NovelToon NovelToon
Regulus

Regulus

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Barat
Popularitas:587
Nilai: 5
Nama Author: Sugito Koganei

Rojak adalah pemuda culun yang selalu menjadi bulan-bulanan akibat dirinya yang begitu lemah, miskin, dan tidak menarik untuk dipandang. Rojak selalu dipermalukan banyak orang.

Suatu hari, ia menemukan sebuah berlian yang menelan diri ke dalam tubuh Rojak. Karena itu, dirinya menjadi manusia berkepala singa berwarna putih karena sebuah penglihatan di masa lalu. Apa hubungannya dengan Rojak? Saksikan ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sugito Koganei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 17 - Kekuatan itu berdasarkan hati dan diri sendiri

Melanjutkan kisah sebelumnya dimana pada saat kerja kelompok, Rumah Vina di serang oleh tiga iblis utusan Mbok Rukmini. Sebuah kejanggalan terjadi dimana Vina kehilangan kemampuan telekinesisnya. Bahkan, Vina juga tiba-tiba berhalusinasi dengan sebab yang tidak jelas. Karena itu, Vina lari dari Rumahnya untuk menyelamatkan diri, padahal aslinya posisinya sudah selamat.

Mereka berempat bertekad untuk menyelamatkan Vina yang hilang entah ke mana. Setiap langkah mereka membawa harapan sekaligus ketakutan akan apa yang mungkin menanti di ujung perjalanan ini.

Namun, di tengah kegemparan mereka, tiba-tiba, salah satu Iblis yang tadi bertarung dengan Regulus di dalam Rumah Vina, ternyata belum mati. Kali ini, ia muncul dengan kekuatan baru yang mengejutkan. Di tangannya, ada sebuah gawai dengan miniatur planet Neptunus. Dengan gerakan cepat, iblis itu menautkan planet Neptunus ke gawai berbentuk sabuk, lalu menggesek kartu untuk mengaktifkan zirah Neptunus.

“Neptune, set up.”

Alat berbentuk planet Mars itu ditautkan ke gawai canggih itu kemudian berbunyi sebuah suara dari masing-masing sabuk.

“Neptune, set!”

“Armor slash!”

Setelah mengatakan kata itu, kartu itu digesek.

“Slash! Freezing blizzard as north pole, Neptune!”

Seketika, tubuhnya dilapisi dengan zirah yang memancarkan kekuatan es yang mengerikan.

Adit, Budi, dan Siti dengan panik mencoba melarikan diri, namun nasib tak berpihak pada Budi. Sebuah tembakan es mengenai kakinya, membuatnya terjatuh dan tak bisa bergerak. Regulus, dengan keberanian yang luar biasa, berdiri di hadapan iblis berzirah Neptunus itu, siap untuk bertarung.

Pertarungan sengit pun dimulai. Regulus bertarung dengan segala kekuatan yang dimilikinya, sementara Adit dan Siti berusaha menolong Budi yang kakinya terkena tembakan es. Di tengah kekacauan itu, tiba-tiba, dari arah yang tak terduga, muncul Inazukko. Dengan gerakan cepat, ia memenggal kepala iblis itu, mengambil miniatur planet Neptunus dari gawai berbentuk sabuknya. Otomatis, es yang membeku di kaki Budi pun meleleh.

Regulus, terengah-engah, menatap Inazukko dengan penuh kebingungan.

"Kenapa kau datang ke sini?" tanyanya.

Inazukko hanya mengangkat bahu dan berkata dengan tenang.

"Jangan senang dulu, Regulus. Gw hanya ingin merebut kembali wakusei system."

Regulus baru mengetahui nama gawai itu.

"Wakusei system?" tanyanya lagi.

"Hmph... Wakusei system adalah sebuah gawai berbentuk sabuk dengan berbagai miniatur planet dengan kekuatan yang berbeda-beda.”Jelas Inazukko.

“Apakah kau bekerja sama dengan iblis itu?”tanya Regulus.

“Itu bukan urusanmu. Oh iya, karena kita sudah lama tidak bertarung, mari kita bertarung satu lawan satu. Mumpung kita bertemu disini.”

