Aisyah, seorang istri yang selalu hidup dalam tekanan dari mertuanya, kini menghadapi tuduhan lebih menyakitkan—ia disebut mandul dan dianggap tak bisa memiliki keturunan.
mampukah aisyah menghadapi ini semua..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prettyaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kejujuran farhan
Setelah pertemuan dengan Rania, Farhan merasa pikirannya menjadi kacau. Hatinya gelisah, tetapi satu hal yang pasti,ia tidak boleh terjebak dalam masa lalu. Ia mencintai Aisyah, istrinya, dan ia harus memastikan bahwa tidak ada yang bisa menggoyahkan pernikahan mereka.
Sore itu, Farhan pulang lebih awal. Begitu masuk rumah, ia melihat Aisyah sedang duduk di ruang tamu sambil membaca buku. Senyum lembut istrinya membuat hatinya sedikit lebih tenang, tetapi rasa bersalah masih menghantuinya.
"Aisyah…" panggil Farhan pelan.
Aisyah menoleh dan tersenyum. "Kamu sudah pulang? Mau minum teh?"
Farhan menggeleng. Ia duduk di samping Aisyah, meraih tangannya, lalu menggenggamnya erat.
"Aku harus cerita sesuatu."
Aisyah menatapnya dengan sedikit bingung, tetapi ia mengangguk. "Ada apa?"
Farhan menarik napas dalam-dalam. "Hari ini aku bertemu Rania."
Aisyah terdiam sejenak. Ada sedikit getaran di hatinya, tetapi ia tetap berusaha terlihat tenang. "Di mana?"
"Di sebuah kafe. Awalnya aku tidak tahu dia ada di sana, tapi… dia mendekatiku dan mulai mengungkit masa lalu kami."
Aisyah menggigit bibirnya. "Lalu?"
Farhan menatap istrinya dengan penuh kesungguhan. "Aku tidak nyaman, Sayang... Dia bilang masih mengingat semuanya, masih menganggap aku Farhan yang dulu. Tapi aku bilang padanya, aku sudah menikah, aku mencintaimu, dan aku tidak mau melihat ke belakang lagi."
Ada kehangatan yang tiba-tiba menjalar di dada Aisyah. Ia menatap suaminya dengan mata berbinar, merasa sedikit lega. "Kamu benar-benar bilang begitu?"
Farhan mengangguk. "Tentu saja. Aku nggak mau ada yang mengganggu rumah tangga kita. Aku sengaja cerita ini ke kamu supaya nggak ada rahasia di antara kita."
Aisyah tersenyum kecil, meskipun di hatinya masih ada sedikit ketakutan. Ia tahu Rania bukan orang yang mudah menyerah, terlebih lagi jika ada campur tangan ibu mertua.
"Terima kasih sudah jujur, Farhan. Aku percaya sama kamu."
Farhan mengusap pipinya lembut. "Aku janji, aku nggak akan biarkan siapa pun merusak hubungan kita. Apapun yang terjadi, aku akan selalu ada di sampingmu."
Aisyah tersenyum dan mengangguk, meskipun dalam hatinya ia sadar, ini baru awal dari masalah yang lebih besar.
***
Di tempat lain, di sebuah restoran mewah, Rania dan ibu Farhan tengah duduk berhadapan. Mereka menikmati hidangan sore sambil berbincang, namun percakapan mereka jauh dari sekadar basa-basi.
"Ibu, Farhan pasti masih mencintaiku. Aku bisa melihat itu dari matanya," ucap Rania dengan nada percaya diri, sambil menyeruput tehnya.
Ibu Farhan tersenyum kecil, meletakkan sendoknya dengan tenang. "Tentu saja, Nak. Farhan hanya terjebak dalam pernikahan yang tidak memberinya apa-apa. Lima tahun menikah, tapi masih belum ada tanda-tanda keturunan. Itu sudah cukup menjadi alasan."
Rania berpura-pura memasang ekspresi prihatin. "Kasihan Farhan, Bu. Aku tahu betul bagaimana dia. Dia pasti ingin memiliki anak, ingin menjadi ayah. Tapi dengan Aisyah? Sepertinya itu hanya harapan kosong."
Ibu Farhan mendesah pelan, matanya menyipit menatap gelas di depannya. "Aku sudah menyindirnya berkali-kali, tapi dia hanya diam. Aisyah juga selalu mencari alasan. Doa, usaha, tapi hasilnya? Nihil."
Rania tersenyum miring, memainkan sendoknya dengan santai. "Lalu, apa yang Ibu rencanakan?"
Ibu Farhan menatap Rania dengan tatapan penuh arti. "Aku ingin Farhan sadar bahwa pernikahannya ini sia-sia. Dia harus membuka matanya, bahwa dia butuh istri yang bisa memberinya keturunan. Dan aku yakin, orang itu adalah kamu, Rania."
Senyum Rania semakin melebar, hatinya penuh kemenangan. "Kalau begitu, kita harus membuat Farhan melihat sendiri kenyataan itu. Biarkan dia merasa bahwa dia membuang waktunya bersama Aisyah."
Ibu Farhan mengangguk pelan. "Aku akan lebih menekan Aisyah, membuatnya sadar bahwa dia tidak pantas untuk Farhan. Dan kamu… buat Farhan kembali padamu, pelan-pelan."
Rania tertawa kecil. "Serahkan saja padaku, Bu. Aku akan membuat Farhan mengingat kenangan lama kami. Aku tahu bagaimana cara menyentuh hatinya kembali."
Ibu Farhan tersenyum puas. "Bagus. Aisyah harus tahu diri. Farhan pantas mendapatkan yang lebih baik, dan itu adalah kamu, Rania."
Percakapan mereka berakhir dengan rencana yang semakin matang. Mereka tidak tahu bahwa Farhan dan Aisyah sudah semakin kuat menghadapi rintangan ini.