Transmigrasi Menjadi Pelayan Pria Jahat

Alana menatap wajah pucat Rion yang sudah kembali tidak sadarkan diri itu.

"Aku akan membantumu untuk mendapatkan happy ending." Gumam Alana sebelum kehilangan kesadaran.

FLASHBACK END

...****************...

Disebuah ruangan yang sangat besar tampak seorang pria yang baru saja terbangun itu menatap ke arah jendela kamarnya. Setelah mendengar cerita dari Robin bahwa pria itu menemukan ia dan juga pelayan wanita itu sudah sama-sama tidak sadarkan diri.

"Ternyata apa yang aku lihat saat itu benar-benar nyata. Wanita itu ada di sana dan tidak lari."Gumamnya.

"Robin, aku akan melihatnya." Ujar Rion.

"Tapi yang mulia anda masih sangat terluka parah." Halang Robin.

"Tidak aku akan tetap melihatnya."Ujar Rion yang berdiri perlahan lalu mengambil kemeja putih dan memakainya. Ia dengan langkah tegas bejalan meninggalkan kamarnya. Bagi seseorang seperti Rion yang sudah sangat sering terluka ini bukanlah luka yang terlalu besar.

"Huh.."Robin hanya bisa menghela nafas kasar saat melihat bagaimana prilaku Rion.

Sedangkan saat ini di atas sebuah ranjang kecil Alana masih menutup matanya. Belum sempat ia melepas perban di luka lamanya tapi kali ini ia justru mendapatkan perban lebih banyak di tubuhnya.

"CEKLEK." Pintu ruangan itu terbuka menampilkan sosok pria dengn rambut hitam yang masih berantakan dan juga kemeja putih polos. Tampilan pria itu tidak rapi seperti biasanya tapi ia justru terlihat bertambah tampan.

"Tak, tak, tak." Rion perlahan mendekat kearah ranjang di mana Alana berbaring. Ia menatap wanita yang masih belum sadarkan diri tanpa berkedip sedikitpun.

Lalu Rion menatap pada seluruh perban yang ada di tubuh wanita itu. Pada bagian kepala, leher, kaki dan juga tangan.

"Kenapa kau menolongku ?"Tanya Rion dengan nada pelan. Pelayan ini bahkan belum ia ketahui namanya tapi sudah begitu banyak yang terjadi.

Sedangkan beberapa saat kemudian Alana mulai membuka matanya dengan perlahan. Ia menatap seluruh ruangan dan hanya bisa menghela nafas saat mengetahui bahwa apa yang terjadi padanya adalah kenyataan.

"Huh." Helaan nafas terdengar begitu jelas di bibirnya.

"Kenapa ?" Tanya suara bariton yang begitu jelas di telinganya.

"Akh !" Alana sedikit terjerit saat melihat sosok Rion yang duduk dengan begitu santai di samping kasurnya.

"UHUK." Batuk Alana saat tidak sengaja tersedak oleh air ludahnya sendiri.

Rion tidak bergeming sedikitpun, pria itu hanya menatap ke arah Alana yang masih batuk karena terkejut melihat pria itu tiba-tiba ada di samping kasurnya.

Alana mengambil Air yang ada di atas nakasnya lalu meminumnya hingga tandas.

"AH !" leganya saat sudah menghabiskan air tersebut.

"Kenapa ?" Tanya Rion tiba-tiba.

"Ya..yang mulia." Jawab Alana dengan menaikan satu alisnya.

"Kenapa kau menyelamatkan ku ?"Tanya Rion dengan tatapan tajam.

"Mengapa saya menyelamatkan anda ? tentu saja karena anda adalah tuan saya. Sebagai pelayan pribadi anda maka saya akan menyelamatkan anda apapun yang terjadi." Ujar Alana.

'Bukankah itu agak mencurigakan tapi bisa di percaya ya kan ?'Batin Alana. Siapa sangka jika ketika ia bangun dari sakitnya ia harus mendapatkan pertanyaan seperti ini.