Inazukko tanpa basa-basi mengayunkan pedangnya dan beruntungnya di tahan oleh Regulus hingga bertemulah kedua pedang milik masing-masing petarung.

Regulus pun memberi pesan kepada Adit, Siti, dan Budi untuk segera menyusul Vina yang lari entah ke mana.

Pertarungan terjadi begitu sengit. Baik Regulus sang singa putih, maupun Inazukko sang harimau petir, saling beradu pedang mereka. Selama pertarungan, kedua besi itu satu sama lain dan tidak sedikit pun yang mengenai tubuh mereka apalagi melukai mereka.

“Makin kuat saja lu ya, Rojak.”Puji Inazukko.

“Apa lagi lu, Rizal. Lu juga cerdik karena mau mengenai kepala gue.”Kata Regulus.

Setelah saling memuji satu sama lain, kemudian mereka mengeluarkan jurus mereka masing-masing.

“Regulium...”

“Inazumium....”

“BEAM!”teriak mereka berdua.

Kedua serangan itu saling bertemu dan menghasilkan ledakan yang begitu dahsyatnya. Hingga pertarungan itu pun seri.

“Cih seri. Padahal gue berharap lu mati.”Kesal Inazukko.

“Masih pengen saja lu mau gue mati, Zal. Gara-gara Angie?”tanya Regulus.

Inazukko menggelengkan kepalanya.

“Angie sudah ga best match lagi sama gw. Lu kalau mau sama dia, silahkan. Tapi jangan seneng dulu. Kematian lu di tangan gue, akan tetap terjadi!”kata Inazukko yang kemudian menebas Regulus kemudian pergi.

Setelah pertarungannya itu, Regulus kemudian menyusul Siti, Budi, dan Adit yang sedang mengejar Vina.

Di bawah cahaya bulan yang samar, Vina terus berlari. Napasnya tersengal, kakinya mulai lemas, tetapi ketakutan memaksanya untuk tidak berhenti. Di belakangnya, kegelapan terasa mengejarnya. Langkahnya akhirnya terhenti saat dadanya tiba-tiba terasa sakit yang luar biasa. Dia meringkuk, menggenggam dadanya erat. "Mbah Rukmini..." bisiknya ketakutan.

"Batu delima yang aku telan seharusnya melindungiku... Tapi kenapa santet ini masih bisa menyerangku?" Vina bergumam lemah. Tubuhnya melemah, matanya kabur, dan dia merasa seakan-akan akan kehilangan kesadaran.

"Tidak... Aku tidak bisa..." Air mata jatuh membasahi pipinya. Dalam kondisi yang sangat lemah, dia merasakan sesuatu yang lebih mengerikan.

Dua sosok iblis muncul dari kegelapan. Mata mereka merah menyala, tubuhnya besar dengan taring tajam yang menyeringai ke arahnya. Nafas mereka menghembuskan aroma busuk yang menusuk hidung.

Vina ingin melawan, tapi tubuhnya tak bisa bergerak. Dia hanya bisa menangis dan berdoa dalam hati agar ada yang datang menyelamatkannya.

Saat kedua iblis itu melangkah mendekat, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang mendekat dengan cepat.

"Vina!" teriak seseorang. Siti, Adit, dan Budi datang berlari.

Namun, sebelum mereka sempat melakukan sesuatu, Mbah Rukmini menggerakkan jemarinya di kejauhan. Tubuh ketiga sahabat Vina mendadak kaku. Mereka terhuyung, lalu jatuh ke tanah dengan tubuh menggigil. Santet telah menghantam mereka tanpa ampun.

"Buahahaha! Sekarang, matilah Seraphina!" teriak Mbah Rukmini.

Vina ingin berteriak, ingin menolong mereka, tapi dia masih tak berdaya. Kedua iblis itu mengangkat cakarnya, siap menebasnya.

Namun, tepat pada saat itu, sebuah pedang melesat dari kegelapan, menembus dada salah satu iblis dengan tepat. Sosok gagah muncul dengan sorot mata tajam. Regulus, si singa putih, telah tiba.

