Aurora terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya berada di dunia asing yang begitu indah, penuh dengan keajaiban dan dikelilingi oleh pria-pria tampan yang bukan manusia biasa. Saat berjalan menelusuri tempat itu, ia menemukan sehelai bulu yang begitu indah dan berkilauan.
Keinginannya untuk menemukan pemilik bulu tersebut membawanya pada seorang siluman burung tampan yang penuh misteri. Namun, pertemuan itu bukan sekadar kebetulan—bulu tersebut ternyata adalah kunci dari takdir yang akan mengubah kehidupan Aurora di dunia siluman, membuatnya terlibat dalam rahasia besar yang menghubungkan dirinya dengan dunia yang baru saja ia masuki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wardha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertempuran di gerbang langit
Aurora menatap makhluk-makhluk bayangan yang muncul dari kabut kegelapan. Mata mereka berkilauan merah, tubuh mereka seperti asap hitam yang terus bergerak, dan aura mereka memancarkan kehancuran.
Raviel berdiri di sampingnya, pedangnya bergetar karena energi gelap yang menyelimuti udara. "Aurora ... mereka bukan musuh biasa."
Aurora mengepalkan tangannya, merasakan kekuatan baru yang mengalir dalam dirinya. Sayap emas yang baru saja muncul di punggungnya bergetar, memancarkan cahaya yang mengusir sebagian kabut hitam. "Aku tahu ... Tapi aku juga bukan manusia biasa lagi."
Salah satu makhluk itu bergerak lebih dulu, melesat dengan kecepatan luar biasa menuju Aurora. Dengan reflek, ia mengangkat tangannya, dan seketika, bulu-bulu emas dari sayapnya berhamburan, berubah menjadi pisau cahaya yang menghantam makhluk itu.
"Aaarrghh!!" Makhluk itu menjerit, tubuhnya mencair seketika, kembali menjadi kabut.
Aurora terkejut. Ia tidak menyangka kekuatannya bisa sekuat ini. Tapi ia tidak punya waktu untuk berpikir lebih lama. Makhluk-makhluk lain mulai menyerang dari berbagai arah.
"Raviel, kita harus melindungi gerbang ini!" serunya.
Raviel mengangguk dan langsung melesat ke depan, menebas bayangan yang mencoba mendekat. Pedangnya, yang dilapisi cahaya perak, mampu menembus kegelapan mereka, tapi ia harus bergerak cepat karena jumlah musuh terus bertambah.
Aurora mengepakkan sayapnya, melayang ke udara. Ia merasakan energi mengalir dari dalam dirinya, lalu mengangkat kedua tangannya ke langit.
"Api Garuda!"
Seketika, lingkaran cahaya emas terbentuk di sekelilingnya, dan dari dalamnya, semburan api keemasan meluncur ke arah para makhluk bayangan. Jeritan kesakitan terdengar di udara saat mereka terbakar dalam cahaya suci.
Namun, saat pertempuran berlangsung, dari dalam kabut muncul sosok yang berbeda. Ia lebih besar dari yang lain, matanya bersinar merah darah, dan tubuhnya dilapisi zirah hitam.
"Sang Putri Garuda akhirnya bangkit." Suaranya dalam dan bergema, penuh ejekan. "Tapi apakah kau benar-benar pantas menerima warisan itu?"
Aurora merasakan tekanan luar biasa dari kehadiran makhluk itu. Ia tahu, ini bukan lawan biasa.
"Aku tidak peduli siapa kau!" seru Aurora. "Aku tidak akan membiarkan kalian menghancurkan dunia ini!"
Makhluk itu tertawa dingin. "Kalau begitu ... buktikan!"
Dalam sekejap, ia melesat ke arah Aurora dengan kecepatan mengerikan, cakarnya yang gelap siap menghantamnya.
Aurora menggertakkan giginya. Ia mengepakkan sayapnya dan menyambut serangan itu dengan cahaya emas di tangannya.
Pertarungan takdir pun akan segera terjadi.
Aurora menangkis serangan makhluk berzirah hitam itu dengan tangannya yang kini bersinar emas. Benturan energi mereka menciptakan gelombang kejut yang mengguncang udara, menghancurkan awan di sekitar mereka.
