NovelToon NovelToon
My Secret Husband

My Secret Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Aliansi Pernikahan
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Kelanjutan dari Kurebut Suami Kakak Tiriku, kisah ini mengikuti Rei Alexander, anak angkat Adara dan Zayn, yang ternyata adalah keturunan bangsawan. Saat berusia 17 tahun, ia harus menikah dengan Hana Evangeline, gadis cantik dan ceria yang sudah ditentukan sejak kecil.

Di sekolah, mereka bertingkah seperti orang asing, tetapi di rumah, mereka harus hidup sebagai suami istri muda. Rei yang dingin dan Hana yang cerewet terus berselisih, hingga rahasia keluarga dan masa lalu mulai mengancam pernikahan mereka.

Bisakah mereka bertahan dalam pernikahan yang dimulai tanpa cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4. HARI PERTAMA DI SEKOLAH BARU

Pagi itu, suasana di ruang makan terasa sedikit aneh, seolah ada sesuatu yang tidak terlihat namun jelas terasa di udara.

Hana duduk di kursinya dengan tenang, mencoba bersikap sewajar mungkin, meski dalam hati ada perasaan canggung yang sulit diabaikan. Ini adalah pertama kalinya ia benar-benar menjalani rutinitas pagi di rumah keluarga barunya sejak pernikahan kilatnya dengan Rei—suatu pernikahan yang bahkan tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Di hadapannya, Rei duduk dengan ekspresi datar seperti biasanya, sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan pada situasi di sekelilingnya. Sikapnya tetap dingin, seolah tidak ada perubahan berarti dalam hidupnya meskipun kini ada seorang istri yang tinggal bersamanya.

Hana meliriknya sekilas. Laki-laki itu tampak sibuk dengan sarapannya, tidak berniat memulai percakapan atau bahkan sekadar melirik ke arahnya.

Suasana ini begitu kaku.

Dan Hana tahu, pagi-pagi berikutnya mungkin akan tetap seperti ini.

Di sebelahnya, Adara—ibu Rei—terlihat anggun seperti biasanya. Setiap gerak-geriknya memancarkan ketenangan dan wibawa, tetapi ada sesuatu yang menenangkan dalam cara ia sesekali melirik Hana dengan senyum hangatnya, seolah ingin memastikan bahwa menantunya itu merasa nyaman di rumah ini.

Di sampingnya, Zayn—ayah Rei—duduk dengan tenang, menikmati sarapannya tanpa banyak bicara. Sikapnya tampak santai, namun tetap memiliki aura otoritas yang khas, menunjukkan bahwa ia adalah sosok kepala keluarga yang dihormati.

Namun, suasana yang awalnya kaku itu menjadi lebih hidup berkat kehadiran dua anak kembar—anak kandung Adara dan Zayn yang berusia sekitar sepuluh tahun.

Si kembar duduk berhadapan langsung dengan Hana, menatapnya dengan penuh antusias, seolah tengah mengamati sesuatu yang menarik perhatian mereka. Mata mereka berbinar-binar, mencerminkan rasa penasaran yang sulit disembunyikan.

Hana dapat merasakan tatapan mereka yang terus-terusan tertuju padanya. Sepertinya, mereka berdua sangat bersemangat untuk mengenalnya lebih jauh.

“Aku masih nggak percaya Kak Rei akhirnya menikah!” seru si kembar perempuan dengan suara riang. Wajahnya berseri-seri, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu, seolah-olah ini adalah kabar paling mengejutkan yang pernah ia dengar.

Hana tersenyum tipis, tapi ada sedikit kecanggungan dalam ekspresinya. “Aku juga nggak percaya,” gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada orang lain.

Tatapan tajam Rei langsung tertuju padanya, tetapi seperti biasa, ia tidak mengatakan apa-apa. Hana bisa merasakan atmosfer dingin yang menyelimuti laki-laki itu, tapi ia sudah terbiasa.

Di sisi lain, si kembar laki-laki tetap diam, tidak menunjukkan ekspresi berlebihan seperti saudari perempuannya. Ia hanya fokus menyendok sarapannya dengan tenang, seolah pembicaraan ini bukan sesuatu yang menarik perhatiannya.

“Namaku Xavira!” kata si kembar perempuan dengan penuh semangat, suaranya ceria seperti lonceng kecil yang berdenting. “Dan ini kembaranku, Xavier.”

Xavier, yang sejak tadi lebih banyak diam, hanya mengangguk kecil sebagai tanda perkenalan. Sikapnya begitu kontras dengan saudari kembarnya—tenang, pendiam, dan tampaknya tidak tertarik ikut dalam percakapan yang sedang berlangsung.