Iblis yang terkena lemparan pedang meraung kesakitan, tetapi sebelum benar-benar tumbang, Mbah Rukmini melantunkan mantra. Luka sang iblis pulih dalam sekejap.

Regulus menarik napas dalam. Ia tahu pertarungan ini tak akan mudah. Jika biasanya dia bertarung dengan pedang, kali ini dia memutuskan untuk menggunakan tangan kosong. Dengan gerakan cepat, ia menerjang salah satu iblis, meninju rahangnya hingga makhluk itu terdorong ke belakang. Lalu dengan satu gerakan berputar, ia menendang iblis lainnya hingga terpental ke pohon.

Di tengah pertempuran, Vina masih tenggelam dalam keputusasaan. Kekuatannya menghilang. Telekinesis yang selalu ia andalkan kini lenyap. Dirinya merasa tak berguna.

"Kenapa... kenapa kekuatan gue hilang?" tanya Vina dalam hati dengan terisak-isak.

"Telekinesis yang selalu gue andalin... sekarang udah nggak ada."

Vina menunduk, air matanya jatuh.

"Gue nggak bisa ngapa-ngapain... gue ini nggak berguna..."

Di saat-saat sedang terpuruknya di dalam kegelapan yang menyelimutinya, Regulus berteriak.

"Vina!" seru Regulus sambil menghindari serangan cakaran dari salah satu iblis.

"Kekuatan itu nggak cuma soal kemampuan yang lo punya, Vin. Semua itu datang dari diri lo sendiri! Hidup ini keras, lo harus percaya sama diri lo sendiri!"

Vina terkejut. Kata-kata Regulus mengguncangnya. Ia menatap tangannya yang lemah. Selama ini, ia selalu mengandalkan kekuatan telekinesisnya. Tapi mungkin, ada sesuatu yang lebih besar dari itu. Sesuatu yang tak bisa dilenyapkan oleh siapapun.

“Cih! Dasar singa brengsek! Kau selalu menggangguku!”kesal Mbah Rukmini.

Dengan segenap tenaga, Vina berusaha bangkit. Meski santet terus menggerogoti tubuhnya, ia tidak lagi peduli. Dengan tangan gemetar, ia meraih pedang Regulus yang tertancap di tanah.

Dengan pekikan penuh semangat, ia berlari dan menusukkan pedang itu ke perut salah satu iblis. Makhluk itu menjerit, darah hitam menyembur dari lukanya. Regulus segera menyambar pedangnya kembali dan menebas iblis lainnya dengan gerakan cepat dan tepat.

Iblis yang ditusuk Vina masih belum mati. Regulus tahu bahwa ia harus segera mengakhirinya. Ia menatap Vina sekilas, memberi isyarat. Vina mengangguk.

Dengan langkah mantap, Regulus melompat ke udara dan menancapkan pedangnya ke dada iblis tersebut.

"Regulus Stab!" serunya.

Jeritan panjang terdengar, lalu kedua iblis itu menghilang menjadi abu.

Vina jatuh berlutut, napasnya tersengal, tetapi matanya kini menyala dengan semangat yang baru.

Hari itu cukup melelahkan. Rojak kemudian kembali ke Rumahnya penuh dengan kelelahan. Akan tetapi, Rojak masih bisa bahagia karena makan malam bersama dengan keluarganya. Di tengah-tengah makan, dirinya masih memikirkan perkataan Rizal mengenai Angie. Padahal sebelumnya, Rizal mati-matian ingin menjauhkan Rojak dari Angie. Akan tetapi, kini motivasi ia untuk membunuh Rojak bukan mengenai Angie lagi akan tetapi hal lain.

Di tempat persembunyian Mbah Rukmini, dukun tua itu kemudian marah besar karena kini, meski santetnya melukai Vina, Vina tetap tidak terbunuh. Iblis-iblis yang diutus pun juga selalu saja gagal.

“Mau tidak mau, aku harus membunuhnya langsung!”kata Mbah Rukmini.

Bersambung

1
Rizky Muhammad
Cerita ini bagus banget, aku sangat penasaran dengan kelanjutannya.
PsychoJuno
Bikin baper. 😢❤️
kath_30
Ceritanya keren, jangan sampai berhenti di sini ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!