Lamanya waktu bersama tidak menjamin sebuah ikatan langgeng dan bahagia. Bahkan meski hampir 20 tahun Elara Nasution menghabiskan hidupnya bersama sang suami Ares Dawson Atmaja. Semua terasa tidak berarti untuk pria itu. Ditambah dengan belum adanya buah hati di antara mereka membuat hubungan suami istri itu menjadi semakin renggang.
Kehadiran orang ketiga yang dibawa secara sadar oleh Ares menjadi awal dari keruntuhan rumah tangga yang telah susah payah Elara bangun. Elara pun menyerah, melepaskan cintanya yang telah mati dan tergantikan oleh sosok baru yang mengasihinya lebih dari siapa pun. Penyesalan selalu datang terlambat, dan itu semua dirasakan Ares saat Elara bukan lagi miliknya.
Apa yang akan dilakukan Ares untuk mendapatkan kembali cinta Elara?
Apakah Elara akan menerima Ares atau menjalin kasih dengan pria idaman lain ?
follow my ig @ismi_kawai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Kawai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 08
Author POV
Pria tampan nan rupawan itu menerawang memandang langit gelap tanpa bintang. Hatinya serasa diremas saat mengingat ucapan Elara istrinya. Wanita itu ingin pergi meninggalkannya, jika tidak terikat janji oleh Ibunya yang telah tiada.
"Jika bukan karena janjiku pada mendiang Ibumu aku sudah pergi jauh dari sini!"
Gerakan halus pada lengannya mengusik lamunan. Sophie datang dengan gaun tidur tipis membentuk setiap lekuk tubuhnya. Dia merangkul manja lengan kekar Ares.
"Tuan sedang memikirkan apa?"
Ares yang tadi menoleh pada Sophie memilih bungkam dan kembali menatap langit yang hitam pekat tanpa bintang. Sophie menahan kesal karena diabaikan, dia tau jika Ares sedang memikirkan Elara. Wanita itu tidak kehabisan akal, meski tidak digubris dia memilih menyenderkan kepalanya pada lengan Ares sambil berkata lirih.
"Tuan harus tau, hanya Sophie yang mencintai Tuan."
Ares mengeryit lalu melihat ke arah Sophie yang tersenyum manis.
"Nyonya tidak mencintai Tuan, terbukti dari sikapnya yang acuh. Apa lagi yang membuat Tuan mempertahankannya?"
Ucapan Sophie sontak membuat mata Ares melebar, amarahnya memuncak secara tiba-tiba. "Jangan lancang kamu! Apa hak mu untuk menyuruhku melepas Elara?" desisnya penuh penekanan.
Sophie tidak menyangka Ares akan begitu murka, wanita itu menunduk memohon ampun. "Maaf Tuan... Sophie... hanya menyampaikan pendapat. Dan memang itu yang Sophie rasakan," belanya.
Ares menekan amarahnya dan memilih meninggalkan Sophie. Jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan hingga membahayakan Sophie dan calon anaknya. Ares bukanlah pria yang penuh maaf dan penyabar. Dia akan seperti itu hanya pada orang yang dikasihinya.
Sepanjang jalan Ares terus berfikir. "Benarkah Elara tidak mencintainya selama ini?"
Kakinya tanpa sadar membawanya ke depan pintu kamar utama, tempat dirinya dan Elara menghabiskan malam. Hatinya gamang, dia tidak memungkiri sikap Elara yang menjadi dingin di bandingkan sebelum dirinya membawa Sophie ke rumah ini. Ares masih dengan egonya yang tidak merasa bersalah karena menikah lagi.
Pikirnya, nanti anak Sophie akan dirawat oleh Elara. Dan menjadi anak angkatnya. Permasalahan anak selesai sudah, lalu dengan berjalannya waktu Elara pasti akan mengerti maksud Ares. Demi kebaikan perusahaan ke depan. Demi adanya penerus nanti.
Tangannya menggantung hendak mengetuk pintu tapi kemudian urung. Sekelebat ingatan wajah Elara yang tidak bersahabat dengan amarah tertahan tadi di meja makan. Ares pun akhirnya pergi menenangkan diri di ruang kerjanya.
🍁🍁🍁
Sophie kesal bukan main, wanita itu sampai meremas seprai ranjang hingga kusut.
"Brengsek! Kenapa dia masih mempertahankan jalang itu? Lihat saja nanti, akan kubuat kau melepasnya*," gumamnya dalam hati.
Ponsel Sophie berbunyi, matanya membelalak ketika melihat nama pada ponselnya. Segera ia berlari ke arah pintu, menoleh kesana kemari memastikan jika tidak ada orang lain disana kemudian menguncinya. Dengan bergetar tangannya menggeser ikon hijau.
[Bagaimana rasanya menjadi Nyonya Atmaja? Enak?]
"Apa mau mu?"
[Bukankah sudah jelas, kita sudah membahasnya. Apa Ares sudah mempercayaimu?]
"Belum terlalu," sahutnya ragu.
