Kerajaan Danemor menjadi sebuah kerajaan yang kuat setelah Raja Adolf I telah naik takhta menggantikan raja sebelumnya, namun dibalik kuatnya kerajaan itu, menyimpan sisi kelam yang sangat mengerikan, Raja yang sangat keji terhadap musuh dan rakyatnya sendiri, pertumpahan darah sangat lumrah terjadi di kerajaan Danemor.
Kelahiran seorang anak laki laki menjadi harapan untuk semua orang untuk menggulingkan takhta Raja Adolf I, mampukah anak harapan itu mampu melakukannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sergey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian untuk Eva
setelah tenang, Adolf pun menatap Paul dalam dalam, ia berharap Paul tidak memberikan syarat yang berat untuk ujian Eva, perlahan Adolf pun bertanya pada Paul.
"Apa syarat yang harus dilalui untuk calon permaisuri ku Paul? Aku berharap syarat calon permaisuri ku tidak berat." wajah Adolf kini penuh harap.
"Tentu saja syarat ini tidak berat, justru ini adalah ujian untuk calon permaisuri, tinggal bagaimana dia mampu atau tidak yang mulia." ucap Paul.
"Kalau begitu jelaskan Paul." tanya Adolf.
"Yang pertama, calon permaisuri harus mengerti apa saja etika kerajaan, yang kedua, calon permaisuri harus memiliki pengetahuan politik yang luas, ini diperlukan untuk menjaga kestabilan politik kerajaan, dan yang terakhir, calon permaisuri bukanlah seorang janda atau pasangan dari orang lain." Paul menjelaskan persyaratan dengan lancar dan jelas.
Adolf pun berpikir jika syarat yang Paul ajukan adalah ujian untuk Eva, tidak ada salahnya jika Eva belajar ilmu politik dan etika kerajaan, dia membayangkan jika suatu hari nanti tragedi menimpa dirinya, dan Eva tidak mengerti apa apa tentang ilmu politik, tentu saja Eva hanya akan dijadikan boneka politik oleh kaum bangsawan, Adolf tidak ingin itu terjadi pada Eva.
Adolf pun tanpa pikir panjang mengangguk setuju persyaratan yang Paul ajukan, Adolf pun kembali bertanya kepada Paul.
"Apakah ada batasan waktu untuk wanita ku untuk belajar? Saya bisa memastikan bahwa dia adalah seorang gadis yang masih murni dan belum bersuami, tentu syarat ke 3 tidak perlu ada."
"Tidak ada batasan waktu untuk itu tuan, namun semakin cepat Eva belajar semakin baik, dan pernikahan anda akan berjalan lebih cepat, namun untuk memastikan dirinya masih gadis atau tidak, tentu harus diperiksa oleh seorang tabib perempuan, tuan, ini diperlukan untuk pembuktian gadis itu untuk menghindari hal yang tidak diinginkan dan menjaga garis keturunan anda tetap murni." jelas Paul.
Adolf pun tidak berkata apa apa lagi setelah mendengarkan penjelasan Paul, semua syarat yang diajukan hanyalah ujian belajar untuk Eva, tentu Adolf merasa senang bahwa syarat yang diberikan bukanlah syarat syarat yang sangat berat yang harus ditanggung oleh Eva, Adolf melihat Paul kembali dengan senyum, dan dia pun berkata.
"Terimakasih duke Paul sudah menjelaskan persyaratan yang ada, aku sebagai raja sangat bangga memiliki duke yang berwawasan luas, duke Otto dan duke Erik, sudah jelas kan yang diucapkan duke Paul? maka sebaiknya kalian bersikap baik pada calon istriku kelak." ucapan dan tatapan Adolf penuh dengan ancaman pada Erik dan Otto.
Erik dan Otto bergidik ngeri setelah Adolf mengucapkan kata kata terakhir, seolah olah dia mengatakan "Jangan pernah kau mencelakai calon istriku, atau kau dan keluargamu akan ku musnahkan"
Sontak saja Erik dan Otto membungkuk pada Adolf dan keduanya berkata.
"Kami akan bersikap baik pada calon permaisuri tuan ku, dan kami berjanji tidak akan melakukan apapun padanya." ucap Erik dan Otto dengan nada bicara penuh ketakutan.
"Baiklah, akan sangat baik jika kalian berkata demikian, ku pegang janji kalian, kuharap kalian tidak melanggar perkataan kalian sendiri." Adolf tersenyum senang dengan penuh kemenangan.
