Asyh, gadis belia yang pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Baru saja sampai ke Negara Paman Sam itu. Asyh sudah menyaksikan kejadian yang membuat hatinya begitu terluka yakni dang kekasih berselingkuh dengan wanita lain.
Lari dari pria 'jahat' itu adalah pilihan Asyh satu-satunya. Dengan segala kekecewaannya, Asyh berlari hingga ke basement apartemen sang kekasih dan malah tidak sengaja menyaksikan sebuah adegan pembunuhan keji.
Asyh dilepaskan oleh dua orang pria yang melakukan pembunuhan itu. Sayangnya, tanpa ia sadari semua itu adalah awal 'kehidupan barunya'.
WARNING!!!
Terdapat Unsur Dewasa dan Adegan Kekerasan di Beberapa Bab!
Harap Bijak Memilih Bacaan dan Bacalah Sesuai Dengan Usia Anda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anjing terlatih
"Sshhh..." Asyh merintih kesakitan saat terbangun dari tidurnya dan merasakan sakit yang teramat sangat dibagian kaki serta kepalanya.
Asyh berusaha untuk duduk dengan bersusah payah menahan sakit di kakinya.
"Aku masih hidup?" Asyh bergumam bingung karena ia berada di dalam kamar yang sangat mewah dengan nuansa gelap dan wewangian maskulin yang menenangkan.
Perlahan, Asyh mencoba turun dari ranjang meski kakinya masih sangat sakit.
"Awkh..." Asyh mencoba melangkah perlahan dan menyeret paksa kakinya untuk berjalan.
CEKLEK
Pintu kamar itu dibuka dari luar membuat Asyh langsung waspada.
"Kau sudah bangun? Kenapa turun dari ranjang?" Arlen menghampiri Asyh dengan perasaan cemas dan menyimpan asal nampan berisi makanan yang ia bawa.
"Jangan mendekat! Jangan menyentuhku!" Asyh menolak Arlen saat Arlen hendak menggendongnya.
"Tapi kau masih sakit sayang. Biar aku bantu!" Arlen bersikeras ingin membantu Asyh.
"JANGAN MENDEKAT! AKU TIDAK SUDI DISENTUH OLEH IBLIS SEPERTI DIRIMU!" Asyh membentak dengan suara keras.
Arlen yang tidak terima suara keras Asyh pun terbakar amarah.
Tanpa banyak basa-basi Arlen langsung menghampiri Asyh dan menggendong Asyh dengan kasar lalu melemparnya kembali ke atas ranjang.
"Akh..." Asyh kini merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
"Menurut padaku Asyh! Jangan membangkang!" Arlen mencengkram dagu Asyh dengan sangat kuat.
Asyh menangis dalam diam menahan sakit bahkan seluruh wajahnya.
Dagu Asyh menjadi sangat merah bahkan memar.
"Maaf. Maafkan aku." Arlen kini seolah merasa bersalah dan langsung memeluk Asyh dengan sangat erat.
"Hiks...aku membencimu. Lepaskan aku!" Asyh dengan suara lemahnya.
"Tidak! Tidak akan pernah! Sekalipun mati, kau harus mati di tanganku." Arlen menggeleng menolak permintaan Asyh.
"Kau iblis berkedok manusia Arlen! Kau jahat!" Asyh masih berusaha memaki dan melepaskan diri dari Arlen.
"Persetan apa katamu! Aku hanya menginginkanmu! Kau harus jadi milikku bagaimanapun caranya!" Arlen dengan suara berat dan mencekam.
"Lepaskan aku! Biarkan aku hidup dengan tenang! Aku datang kemari hanya untuk melanjutkan pendidikanku, bukan untuk mencari masalah. Hiks.." Asyh masih meminta dengan terisak.
"Tidak. Tidak akan sebelum kau jinak dan menurut padaku!" Arlen menekan setiap katanya dan melepaskan pelukannya.
"Ssttt...jangan menangis." Arlen menghapus air mata Asyh dan mengecup sayang kening Asyh.
Arlen turun dari ranjang lalu berjalan mengambil nampan berisi makanan tadi, kemudian kembali duduk di depan Asyh.
"Makanlah!" Arlen menyendok makanan yang sudah ia bawa dan menyodorkan kepada Asyh.
Asyh mengatup kuat mulutnya dan menggeleng.
Arlen geram dan langsung mencengkram dagu Asyh, memaksa Asyh membuka mulutnya.
"Apa susahnya menurut? Jika kau menurut, aku juga tidak perlu bersusah payah kasar kepadamu!" Arlen menyuapi makanan yang ia bawa dengan kasar kepada Asyh.
Mau tak mau, Asyh harus menurut dan mengunyah makanan di dalam mulutnya dengan derai air mata sebagai pelengkap.
Setelah makanannya habis, Arlen menyodorkan segelas air hangat kepada Asyh, Asyh harus menerima jika tidak ingin dikasari lagi.
Asyh meneguk air itu hingga tersisa setengah.