“Kak Hana cantik banget! Aku senang akhirnya ada perempuan lain di rumah ini. Kak Rei pasti bahagia, ya?” Xavira menatap kakaknya dengan penuh harapan, matanya berbinar cerah seperti anak kecil yang baru saja mendapat hadiah.

Rei hanya mendengus pelan, bahkan tidak tertarik melirik adik perempuannya.

Hana terkekeh kecil, merasa geli dengan antusiasme Xavira. “Yakin dia bahagia? Dari ekspresinya sih, sepertinya lebih ke frustasi.”

Adara tertawa pelan mendengar celetukan Hana. “Jangan pedulikan Rei, Hana. Dia memang begitu sejak kecil. Dingin, irit bicara, tapi tetap anakku.”

Zayn akhirnya meletakkan sendoknya dan menatap Hana serta Rei bergantian. “Yang penting kalian bisa menjaga pernikahan ini dengan baik.” Suaranya tegas, penuh makna, seolah ingin menekankan bahwa tidak ada opsi lain bagi mereka selain tetap mempertahankan pernikahan ini.

Hana menegakkan punggung dan mengangguk sopan. “Tentu, Paman—eh, maksudku, Ayah.” Ia hampir saja terpeleset menyebut ‘Paman’ karena masih belum terbiasa dengan hubungan baru mereka.

Adara tersenyum puas dengan usahanya. “Bagus. Kalian berdua akan sekolah bersama, kan?”

Hana melirik sekilas ke arah Rei, yang sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan dalam percakapan ini.

“Iya, Bu,” jawab Rei akhirnya, singkat dan tanpa emosi.

“Kalau begitu, Rei, jaga Hana baik-baik di sekolah.” Adara menambahkan dengan nada lembut, tapi jelas mengandung ketegasan.

Rei tidak langsung menjawab. Ia hanya menyesap minumannya perlahan sebelum akhirnya berkata dengan datar, “Tentu.”

Hana memutar matanya dalam hati. Nada bicara Rei terdengar seperti seseorang yang sedang dipaksa melakukan sesuatu yang tidak ia sukai.

“Kalau Kak Rei nggak menjaga Kak Hana dengan baik, aku yang bakal melindunginya!” Xavira menepuk dadanya dengan bangga, seperti seorang pahlawan kecil.

Xavier akhirnya membuka mulut untuk pertama kalinya sejak tadi. “Kau bahkan nggak bisa melindungi diri sendiri, Xavira.”

Xavira langsung merajuk. “Ish, Kakak! Setidaknya aku lebih peduli daripada Kak Rei yang dingin itu.”

Rei mendengus. “Kalian berdua terlalu banyak bicara.”

Adara hanya tersenyum melihat interaksi mereka yang riuh.

Tak lama, mereka mulai beraktivitas sesuai jadwal masing-masing. Zayn berangkat kerja sekaligus mengantar si kembar ke sekolah, sementara Rei dan Hana bersiap pergi bersama. Adara tetap di rumah seperti biasa.

Hana menghela napas saat memasuki mobil Rei. Hari ini akan menjadi perjalanan yang panjang.

Dan di atas semua itu, ia masih harus menghadapi satu hal lagi—sekolah barunya.

DALAM PERJALANAN

Di dalam mobil, tidak ada percakapan.

Keheningan menguasai sepanjang perjalanan. Hana hanya menatap ke luar jendela, sementara Rei fokus mengemudi tanpa sedikit pun berusaha mencairkan suasana.

Saat mereka hampir sampai, laki-laki itu akhirnya membuka suara. Suaranya dingin, datar, dan tanpa emosi. “Aku akan menurunkanmu di sini.”

Hana menoleh dengan kening berkerut. “Hah? Tapi ini masih jauh dari gerbang sekolah?”

Rei tetap menatap lurus ke depan. “Tentu saja. Tidak ada yang boleh tahu soal kita.”

Hana mengerucutkan bibir. Ia ingin membantah, tapi apa gunanya? Pada akhirnya, ia tetap harus turun.

Ia membuka pintu dan turun dengan kesal, menutupnya sedikit lebih keras dari seharusnya.

Saat mobil Rei melaju pergi tanpa sedikit pun menoleh ke belakang, Hana mendesah panjang.

Kenapa dia yang harus berkorban?

Sial!

1
Na Noona
lanjut dong, dri kemarin ga up up
Ayu Sipayung: Sedang proses kk, sabar ya.....

jangan lupa baca karya terbaru author sembari menunggu up selanjutnya ya...
total 1 replies
Na Noona
belum up tor
na Nina
lanjut
na Nina
lanjut tor
Na Noona
up tor
Na Noona
up tor, aku sukaaa ceritanya
Chachap
kurang panjang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!