Elora punya mimpi sederhana, ingin menjadi perawat dan menikah dengan pria impiannya. Bukan dari lelaki kaya, namun lelaki yang mencintainya sampai maut memisahkan. Namun impian Elora kandas saat pamannya tanpa pertimbangan apapun mengirim Elora ke Spanyol untuk menaklukan sang pewaris kekayaan keluarga Gomez sesuai dengan wasiat mamanya sebelum ia meninggal. Elora terkejut karena sesampai di Spanyol, ia harus bersaing dengan banyak perempuan yang juga punya misi yang sama, menaklukan sang pewaris. Apakah Elora bisa melaksanakan misi almarhumah mamanya? Akankah ada cinta sejati baginya di Spanyol?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Papa Elora ?
Sepanjang perjalanan tak ada percakapan yang tercipta diantara mereka.
Elora mengeluarkan headset dari dalam tas yang dibawahnya lalu memutar lagu dari ponselnya. Ia ikut bernyanyi lagu dari grup band kesayangannya Maroon five.
Enrique yang membawa kendaraan sesekali menatap ke arah Elora. Gadis itu begitu asyik bernyanyi sampai tak menyadari bahwa ia berada di mobil yang sama dengan Enrique.
"Here's to the ones that we got
Cheers to the wish you were but you're not
Cause the drinks bring back all the memories" demikianlah Elora bersenandung sambil sesekali menggerakkan tubuhnya. Seolah gadis itu tak pernah ada beban.
Rumah Lelita, adiknya Enrique berada di kota. Sebenarnya butuh waktu hampir 2 jam untuk ke sana. Namun dengan cara Enrique membawa mobil, Elora merasa kalau mereka akan tiba lebih cepat.
Dugaan Elora benar. Enrique bahwa melewati mobil orang tuanya yang sudah berangkat 15 menit lebih cepat darinya.
Mereka tiba di mansion mewah Lelita. Suami Lelita adalah seorang pengusaha sedangkan Lelita sendiri adalah pengacara.
Menurut Nuna, Lelita menikah dalam usia muda. Usianya 21 tahun dan suaminya 31 tahun. Awalnya pernikahan mereka ditentang oleh papanya karena Lelita masih terlalu muda. Namun Lelita membuktikan kalau ia bisa. Buktinya ia sudah 1 tahun menjadi pengacara dan juga bisa mengurus rumah tangganya. Nuna juga mengatakan kalau suami Lelita adalah keluarga bangsawan Spanyol yang sangat terkenal di Spanyol ini.
Seorang perempuan muda yang cantik dengan dandanan yang elegan menyambut mereka. Dari wajahnya, Elora tahu kalau dia adalah Lelita karena mirip dengan Enrique.
"Elora?" tanya Lelita. Elora mengangguk. Lelita dengan hangat langsung memeluk Elora.
"Esta chica es muy hermosa. (Gadis ini sangat cantik.)" ujar Lelita sambil melirik ke arah kakaknya.
Enrique seperti biasa hanya tersenyum tipis. Lelita kemudian memeluk kakaknya. "Aku lebih suka dia dibandingkan Cecil dan Anna." bisik Lelita.
"Mana ponakan ku?" tanya Enrique mengalihkan pembicaraan mereka.
"Ada di dalam." Jawab Lelita lalu segera menggandeng tangan Elora memasuki rumahnya yang megah.
Suami Lelita yang sepuluh tahun lebih tua darinya, ternyata sangat tampan. Darah bangsawan sangat jelas di wajahnya begitu juga dengan penampilannya.
"Tio.....!(paman)" seorang gadis kecil dengan rambut bergelombang berwarna coklat berlari ke arah Enrique. Dengan wajah sumringah, Enrique langsung memeluk gadis itu.
"Putriku bernama Bella. Dia sangat suka pada pamannya. Enrique memang sangat menyukai anak-anak. Namun entah kenapa dia belum mau menikah pada hal usinya sudah 28 tahun." kata Lelita.
Elora hanya tersenyum mendengarnya. Enrique memang sangat kaku dan kesannya cuek pada wanita. Baru kali ia ia melihat Enrique begitu berbeda saat berhadapan dengan seorang anak kecil.
Para tamu mulai berdatangan. Menurut Tizza sebagian besar adalah keluarga besar suaminya Lelita yang bernama Carlos Santana.
"Itu adalah Mauren Santana. Dia adalah bibi Carlos. usianya sudah 60 tahun namun masih terlihat cantik dan energik karena dia adalah pengusaha kosmetik. Suaminya adalah bangsawan Spanyol usia suaminya sama seperti aku, 55 tahun." bisik Tizza.
Elora menatap wanita cantik itu. Tak terlihat memang usianya sudah 60 tahun. Tubuhnya begitu langsing dan kulitnya terlihat segar.
