Kepergok berduaan di dalam mobil di daerah yang jauh dari pemukiman warga membuat Zaliva Andira dan Mahardika yang merupakan saudara sepupu terpaksa harus menikah akibat desakan warga kampung yang merasa keduanya telah melakukan tindakan tak senonoh dikampung mereka.
Akankah pernikahan Za dan Dika bertahan atau justru berakhir, mengingat selama ini Za selalu berpikir Mahardika buaya darat yang memiliki banyak kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15.
Mengingat semua perwakilan dari masing-masing ruangan sudah berkumpul di ruangan meeting, begitu pula dengan para donatur, maka sebagai Dirut RS dokter Hendrik pun segera memulai meeting pada siang hari itu.
"Selamat siang, dan terima kasih banyak untuk para donatur yang telah menyempatkan waktu untuk hadir di siang hari ini. Serta, tak lupa juga saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua tim dokter yang sudah mendedikasikan diri dengan setulus hati di rumah sakit ini. Dalam pertemuan kali ini kita akan membahas tentang kinerja rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Kembali lagi pada pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit, dalam hal ini pasti akan bermula pada pelayanan utama yakni ruangan IGD, di mana kebanyakan pasien pastinya mendatangi ruangan tersebut terlebih dahulu sebelum lanjut mendapat pelayanan di kamar perawatan. Dengan begitu saya persilahkan kepada dokter Heru selaku kepala ruangan IGD kiranya memberikan beberapa laporannya."
"Terima kasih banyak saya ucapkan kepada Dirut RS yang telah memberikan kesempatan kepada saya....." Dokter Heru pun melaporkan kinerja para tim medis yang bertugas di ruangan IGD. Inti dari laporan serta pernyataan dokter Heru berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh timnya tanpa melihat status sosial pasien, mereka memberikan pelayanan yang merata pada setiap pasien, baik dari kalangan atas maupun kalangan biasa, terlebih pada kalangan kelas menengah kebawah. mengingat pasien dari kalangan menengah kebawah pun telah dijaminkan semua biaya pengobatannya oleh pihak yang berwenang ataupun donatur yang bekerja sama dengan pihak rumah sakit.
Usai Dokter Heru, dilanjutkan dengan perwakilan dari ruangan lainnya, dan begitu seterusnya hingga meeting yang berlangsung kurang lebih dua jam tersebut hampir selesai.
Sebagai donatur terbesar di rumah sakit tersebut, Mahardika dipersilahkan oleh dokter Hendrik untuk memberikan beberapa komentarnya tentang laporan pelayanan di rumah sakit itu.
Mahardika lantas berdiri dari duduknya untuk memberikan beberapa komentarnya.
"Baik, terimakasih banyak saya ucapkan kepada dokter Hendrik selaku Dirut RS. terima kasih telah melaksanakan program yang sudah berjalan hampir lima tahun ini dengan baik dan juga amanah. Setelah mendengar semua penjelasan serta laporan dari para dokter yang bertugas, saya rasa tidak ada lagi yang perlu saya komentari. Saya merasa puas dengan kinerja para dokter yang bertugas rumah sakit ini. Semoga kedepannya niat mulia yang diselenggarakan oleh semua pihak yang bergabung di dalamnya bisa menjadi ladang pahala bagi kita semua. Karena sesungguhnya berbagi tidak akan membuat kita miskin. itu saja yang ingin saya sampaikan, sekali lagi saya ucapkan banyak-banyak terima kasih atas dedikasi para tim dokter yang sudah bekerja dengan setulus hati." Itulah sedikit sambutan dari seorang Mahardika Putra, merasa puas dengan pelayanan rumah sakit yang dipimpin oleh sahabat baiknya itu. Setelah Mahardika kembali menempati tempat duduknya, seorang dokter mengangkat tangannya di udara seolah ingin menginterupsi.
"Ada yang ingin anda tanyakan dokter Yuli?." tanya dokter Hendrik seraya mengarahkan pandangannya pada dokter berusia dua puluh lima tahun tersebut. Ya, diusianya yang ke dua puluh lima tahun dokter Yuli telah berhasil mendapatkan gelar dokter spesialis karena kecerdasannya. Dengan kecerdasan yang dimilikinya pula lah yang membuat wanita itu begitu percaya diri bisa menaklukkan hati seorang Mahardika Putra, pria yang sudah dua tahun terakhir menjadi pujaan hatinya. Sebelum menjadi dokter spesialis, dokter Yuli menyelesaikan residennya di rumah sakit yang sama, dari situlah ia mengenal sosok sahabat baik dokter Hendrik tersebut.
Yuli yang duduk di deretan bangku paling depan langsung bersuara. "Sebenarnya apa yang ingin saya tanyakan ini sedikit mengarah ke hal pribadi, saya harap tuan Mahardika tidak keberatan." Semua yang ada diruangan tersebut langsung berubah tegang. Bisa-bisanya, dokter Yuli berkata demikian padahal sudah jelas-jelas sejak beberapa tahun lalu, Mahardika selalu menegaskan bahwa ia tidak ingin membahas tentang masalah pribadinya, apalagi ditengah-tengah meeting seperti saat ini.
