun pagi.
Sambil menulis, air matanya kembali menetes, sehingga membasahi kertas yang sedang ia tulis. Dengan cepat ia meraih tissue dan menekan perlahan di bagian kertas yang terkena air agar mengering dan tidak robek. Ia bersandar sebentar pada sandaran kursi, masih terbayang bagaimana kedekatan antara William dan Viera.
* Flashback on *
"Ayo Kim, kita pulang!" ajak William.
Wajah Kimberly yang awalnya cemberut, langsung berubah ceria. Akhirnya ia bisa pulang bersama dengan William seperti dulu lagi. Kimberly langsung meraih lengan William.
Sesampai di lobby kampus, William berhenti, kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.
"Kamu dimana? Aku tunggu di lobby ya," ucap William, kemudian mematikan sambungan teleponnya.
"Kamu menelepon siapa? Dan kenapa kita berdiri disini, apa kita menunggu seseorang?" tanya Kimberly.
"Ya, kita menunggu Viera. Itu dia," William mengangkat sebelah tangannya untuk memberi tahu keberadaannya pada Viera.
Viera segera mendekati William dan meraih tangan William, "Ayo!"
William berjalan bersebelahan dengan Viera, sementara Kimberly hanya diam dan melihat. William kemudian berhenti dan menoleh ke belakang, "Kim, ayo, nanti kita kesorean."
Kimberly akhirnya berjalan mengikuti William dan Viera. Saat sampai di parkiran, William membukakan pintu untuk Viera di kursi sebelah kemudi, sementara Kimberly kini harus duduk di kursi belakang.
Selama perjalanan, beberapa kali ia harus menyaksikan bagaimana kedekatan antara Viera dan William, membuat hatinya terasa sakit.
"Aku turun di sini aja, Wil," pinta Kimberly.
"Kenapa turun di sini?"
"Aku harus membeli kertas folio bergaris dulu. Punyaku habis di rumah, sedangkan aku membutuhkannya untuk mengerjakan tugas."
"Tugas?" tanya William ingin tahu.
"Iya, aku kena hukuman tadi gara gara sedikit mengantuk."
"Apa kamu perlu bantuanku?"
"Aku ....," ucapan Kimberly terputus karena Viera langsung memotongnya.
"Bukankah kamu mau menemaniku membeli kue untuk Mamaku?" tanya Viera.
"Oh iya," ucap William sambil menepuk dahinya.
"Aku bisa mengerjakannya sendiri kok, Wil. Kamu pergi temani Viera saja."
"Terima kasih. Sorry ya Kim. Nanti kalau aku pulang cepat, aku langsung ke tempatmu buat bantuin ya."
Kimberly menganggukkan kepalanya.
* Flashback off *
Setelah turun dari mobil, ia langsung memesan taksi online dan bergegas pulang ke rumah. Membeli kertas hanyalah alasan Kimberly agar ia tidak terus menerus melihat kedekatan antara William dengan Viera.
Kimberly meletakkan kepalanya di atas meja dengan tangan sebagai penahannya. Ingin sekali ia mengulang waktu sebelum William bertemu dengan Viera. Ia akan mengatakan bagaimana perasaannya pada William. Kimberly yakin, jika tidak ada Viera, maka William akan bersamanya. Bukankah cinta datang karena terbiasa?
Air mata kembali mengalir dari sudut matanya. Tiba tiba ponselnya berbunyi, ia segera menghapus air matanya.
"Halo."
"Belum tidur?" tanya seseirang di ujung telepon.
"Belum kak."
"Apa masih banyak yang perlu kamu selesaikan?"
"Tidak, aku hanya harus menyalin 2 kali lagi," ucap Kimberly sambil menguap.
"Kamu sudah mengantuk, hmm?"
"Iya, sedikit."
"Aku ingin membantumu, tapi rasanya tidak mungkin karena tulisan kita berbeda. Coba kalau tadi dihukumnya harus diketik ya, tinggal print aja 10 kali," Kimberly tertawa mendengar celotehan Anthony.
"Kakak tidak tidur?"
"Belum. Ada bahan yang harus kusiapkan untuk besok. Jadi aku menelepon untuk mengecek apa kamu mengerjakan hukumanmu," ucap Anthony.
"Tentu saja aku akan mengerjakannya, Kak. Aku nggak mau kena hukuman menulis lagi, tanganku benar benar pegal."
"Kamu teruslah menulis, aku akan menemanimu. Bagaimana dengan sebuah lagu?"
"Kakak bisa bernyanyi?"
"Tentu saja, dan terbaik di kelasnya," ucap Anthony dan membuat Kimberly kembali tertawa. Rasa kantuknya perlahan menghilang. Ia pun mulai menulis lagi, sambil mendengarkan Anthony menyanyi.
You and I, we don't wanna be like them
We can make it 'til the end
Nothing can come between you and I
Not even the Gods above
Can separate the two of us
No, nothing can come between you and I
Oh, you and I
(Part of song - You and I - One direction)
"Suara kakak bagus," puji Kimberly.
Sebenarnya Kimberly mengalihkan perhatiannya dari lirik lagu tersebut, yang mengingatkannya kembali pada William. Ternyata cintanya pada William bisa dipermainkan seperti ini. Takdir seperti sedang bercanda dengannya.
Kebersamaannya selama 18 tahun dengan William, bisa seketika lenyap dalam hitungan jam, bahkan hitungan menit.
"Benarkah?"
"Ya, buktinya aku sampai bisa mengerjakan 1 salinan hingga selesai."
"Wah, kalau begitu nyanyi sekali lagi, selesai donk ya salinannya?"
"Nggak usah kak. Kalau kakak nyanyi terus, besok nggak bisa ngasi penjelasan di depan," ucap Kimberly.
"Oh iya, bener juga. Nanti suaranya jadi serak serak basah, seksi gitu."
"Kakakkk!!" ucap Kimberly sambil tertawa.
"Tapi kamu tahu dari mana besok aku harus presentasi di depan?" tanya Anthony.
"Aku lihat di buku panduan. Nama kakak, Anthony Lee Graham kan?"
"Tepat sekali, 100 buat kamu!"
"Ah nggak mau lha angka 100, nggak ada gunanya sekarang. Udah nggak ujian soalnya."
"Terus maunya apa?"
"Es krim," ucap Kimberly.
"Es krim? Cuma es krim?"
"Iya."
"Gampang itu mah. Nanti kalau acara MPLK udah selesai, aku traktir kamu makan es krim sepuasnya, bagaimana?"
"Benar?"
"Tentu saja."
"Aku mau!" mendengar ia akan makan es krim sepuasnya, membuat hati Kimberly kembali ceria. Memang ia tak bisa kalau disogok oleh es krim, pasti akan segera luluh.
Mereka pun akhirnya berbincang sambil terus mengerjakan pekerjaan masing masing.