"Suaminya di mana, bibi?" tanya Elora.
"Belum kelihatan. Mungkin terlambat datangnya."
Elora berusaha untuk menyukai situasi pesta para konglomerat ini. Ia cukup senang karena Lelita masih sempat sesekali menyapanya sementara Enrique justru sibuk dengan para pria lainnya.
"Terima kasih sudah datang di acara sukacita keluarga kami. Puji Tuhan kami sudah 5 tahun menikah, putri kami juga sudah berusia 4 tahun dan istri saya yang cantik ini sudah berhasil menjadi pengacara dan sudah memiliki firma hukum nya sendiri. Doakan dia juga yang sementara mengambil studi S2 nya." Kata Carlos lalu mengangkat gelas berisi anggur diikuti semua tamu yang ada.
Elora terharu melihat bagaimana Carlos nampak begitu mencintai istrinya. Ia selalu menggenggam tangan Lelita dengan penuh cinta.
Selesai acara makan malam, Elora memilih untuk ke toilet. Saat ia keluar dari toilet, tanpa sengaja Elora bertabrakan dengan seorang pria.
"Disculpe (maaf)....!" kata Elora lalu mendongak menatap pria yang ditabraknya itu.
Pria itu menatap Elora dengan wajah yang terkejut. Apalagi saat ia melihat kalung yang Elora pakai.
"Quién eres? (Siapa kamu?)" tanya pria itu.
"Saya Elora .....!"
Pria itu semakin terbelalak. "Elora?"
"Permisi." Elora langsung pergi. Entah mengapa saat bertatapan dengan pria itu, Elora merasakan jantungnya berdetak dengan sangat cepat.
"Tunggu ....!" pria itu mengejarnya namun Elora sudah berjalan cukup cepat.
Elora mendekati Tizza yang ternyata sedang berbicara dengan Mauren Santana.
"Elora sayang, perkenalkan ini teman ku, Mauren." kata Tizza.
"Sebenarnya Tizza yang sekelas dengan suamiku. Kamu cantik sekali, sayang. Wajahmu mengingatkan aku pada seseorang. Oh, ya kalung mu sangat bagus." Mauren memegang kalung Elora.
"Sayang......!" lelaki yang tadi ditabrak Elora di dekat toilet mendekati Mauren dan langsung memegang pundak istrinya.
"Elora sayang, ini suaminya nyonya Mauren. Elroy Santana."
"Hallo tuan .....!" sapa Elora berusaha bersikap biasa.
"Sayang, lihat kalungnya Elora. Sangat mirip dengan kalung warisan nenek mu yang hilang itu." ujar Mauren.
"Nyonya, kalung ini pemberian ibuku sejak aku kecil. Aku lahir di Indonesia, mungkin ini hanya kalung dengan batu imitasi." kata Elora.
Mauren menatap kalung itu. "Hanya dengan melihatnya saja, aku tahu kalau batu di kalung mu itu adalah berlian yang asli."
"Sayang, jangan bahas masalah kalung nona ini. Aku belum sempat menyapa tuan rumahnya karena tadi pas datang langsung ke toilet. Ayo!" Elroy langsung mengajak istrinya menemui tuan rumah sedangkan Tizza menatap kalung yang melingkar di leher Elora. Dia ingat kalau beberapa waktu yang lalu, Ernesto banyak bertanya tentang Elora. Waktu itu Tizza berpikir kalau Ernesto pasti mengingat Amelia karena lelaki itu dulu sangat tergila-gila pada Amelia. Namun Amelia sama sekali tak menanggapi perasaan Ernesto karena dia sudah memiliki seseorang yang dia cintai.
"Amel, aku perhatikan kalau Elroy menyukai kamu." Tizza ingat percakapan setelah perempuan itu melahirkan Lelita dan Amelia datang dilaksanakan acara pembaptisannya.
"Elroy teman SMA mu itu?"
"Iya."
"Aku nggak tahu."
"Baguslah kalau kamu tak memperhatikan dia. Soalnya Elroy itu sudah bertunangan dengan Mauren. Aku dengar sih kalau mereka akan menikah."
"Oh....."
"Kenapa kamu nggak terima si Ernesto saja?"
Amelia tersenyum. "Aku nggak mau dengan cowok Spanyol. Lagi pula kontrak kerjaku di sini tinggal 2 tahun. Aku mau pulang ke Indonesia."
"Kok pulang sih? Aku berharap kamu akan di sini dan menemani aku."
"Aku punya keluarga di sana. Selama ini aku jauh-jauh kerja di sini karena ingin membantu biaya pengobatan ayahku yang sakit. Sekarang ayahku sudah sembuh bahkan sudah mulai bekerja di sawah lagi. Tinggal menyelesaikan rumah mereka saja."
"Ernesto nampaknya serius dengan kamu."