Setelah perbincangan selesai, Adolf menyuruh mereka untuk kembali ke ruang tamu istana, semua orang meninggalkan aula istana kecuali Adolf, tanpa sadar ia terlelap tidur.
diluar aula istana Erik dan Otto berjalan bersama, Erik memberikan kode kepada Otto untuk mengobrol bersama ditempat yang sepi ketika sudah keluar dari istana, Otto pun mengangguk setuju untuk membalas kode Erik, Paul yang berada di depan Erik dan Otto tidak menyadari bahwa mereka berdua sedang merencanakan sesuatu.
Setelah Adolf bangun dari tidurnya, dia keluar dari ruang aula istana, dia melihat obor disekitar halaman istana, dan langit yang menunjukan bintang bintang, kemudian Adolf berjalan perlahan menuju meja makan, terlihat Arthanas sedang menikmati makanan, kemudian Adolf duduk disebelah Arthanas, Adolf mengambil daging kalkun dan menaruhnya di piring, dan ia makan perlahan lahan.
Setelah ia selesai makan, dia tak langsung beranjak dari meja makan, namun ia melihat Arthanas sejenak, ada pertanyaan yang harus Adolf ajukan, Arthanas yang melihat ia ditatap oleh putra nya itu ia berkata.
"Ada apa Adolf, ada suatu pertanyaan." Arthanas mengawali topik pembicaraan.
"Ayah, apa ibu dulu melakukan ujian untuk menjadi permaisuri? bagaimana ibu lulus dalam ujiannya? dan berapa lama dia menyelesaikan ujian itu?." Adolf pun langsung melontarkan pertanyaan dan tak segan bertanya pada Arthanas.
"Benar, ibumu melakukan ujian permaisuri, namun duke terdahulu sebelum duke yang sekarang jauh lebih keras dan menantang Adolf, mereka tak segan-segan dalam mengajukan persyaratan pada ibumu, seperti harus diakui oleh mereka, ikut berperang melawan kerajaan Rus, dan harus memiliki pengakuan dari rakyat, namun ibumu orang yang hebat nak, dia mampu melakukan itu semua sendiri tanpa bantuan ayah, dia menyelesaikan itu semua dalam waktu satu tahun." Arthanas menjelaskan itu dengan nada yang sedih.
"Lalu, kenapa ayah tidak membantu ibu untuk menyelesaikan ujiannya, dan kenapa tidak menentang persyaratan yang sangat berat dari duke terdahulu?." Adolf pun terheran heran.
"Adolf, kerajaan ini sewaktu perang dengan kerajaan Rus, kondisi nya sangat memprihatikan, tepat 2 tahun setelah aku menjabat sebagai raja menggantikan kakek mu yang wafat karena perang, politik ini tidak stabil, banyak bangsawan yang menentangku hanya karena aku masih sangat muda waktu itu, namun aku membuktikan diriku layak menjadi raja setelah memenangkan beberapa pertempuran melawan kerajaan Rus, setelah itu para bangsawan mengakui dan setuju atas tahta ku, namun ditengah perjalanan itulah aku menemukan ibumu, aku pun membawa ibumu ke istana ini dan mengundang para bangsawan untuk membahas pernikahan ku dengan ibumu, alhasil banyak para bangsawan yang menentangku, aku tidak bisa melawan karena kestabilan politik baru saja ku perbaiki, jika aku tetap nekad, maka mereka menarik dana dan pasukan dari perang, yang paling parah adalah mereka akan memberontak merebut kerajaan ini, namun beruntungnya bangsawan yang netral membantu ku menemukan solusi untuk mendapatkan dukungan dari bangsawan yang menolak, yakni seperti 3 syarat tadi, meski begitu aku dilarang untuk ikut campur dan membiarkan ibumu menyelesaikan semua itu sendirian, dan ajaib nya ibumu berhasil menyelesaikannya." Arthanas menceritakan kisah mendiang istrinya sambil menangis.
Adolf pun mengerti dan memeluk ayahnya itu, sungguh Adolf merasa beruntung bahwa Paul memberikan syarat yang ringan, tidak seperti ibunya yang sangat berat, bahkan harus terjun ke medan pertempuran secara langsung hanya demi mendapat pengakuan para bangsawan.
Adolf pun melepas pelukannya, ia mengantarkan ayahnya ke kamar, tidak lupa ia mengucapkan selamat beristirahat pada ayahnya.
Setelah Adolf mengantarkan ayahnya, Adolf kembali ke kamarnya, ia kemudian duduk di ranjangnya, sejenak dia berpikir tentang ibunya, namun ia memilih untuk tidur mengistirahatkan lelahnya itu.