"Good girl." Arlen tersenyum manis namun bagi Asyh itu menakutkan.
"Aku ingin membersihkan tubuhku." Asyh meminta dengan menunduk takut.
"Aku akan membantumu!" Arlen dengan nada tegas.
"TIDAK! Ma maksudku, apa tidak ada pelayan di tempat ini?" Asyh mencoba untuk selembut mungkin.
"Tidak ada! Ini adalah tempat privat ku sendiri bersamamu! Jadi tidak ada yang boleh ke tempat ini selain kita!" Arlen sambil berjalan ke arah lemari.
Asyh hanya bisa menghela nafas pasrah.
Arlen mengambil baju, celana pendek, dan tak lupa pakaian dalam untuk Asyh.
Setelah itu, Arlen juga mengambil selembar kain anti air untuk menutupi luka di kaki Asyh.
Setelah selesai menutupi luka di kaki Asyh, Arlen membantu Asyh membuka pakaiannya, namun Arlen memilih menutup matanya.
"Apa sungguh dia tidak mengintip?" Asyh membatin dan mencoba melambaikan tangannya di depan wajah Arlen.
Arlen tidak merespon selain sibuk membantu Asyh membuka pakaiannya.
Setelah dirasa selesai, Arlen menggendong Asyh ke dalam kamar mandi dalam keadaan tetap menutup matanya, kemudian ia menyalakan air hangat dari shower untuk membasahi tubuh Asyh.
"Maaf, kau sabuni tubuhmu sendiri. Belum saatnya aku membantumu lebih jauh." Arlen memberi perintah.
"Aku tidak sanggup berdiri lama. Apa ada kursi kecil atau alat lain yang bisa aku jadikan tempat duduk?" Asyh bertanya ragu.
Tanpa menjawab, Arlen keluar dari kamar mandi dan mengambil kursi meja rias.
Arlen masuk kembali ke dalam kamar mandi dan memposisikan kursi itu untuk Asyh tanpa mengintip kepada Asyh meski ia sangat ingin.
Hatinya ingin, sangat ingin menjaga dan melindungi gadis mungil itu padahal caranya salah namun ia tidak peduli.
Asyh dengan telaten menyabuni tubuhnya.
"Aku sudah selesai." Asyh membuyarkan lamunan Arlen.
Arlen memberikan sehelai handuk untuk Asyh menutupi tubuhnya.
Setelah itu, Arlen kembali menggendong Asyh keluar dari kamar mandi.
Arlen mendudukkan Asyh di tepi ranjang.
"Aku bisa sendiri." Asyh saat Arlen hendak memakaikan pakaian dalamnya.
Arlen mengangguk dan memilih membelakangi Asyh.
Dengan susah payah, akhirnya Asyh berhasil memakai pakaiannya.
"Sudah?" Arlen bertanya bingung saat tidak mendengar suara Asyh.
"Su sudah." Asyh menjawab dengan gugup.
Arlen akhirnya bernafas lega dan membuka matanya lalu menatap Asyh.
"Kau sangat indah Asyh." Arlen mengatakan itu dengan tulus.
"Biar aku bantu!" Arlen merebut handuk yang Asyh pegang untuk mengeringkan rambut basahnya.
Asyh hanya pasrah dan membiarkan Arlen.
"Aauurrghh..oouurrggghhhh.." Terdengar suara lolongan anjing.
Asyh seketika merasa ketakutan.
"Pergi! Jangan menggigit ku!" Asyh berteriak histeris seolah anjing-anjing buas itu ada di depannya.
"Hei, tenanglah! Mereka tidak di sini! Mereka di luar! Dan kau aman selagi aku bersamamu! Mereka jinak jika mendengar melodi okarina yang ku mainkan! Mereka sudah terlatih bersamaku." Arlen membujuk Asyh dan memeluknya erat.
"Jangan tinggalkan aku! Aku takut." Asyh meminta tanpa sadar.
"Tidak! Tidak akan pernah! Jangan takut lagi!" Arlen mengusap lembut punggung Asyh.
Perlahan, Arlen dapat merasakan Asyh menjadi lebih tenang.
Arlen pun melepaskan pelukannya.
"Sekarang kau istirahat saja. Aku akan menyelesaikan sesuatu untukmu." Arlen membantu Asyh untuk berbaring.
"Aku akan segera kembali." Arlen menyelimuti Asyh, kemudian keluar dari kamar dengan membawa nampan beserta piring serta gelas kotor bekas Asyh tadi.
Setelah Arlen keluar, Asyh perlahan terlelap karena Arlen memang sudah mencampur obat tidur ke dalam makanan Asyh tadi.
Ia tidak berharap Asyh akan menggangu pekerjaannya.
...~ TO BE CONTINUE ~...
pelakor dilaknat dan dibinasakan
sedangkan
pebinor bebas berbuat semuanya dan diperlakukan lembut, kesalahan beres begitu saja, bahkan pebinor diperlakukan sangat lembut melebih sang suami
ini pemikiran menjijikan dari wanita jablay dan munafik yang dibawa kedalam novel