Di zaman sekarang ini adakah laki-laki yang serba bisa? sempurna!
jawabannya di novel kali ini ada!
Dia dijuluki Human Perfect oleh semua orang karena kesempurnaannya. Dia bernama Badai Bagaskara.
Lalu, sesempurna apakah dia?
Baca kisahnya dalam Novel Human Perfect. Dan disarankan bagi yang belum membaca Novel Tafsir Mimpi Sang Inspirator diharapkan membacanya terlebih dahulu, karena novel ini berhubungan dengan itu.
happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergok
Malam pun tiba, dimana waktu yang paling cocok untuk menderes Al-Qur'an adalah saat malam hari setelah solat isya' sampai tengah malam, waktu menantang. Karena disaat orang-orang mengantuk, tapi para penghafal Kalamullah itu malah justru membaca ayat-ayat Nya.
Seperti yang dilakukan Badai kini, ditengah asyik berduaan dengan kecintaannya, yaitu Al-Qur'an dan hafalannya. Tiba-tiba tamu tak diundang datang.
Dia berada secara tiba-tiba disamping Badai, duduk begitu saja. Tanpa salam ataupun sapaan. Karena memang dia bukan manusia dan juga bukan makhluk Islam. Namun dia suka berteman sejak masih kecil, dengan Badai Bagaskara sang sahabat satu-satunya.
Badai yang sedang menderes Al-Qur'an nya pun langsung menyapa duluan, "Kamu ini ngagetin aja, datang tiba-tiba!" pekik Badai, sapaan yang sebenarnya bukan untuk menyapa.
"Aku lagi kesal." ucap Satria.
"Jin bisa kesal juga ya?" ejek Badai, sambil tertawa renyah, kemudian dia tutup mushaf Al-Qur'an nya. Karena ada jin yang tak akan bisa dia melanjutkan deres nya jika ada Satria.
Dan tiba-tiba pula setelah Badai mulai mengalihkan perhatian nya ke Satria. Satria merubah raut wajahnya menjadi sumringah, tapi bukan karena senang Badai mulai menanggapi kehadirannya.
"Eh Badai, aku punya ide deh." ucap Satria.
"Ide apaan?" tanya Badai heran.
"Ayo ikut aku, mau?" ucap Satria, yang juga suatu penawaran kepada Badai.
Namun seperti dugaan Badai, tawaran itu sebenarnya seratus persen tak berlaku, karena kembali lagi keputusan mutlak di tangan Satria.
"Kemana?!!" Badai pun bertanya dengan segera, dengan penuh keheranan.
"Udah ikut aja! Mau ya?!! Ayo!"
"Tuh kan!" pekik Badai dalam hati. Benar sudah dugaan Badai, pastinya Satria lah yang memutuskan. Walaupun Badai belum mengiyakan.
Badai pun di pegang tangannya oleh Satria. Tiba-tiba saat itu pula, dimana kebetulan Badai menderes hafalan Al-Qur'an nya ditempat yang tidak ada satupun santri yang berada di dekatnya, hanya dia seorang. Sehingga, saat Satria memegang tangannya. Dan tiba-tiba....
Cling
Kini Badai telah berada di tempat yang berbeda, masih di alam bangsa manusia. Padahal, Badai sudah mengira dia akan Satria bawa ke alam bangsa jin, tapi tidak.
Mereka berdua berada di sebuah kebun, semacam kebun. Tapi bukan. Semacam belakang sebuah gedung yang tinggi menjulang. Bangunan yang mirip dengan....
"Ini kayak sebuah pondok pesantren!" gumam Badai. Dimana mereka berdua kini sedang berdiri disana.
Sedangkan Satria sambil menengok kanan kiri, seolah sedang memperhatikan keadaan sekitar, dia sambil menjawab gumaman Badai.
"Emang!" ucap Satria.
Mendengar jawaban Satria, langsung lah Badai menyahut. "Pondok pesantren apa ini?! Ngapain kita kesini? Kok banyak perempuan?" ucap Badai yang semakin penasaran menunggu jawaban Satria.
"Diam lah!" ucap Satria. Lalu dia sambil menggerakkan tangannya melingkar ke tubuh Badai, entah apa yang Satria lakukan. Kemudian Satria sembari berkata.
"Ini pondok pesantren isinya perempuan semua!" ucap Satria, sambil dengan nada berbisik pada Badai.
"Apah?!!" pekik Badai, dia begitu terkejut dan langsung berkata. "Ngapain kita kesini?! Maksiat ini namanya! Ayo kita balik aja!" ucapnya, dengan penuh amarah.
"Udah diam deh. Aku udah nutupin kamu biar gak keliatan sama bangsa manusia! Sekarang kamu aman. Jadi ikuti saja aku. Habis ini kita kesana!" ucap Satria, sambil menunjuk ke kejauhan, di gedung yang berbeda namun masih dalam satu lingkungan pondok pesantren putri.
Dan pandangan Badai pun tertuju ke yang Satria tunjuk. Dimana disana hanya ada satu santriwati saja disana, dan santriwati itu tampak sedang menderes hafalan Al-Qur'an juga. Sama seperti dirinya yang akhirnya Satria datang membawanya ke pondok pesantren putri itu.