"Pelayan yang melindungi tuannya ya..." Gumam Rion.

"Iya yang mulia, saya adalah pelayan yang sangat bertanggung jawab dan juga sangat setia jadi saya akan melindungi anda." Ujar Alana.

"Krek." Tiba-tiba saja Rion berdiri dari kursinya lalu meninggalkan tempat itu. Tapi sebelum membuka pintu ia menghentikan langkah kakinya.

"Namamu ?"Tanyanya tanpa melihat Alana.

"Ha ?"

"Namamu ?"Ulang Rion.

"Nama saya Alana yang mulia."Ujar Alana kemudian.

"CEKLEK." Setelah mendengar hal itu Rion justru pergi meninggalkan kamar Alana.

"Aneh." Gumam Alana. Lalu ia melirik ke arah jendela kamarnya yang menunjukkan jika hari sudah memasuki siang hari. Tapi sedetik kemudian Alana membuka nakas yang ada di samping tempat tidurnya. Lalu ia mengambil buku dan pena yang terletak di sana.

Alana membukanya perlahan, ini adalah buku yang sudah ia tulis mengenai alur cerita yang ia ingat tapi tentunya Alana menulisnya menggunakan tulisan dan bahasa indonesia karena di tempat ini orang-orang menggunakan bahasa dan tulisan yang berbeda. Jadi, jika buku ini di baca dengan orang lain maka dia tidak akan masalah untuk itu.

Kali ini Alana bukan ingin menulis plot cerita tapi dia lebih ingin menulis strategi bertahan hidupnya di dunia ini.

'Aku akan menjadi pelayan yang baik untuk Rion sang putra mahkota, menjadi pelayan paling di percaya dengannya, membuat pria itu menjadi raja dan membuat kutukan itu menghilang. Nah jika sudah begitu maka dunia akan terselamatkan lalu aku akan bisa menikmati hidup dengan gajiku sebagai pelayan putra mahkota.' Tulis Alana di atas kertas tersebut.

"Kurasa tidak buruk jika aku memiliki rumah yang indah di sebuah perkampungan dan memiliki keluarga kecil di sana."Gumamnya.

"Baiklah mulai sekarang jalankan semua rencana tersebut." Ujarnya lalu tersenyum.

Sedangkan saat ini di ibu kota orang-orang tengah menyiapkan segala hal untuk festival nanti malam. Sejujurnya festival ini akan berlangsung hingga tujuh hari ke depan dan di hari ketujuh adalah saat paling meriah dari festival ini.

Berbeda dengan ibu kota yang begitu bahagia, saat ini di kekaisaran justru sang permaisuri sedang marah besar. Bahkan kamarnya saat ini telah hancur berantakan.

"HAH ! BAGAIMANA MUNGKIN DIA MASIH HIDUP ? MONSTER ITU BENAR-BENAR SANGAT MENYUSAHKAN !"Teriaknya dengan penuh amarah.

Hingga akhirnya wanita itu justru tertawa dengan begitu bahagia.

"Hahahaha..."Tawanya membuat pelayan yang ada di sana hanya bisa menundukkan kepalanya. Mereka benar-benar takut jika sang permaisuri akan menyiksa mereka seperti biasa. Wanita ini adalah wanita yang penuh dengan ambisi untuk kekuasaan. Ia benar-benar sangat ingin jika anaknya yang menjadi putra mahkota dan bukan Rion. Sebenarnya kaisar juga menginginkan hal yang sama. Akan tetapi, banyak fraksi bangsawan yang tidak mendukung hal tersebut. Karena telah jelas bahwa menurut garis keturunan memang Rion lah yang paling berhak atas tahta.

"Hahaha, Hanya untuk kali ini saja ia masih bisa hidup. Aku akan terus mencari kelemahan mu putra mahkota lalu menyingkirkan mu dari tahta."Gumam permaisuri dengan tersenyum sinis.