Raviel menatap ke atas dengan tegang. Ia tahu bahwa Aurora kini memiliki kekuatan luar biasa, tapi musuh yang mereka hadapi bukanlah makhluk biasa.
"Aurora!" serunya. "Jangan biarkan dia mengendalikan ritme pertarungan!"
Aurora mengangguk, lalu mengepakkan sayapnya dengan kuat, membuat tubuhnya melesat mundur dan menciptakan jarak dari musuhnya. Tangannya bergerak cepat, menciptakan lingkaran cahaya di udara.
"Panah Surya Garuda!"
Dari lingkaran itu, muncul tombak cahaya yang bersinar seperti matahari. Aurora menghempaskannya ke arah musuhnya, yang segera mengangkat cakar hitamnya untuk menangkis.
BOOM!
Ledakan cahaya memenuhi langit, membuat kabut hitam di sekitarnya tercerai-berai. Namun, saat cahaya mereda, makhluk itu masih berdiri tegak, meski sebagian zirahnya retak.
"Hmph. Jadi ini kekuatan Garuda Emas?" ejeknya. "Kau belum cukup kuat, Putri."
Aurora menggertakkan giginya. "Aku belum selesai!"
Ia melesat maju, menembus langit seperti meteor keemasan. Tangan dan kakinya bergerak cepat, menyerang dengan kombinasi tendangan dan pukulan yang diperkuat cahaya suci.
Makhluk itu menangkis beberapa serangan, tapi sebagian lainnya berhasil menghantamnya, membuat retakan di tubuhnya semakin besar.
Namun, tiba-tiba, makhluk itu mengangkat tangannya ke langit. Kabut hitam mulai berkumpul di sekelilingnya, membentuk tombak besar yang berdenyut dengan energi kegelapan.
"Jika kau ingin membuktikan bahwa kau pantas mewarisi kekuatan itu," ia mengayunkan tombaknya ke arah Aurora, "maka bertahanlah dari serangan ini!"
Tombak kegelapan meluncur dengan kecepatan mengerikan.
Aurora tahu ia tidak bisa menghindar.
Ia harus menghadapinya.
Dengan segenap kekuatannya, ia mengepakkan sayapnya dan merentangkan kedua tangannya ke depan. Cahaya keemasan berkumpul di telapak tangannya, membentuk perisai berbentuk sayap Garuda yang bersinar terang.
"Perisai Cahaya Garuda!"
DUARRR!!
Benturan antara tombak kegelapan dan perisai cahaya menciptakan ledakan besar yang mengguncang langit dan bumi. Angin badai tercipta dari titik benturan, membuat Raviel harus menancapkan pedangnya ke tanah agar tidak terbawa angin.
Aurora menahan serangan itu dengan sekuat tenaga, tapi ia bisa merasakan tekanan luar biasa menembus pertahanannya.
"Aku ... tidak akan kalah!"
Saat itu, sesuatu di dalam dirinya terbuka. Cahaya keemasan di tubuhnya bersinar lebih terang dari sebelumnya, dan dari punggungnya, muncul sepasang sayap kedua—lebih besar dan lebih bercahaya.
Makhluk berzirah hitam itu terkejut. "Apa?! Tidak mungkin!"
Aurora mengerahkan seluruh kekuatannya dan mendorong balik tombak kegelapan itu. Cahaya suci dari tubuhnya melesat ke depan, menembus tombak tersebut dan langsung menghantam lawannya.
BRAKKK!
Makhluk itu terpental jauh, tubuhnya mulai pecah seperti kaca yang retak.
Aurora menatapnya dengan napas terengah-engah. "Katakan, siapa kau sebenarnya?"
Makhluk itu tertawa pelan, meski tubuhnya hampir hancur. "Aku hanyalah awal dari apa yang akan datang. Kau boleh menang hari ini, Putri Garuda ... tapi kegelapan belum selesai denganmu."
Dengan kata-kata terakhir itu, tubuhnya meledak menjadi serpihan bayangan yang memudar ke dalam kegelapan.
Aurora berdiri diam, mencoba mencerna semuanya.
Ia telah menang.
Namun, kata-kata terakhir musuhnya menggema dalam pikirannya.
Kegelapan belum selesai dengannya.
Apa yang sebenarnya sedang menunggunya di masa depan?