"Maaf Dokter Yuli, meeting kita pada siang hari ini guna membahas tentang pekerjaan, bukan masalah pribadi." Dokter Hendrik yang tidak ingin sampai menghilangkan mood baik sahabatnya itu sontak melayangkan kalimat demikian. Tetapi, semua yang ada di ruangan tersebut dibuat tak percaya ketika mendengar Mahardika mempersilahkan dokter Yuli menyuarakan pertanyaannya, tidak terkecuali dokter Hendrik.
"Silahkan jika anda ingin bertanya!."Meskipun mimik wajah Mahardika nampak datar tetap saja mampu membuat hati dokter Yuli berbunga-bunga.
"Apa anda sudah memiliki seorang kekasih, tuan?."
Deg
Za yang sejak tadi hanya diam saja sebagai penonton dan juga pendengar setia, langsung mengarahkan pandangannya ke arah dokter Yuli. "Dasar perempuan tidak tahu diri.... bisa-bisanya dia menunjukkan sikap manja seperti itu dihadapan pria beristri." dalam hati Za, merasa kesal melihat mimik manja yang sengaja ditampilkan oleh rekan sejawatnya itu tatkala menatap suaminya.
Mahardika lantas mengangkat tangan kanannya ke udara, sengaja ingin memperlihatkan cincin kawin yang melingkar di jari manisnya.
"Saya sudah menikah, dan kebetulan istri tercinta saya juga berprofesi sebagai seorang dokter, beliau juga mendedikasikan diri di rumah sakit ini." Membahas tentang sang istri tercinta mampu membuat Mahardika melengkungkan bibirnya, sehingga sebuah senyuman yang semakin menambah porsi ketampanannya terpatri di wajah pria itu.
Deg
Za tak bisa menyembunyikan keterkejutannya mendengar pengakuan Mahardika, terlebih pria itu melirik ke arahnya saat membahas tentang itu semua.
Pengakuan Mahardika sontak menjadi berita utama dikalangan para penghuni rumah sakit tersebut, terutama bagi mereka yang mengidolakan sosoknya, dan salah satunya adalah Dokter Yuli yang sangat terobsesi pada Mahardika. Tidak sedikit dari mereka yang dibuat penasaran dengan sosok wanita yang mampu menaklukkan hati CEO Mahardika group tersebut, terlebih tadi Mahardika menyebut istrinya juga bekerja di rumah sakit ini.
Hati dokter Yuli yang sempat berbunga-bunga langsung layu seketika mendengar pengakuan mengejutkan dari mulut Mahardika. Dokter Yuli bertekad untuk mencari tahu sosok wanita yang dianggap telah merebut Mahardika darinya tersebut.
"Aku jadi penasaran, siapa sebenarnya istri dari tuan Mahardika?."
"Dari cara tuan Mahardika bercerita tentang istrinya, sepertinya tuan Mahardika sangat mencintai istrinya."
"Aku juga berpikir begitu. Kelihatannya tuan Mahardika kecintaan banget sama istrinya."
"Siapapun wanita itu, yang jelas beliau sangat beruntung karena mendapatkan pria spek idaman seperti tuan Mahardika."
Terdengar obrolan dari beberapa rekan sejawatnya yang berjalan beberapa langkah di depan Za. Pengakuan Mahardika pada siang hari ini berhasil menjadi topik hangat di lingkungan rumah sakit.
"Pernikahan kami tidak seperti apa yang kalian pikirkan. Seandainya kalian semua tahu bahwa alasan kami menikah akibat kepergok warga, pasti kalian akan menjadikan aku bahan lelucon." batin Za yang kini berjalan bersama Dokter Heru, hendak kembali ke ruangan mereka bertugas.
"Dokter Za...." kembalinya Za di sambut Hilda dengan wajah penasaran.
"Iya, sus?."
"Katanya di ruang meeting tadi tuan Mahardika mengaku sudah menikah, benar begitu, dok?." Cecar Hilda dengan nada setengah berbisik.
Za menjawabnya dengan anggukan. Za pikir dengan begitu akan berakhir pula rasa ingin tahu Hilda, tapi sayangnya Gadis itu justru kembali mencecarnya dengan pertanyaan baru.
"Cantik nggak istrinya tuan Mahardika, dok? Seorang Model atau artis, dok?."
"Mana aku tahu, suster Hilda yang cantik." Jawaban Za terdengar berirama untuk meyakinkan Hilda.
"Bukannya dokter Za itu sepupunya tuan Mahardika, masa' sih nggak tahu siapa istrinya tuan Mahardika."
Deg.
Za baru teringat akan pengakuannya beberapa hari lalu pada Hilda, di mana ia mengaku sebagai saudara sepupu Mahardika.
Jangan lupa vote and ⭐⭐⭐⭐⭐ nya ya sayang-sayangku....biar aku makin semangat up nya....🙏😘🥰
bener nih kata papa Okta,baru juga ditinggal sebentar udah sedih...
gimana nanti jika pisah beneran...