"Kita mau ngapain kesana? Jangan ganggu perempuan itu lah. Dia lagi nderes Al-Qur'an." ucap Badai. Mencoba menghentikan apa yang akan Satria lakukan. Meski sebenarnya dia tahu, Satria pastinya tak akan melakukan hal yang merugikan, hanya saja cukup mengganggu.
"Tenang aja. Aku gak ngapa-ngapain dia kok. Dan kita hanya akan berkenalan dengan perempuan itu. Sebenarnya aku udah penasaran banget. Cuma perempuan itu yang sampai saat ini belum bisa aku goda. Dia kayak gak anggap aku ada. Walaupun aku tahu, dia sepertinya bisa melihat akan kehadiran diriku. Tapi dia diam saja! Cuek gitu..." ucap Satria.
Badai pun terus mendengarkan saja apa yang Satria katakan, kemudian...
"Sudah ngomongnya?!" ucap Badai.
"Hehe... Udah, ayo!" ucap Satria. Lalu tanpa permisi terlebih dahulu Satria langsung seenaknya memegang lagi tangan Badai. Kini tanpa menghilang. Tapi, Satria membawa Badai terbang melewati satu gedung pondok pesantren putri ke gedung yang lain. Terbang hanya dengan ketinggian dua kilometer dari permukaan tanah.
Badai yang emosi dengan perlakuan Satria yang melakukan nya tanpa permisi terlebih dahulu kepadanya, saat mereka berdua telah mendarat tepat di dekat santriwati yang sedang asyik berduaan dengan Al-Qur'an nya itu, dengan paksa Badai langsung menepis genggaman tangan Satria.
Kemudian dengan suara tegas, Badai berkata. "Kau sudah keterlaluan Sat!!!" dimana disaat yang bersamaan, Badai sempat melirik ke arah santriwati itu.
Badai langsung, deg! Dia sedikit tertegun, karena dia juga melihat seperti yang Satria katakan sebelumnya. Dimana sebenarnya santriwati itu menyadari akan kehadiran ada makhluk lain di dekatnya, namun sungguh luar biasa!
"Dia tidak takut, cuek aja!" gumam Badai seketika dalam hati.
Satria langsung menatap Badai, kemudian berbisik. "Tuh kan apa yang aku katakan, lihatlah logat tubuhnya. Dia sempat menghentikan bacaan Al-Qur'an nya, kemudian dia melanjutkan lagi setelah sedikit melirik ke kita berdua.
Jadi dia sebenarnya tau kita ada. Tapi dia pemberani banget, dia tak takut. Kamu juga sih Badai, rame! yaudah dia tau kita ada di dekatnya."
Badai yang menjadi penasaran pun menanggapi ucapan Satria, "Yaudah kalau begitu ngapain kamu masih ngomong pake bisik-bisik ke aku? Toh dia tau kita ada disini. Padahal kamu udah pake kekuatan kamu biar kita gak keliatan." ucap Badai.
Sedangkan perempuan yang sedang menjadi bahan pembicaraan itu pun, lama kelamaan dia kesal juga. "Dia lagi dia lagi! Sepertinya aku memang harus melakukan apa yang disarankan bapak dan mama deh!" ucapnya dalam hati, dengan kedua tangannya kini mengepal.
Lalu ditengah-tengah perdebatan antara Badai dan Satria. Perempuan itu berdiri dari duduk bersila nya yang menghadap pagar. Kini menjadi menghadap ke belakangnya, dimana Satria dan Badai sedang berdiri tepat di belakangnya.
Dan seketika, Badai dan Satria pun dibuat tercengang. Lalu Badai pun menyenggol lengan Satria. Dalam kekakuan, Badai berbisik.
"Apakah dia melihat kita?!" berbisik kepada Satria.
Namun yang dilakukan perempuan itu, sungguh diluar nalar Badai dan Satria. Tiba-tiba tangan kanan perempuan itu memegang tangan kiri Badai. Dan tangan kiri perempuan itu memegang tangan kanan Satria.
Deg! Satria yang tak kalah terkejutnya pun menjawab dengan terbata-bata, seolah dia bukan jin. Malah ketakutan dengan seorang perempuan.
"Njir! Sepertinya iya deh! Dia tahu kita. Dia memegang tangan kita!!!" pekik Satria. Kini tanpa berbisik lagi.
Lalu perempuan itu pun berkata, dengan nada tegas dan melotot kan kedua matanya ke Badai dan Satria.
"Hei kalian berdua!!! Aku Najwa. Dari tadi nyebut aku dengan kata 'Dia' terus. Aku punya nama tauk!"
Kemudian kini kepala Najwa menoleh ke arah kirinya, tepatnya ke Satria. "Dan kamu!!!"
Dengan tangan kirinya, Satria pun bertanya dengan mengisyaratkan. "Aku?" tanpa berkata sepatah katapun.
Lalu Najwa kembali melanjutkan perkataannya, "Iya kamu!!!" tegasnya. "Kamu kenapa selalu gangguin aku? Kamu jin ya?!!" ucap Najwa.
Badai diam seribu bahasa, terkejut karena kepergok sedang gangguin seorang santriwati oleh santriwati itu sendiri. Sedangkan Satria pun juga membisu, karena kaget Najwa selama ini menyimpan semua pertanyaan itu untuk dirinya.
.
.
.
lanjutannya besok 😘