[Aku akan membantumu, akan ku buat media mengeksposmu. Hingga keberadaanmu diterima khalayak, kau tidak mau di balik layar terus bukan?]
Sophie terdiam sambil berfikir, Ares pasti murka. Tapi itu mudah, ia akan menggunakan kehamilannya untuk membuat Ares luluh kembali.
"Aku ingin dikenal semua orang," ucap Sophie.
[Baik, kau dengarkan baik-baik rencanaku,] orang di seberang sana menyeringai.
🍁🍁🍁
Keesokan harinya Sophie sibuk menyeleksi pelayan yang akan menjadi sekutunya di rumah ini. Tentu saja mencari pelayan yang hanya melihat uang, loyalitas hanya pelengkap. Wanita itu mengamati salah satu pelayan yang sengaja ia jejerkan di dapur pagi ini. Matanya tertuju pada satu gadis yang terlihat paling rapi dan berdiri tegak tanpa menunduk.
Sombong sekali gadis ini, apa dia tidak tau aku juga Nyonya di rumah ini? Sepertinya dia cocok, tipe pembangkang dan berani sepertiku.
"Kau... siapa namamu," tunjuk Sophie pada gadis itu. Gadis itu terhenyak sesaat sebekum menjawab pertanyaan.
"Saya Mona, Nyonya," jawabnya lantang.
Oh... bagus. Dia tau memanggilku apa tanpa diminta seperti yang lainnya.
Rekan kerjanya sempat menoleh heran pada Mona yang memanggil Nyonya pada simpanan Tuannya. Jika terdengar oleh Nyonya Elara, habis sudah Mona ini.
"Ternyata kau pintar, ikut aku ke kamar. Yang lain, bubar!" titahnya layaknya sang ratu.
Pelayan yang lain hanya memutar bola mata malas sambil menunduk, takut jika ketahuan oleh Sophie. Wanita itu terkenal di kalangan pelayan sebagai orang yang rewel dan gila hormat, padahal Sophie baru tinggal 2 bulan di rumah itu.
Mona tersenyum manis, ia mengerti karakter Sophie. Selama keberadaannya aman di rumah itu, apapun akan ia lakukan. Termasuk menjilat wanita bodoh menurutnya, wanita yang merasa dirinya di atas Elara.
Kau terlalu bermimpi, batinnya.
🍁🍁🍁
Elara POV
"Nyonya," Martha menghampiriku yang sedang mengenakan giwang bermata ruby di telingaku. Hari ini ada undangan pesta dari rekanan bisnis Gloomy Corp.
"Kamu selalu bersemangat ya Martha," aku tersenyum kecil.
"Nyonya harus mendengar ini, rubah itu benar-benar ingin menampakkan cakarnya!" serunya heboh.
Aku terkekeh, kembali meniti diri di depan cermin. Mengusap tengkuk dengan parfum Paris yang aku pesan dari temanku, Catherine.
"Baik, aku dengarkan."
"Wanita itu tadi pagi mengumpulkan para pelayan dan memilih salah satu dari mereka untuk di ajak ke kamar, dia sedang mencari sekutu. Apa mungkin wanita itu akan membentuk aliansi di rumah ini, Nyonya?"
"Siapa pelayan itu?"
"Mona, Nyonya!"
Mona... gadis yang baru satu bulan berkerja di rumah ini menggantikan bibinya yang sedang sakit. Menarik, kita lihat apa yang ingin dilakukan simpanan Ares itu.
"Aku seperti hidup dalam Harem sebuah kerajaan, ini lucu. Ternyata aku akan mengalaminya di dunia nyata."
Martha terlihat bingung, mengapa aku terlihat biasa saja. Apakah aku ini tidak masalah jika wanita itu berulah?
"Martha, kau tidak perlu banyak berfikir. Kerutan di dahimu semakin terlihat jika berfikir keras seperti itu," aku menjentikkan jariku pada dahi Martha.
"Nyonya-"
"Stss... sudah, jangan mengganggu saatku berhias. Lebih baik, kau buatkan aku teh hijau," pintaku dengan senyuman manis.
Martha hanya bisa keluar kamar dengan lesu. Sepertinya dia mengharapkan aku yang marah dan merencanakan sesuatu untuk wanita sundal itu. Tapi akhirnya dia malah di minta untuk membuatkan teh.
Setelah Martha yang berlalu, aku mengambil ponselku dan menghubungi seseorang.
[Kau selidiki tentang simpanan Tuanmu, kabari aku secepatnya,] Aku pun menutup telpon secara sepihak.
Please rate, vote dan likenya yach!
Sertakan comment kalian agar aku lebih baik lagi, Enjoy!
Apa ya yang sedang Sophie rencanakan dengan seseorang itu? dan... Mona itu musuh atau teman?
Siapa yang dimintai tolong oleh Elara?
makin greget? ikutin terus ya kisah Elara... see you!
alur ceritanya jg Ter atur. love u thor 🥰🥰🫰
gita " tapi malu... "