Amelia menggeleng. "Ernesto anak orang kaya. Aku juga tahu kalau Diola sudah dijodohkan dengannya."
"Diola yang sangat menyukai Ernesto. Kalau lelaki itu, secara terus terang mengatakan kalau dia sangat mencintai kamu."
Amelia waktu itu hanya tersenyum. Jadi Tizza berpikir kalau tak mungkin bersama Ernesto. Tizza kaget saat Amelia meneleponnya dan mengatakan kalau ia sudah melahirkan seorang anak perempuan. Tizza berpikir kalau Amelia menikah dengan orang Indonesia, namun saat melihat foto-foto Elora, Tizza tahu kalau ayah Elora pasti bukan orang Indonesia.
"Ada apa sayang?" tanya Hernandes.
"Tidak." lamunan Tizza akan sahabatnya Amelia menjadi buyar.
"Apakah kita akan pulang sekarang?" tanya Hernades.
"Sedikit lagi. Tuh, anakmu masih asyik dengan beberapa temannya."
"Elora mana?"
"Lagi main dengan cucu kita. Eh, sayang, menurut mu apakah kalung yang Elora pakai itu adalah kalung berlian?"
"Tentu saja. Itu namanya berlian CTF pink star. Termasuk berlian mahal dan cukup langkah. Aku sebenarnya ingin tahu dari mana Elora mendapatkan berlian itu. Karena setahu aku, hanya keluarga Safana yang memilikinya di Spanyol ini."
"Benarkah?" Tizza tentu saja tak meragukan kemampuan suaminya menilai berlian. Karena selain pengusaha anggur, Hernnades memiliki toko perhiasan berlian yang kini sudah ditangani oleh adiknya di Madrid.
Tizza menatap Elora. Lalu pandangannya beralih ke arah Elroy yang sedang berbincang dengan menantunya. Ya Tuhan, kenapa aku baru menyadari, walaupun wajah Elora lebih mirip ke ibunya, namun saat Elora tertawa, saat Elora tersenyum, itu sangat mirip dengan Elroy. Bahkan rambut hitam mereka begitu sama. Tidak mungkinkan Amelia ada hubungan dengan Elroy?
Tizza mendekati Elora yang sedang bermain dengan Bella.
"Elora, kamu lahir di tahun berapa?'"
Elora menyebutkan tanggal dan tahun kelahirannya. Tizza coba menghitungnya dalam hati. Perempuan itu terkejut. Berarti saat pulang ke Indonesia, Amelia sudah hamil 3 bulan? Kalau memang Elroy adalah ayah Elora, bukankah saat itu Elroy sudah menikah dengan Mauren? Apakah Amelia seperti itu?
"Ada apa bibi?" tanya Elora.
"Sayang, maaf kalau bibi bertanya, apakah kamu tahu siapa ayahmu?"
Elora menggeleng. "Ibu hanya mengatakan kalau aku bukan anak haram karena ayah dan ibu menikah secara resmi. Namun ibu dan ayah berpisah karena suatu keadaan. Setiap kali aku bertanya siapa ayahku? Ibu hanya mengatakan kalau aku akan tahu dengan sendirinya saat aku dewasa nanti."
Tizza menatap ke arah Elroy yang ternyata sedang menatap ke arah mereka. Sejuta pertanyaan bermain di kepala perempuan itu.
*************
Lelita terkejut melihat putrinya yang sudah tertidur dalam gendongan Elora.
"Aku heran dengan putriku ini, biasanya ia tak langsung suka dengan orang baru. Tapi kok dia langsung asyik saat bermain dengan Elora ya? Pasti karena dia tahu kalau Elora calon bibinya." ujar Lelita sambil melirik ke arah Enrique.
"Elora tahu siapa yang menyukainya dengan tulus dan bukan modus." ujar Carlos.
"Ayo kita pulang." ajak Enrique. Papa dan mamanya memilih untuk menginap di rumah Lelita.
Lelita tersenyum. Ia tahu kakaknya tak mau membahas kalau mengenai kelebihan calon-calon istrinya.
Mobil Enrique pun melaju dengan cepat menuju ke perkebunan.
Namun, di tengah jalan yang sepi, Enrique dikejutkan dengan adanya sebuah batang pohon yang merintangi jalan.
"Ada apa?" tanya Elora.
"Sepertinya ada yang coba mengincar kita."
"Apa?" Elora langsung panik. Cerita tentang asik Enrique yang ditembak orang tak dikenal langsung terbayang nyata. Elora tanpa sadar memegang tangan Enrique.
"Enrique, aku tidak mau mati konyol."
Enrique menatap Elora. "Tenanglah, mobil ku ini anti peluru." Enrique langsung menelepon kepala mandor di perkebunan.
**********
Apa yang akan terjadi?
siapa yg menginginkan kematian elora??
ksh tahu donk thor 🫢🤭
gws mami....