NovelToon NovelToon
Azizah Dikira Miskin

Azizah Dikira Miskin

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:13.3k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Azizah pura pura miskin demi dapat cinta sejati namun yang terjadi dia malah mendapatkan penghinaan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14 Andi pratama

Aziza duduk terpaku di atas sofa empuk yang terletak di sudut kamar besar miliknya. Sofa itu adalah salah satu barang paling mewah yang pernah dimilikinya—setelah bertahun-tahun berjuang untuk mendapatkan kekayaan, akhirnya ia mampu menikmati kemewahan seperti ini. Namun, hari ini, kemewahan itu terasa hampa. Beberapa pembantu berdiri tak jauh dari situ, siap sedia untuk melayani setiap kebutuhannya, namun Aziza seakan tak peduli. Hanya pikirannya yang terfokus pada satu hal—persiapan kelahiran yang semakin dekat.

“Nyona, ada Tuan Andi Pratama,” ucap Art, pembantunya dengan suara lembut.

Aziza terdiam, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Andi Pratama, pamannya yang selalu mengawasinya dengan ketat, akan datang—sebuah kedatangan yang selalu membuatnya merasa cemas. Selama tiga tahun terakhir, mereka tidak berkomunikasi, setelah pertengkaran hebat yang melibatkan ibunya. Sama seperti ibunya, Aziza sempat menganggap Andi Pratama hanya peduli pada uang, tapi kenyataannya, ia mulai menyadari bahwa pamannya bukanlah seorang matre, melainkan seseorang yang hanya ingin memastikan kebahagiaan keponakannya.

Dengan langkah berat, Aziza menunggu kedatangan Andi. Wajahnya kosong, meskipun ada kecemasan yang menyelimuti hatinya. Tidak lama kemudian, pintu terbuka dan Andi Pratama masuk dengan wajah serius, matanya tajam menatap Aziza.

“Mas, ingat, jangan galak-galak,” ucap Jesi, istri Andi, dengan nada lembut, berusaha menenangkan suaminya yang tampak tegang.

“Sayang, bagaimana kabarmu?” tanya Jesi sambil memeluk Aziza dengan penuh perhatian.

Aziza diam, tubuhnya kaku. Pandangannya kosong, seolah-olah dunia di sekelilingnya tidak ada lagi. Tidak ada kehangatan dalam pelukan itu, hanya rasa hampa yang mendalam.

“Tenang sayang, kamu sekarang aman,” ujar Jesi lagi, mencoba menenangkan Aziza yang masih terdiam. Namun, Aziza hanya bisa terisak, air matanya jatuh begitu saja. Seperti sebuah bendungan yang pecah, tangisannya tak tertahankan, mendapat perhatian dari keluarganya, sesuatu yang jarang ia rasakan.

Andi, yang masih berdiri dengan wajah tegas, membuka mulutnya, suaranya mengandung kekhawatiran yang mendalam. “Sekarang, apa yang kamu lihatkan tentang keadaanmu? Om sudah bilang dia itu nggak baik buat kamu. Kamu dulu terlalu terburu-buru memilih suami, akhirnya begini kan?”

Aziza menunduk, merasa bersalah. “Iya, Om, aku salah,” ujarnya dengan suara pelan, hampir tak terdengar. Tidak ada pembelaan yang bisa ia berikan. Ia tahu, pilihan yang diambilnya dulu adalah kesalahan besar.

Andi melangkah lebih dekat, menyentuh pundaknya dengan lembut. “Sekarang, apa yang mau kamu lakukan?”

Aziza menarik napas panjang, matanya menatap kosong ke depan. “Aku ingin fokus pada persiapan kelahiranku,” jawabnya dengan suara yang hampir tak terdengar. Ada rasa takut yang membungkus hatinya, namun ia tahu inilah saat yang paling penting dalam hidupnya.

Andi mengernyitkan dahi, tidak puas dengan jawaban itu. “Apa kamu nggak ada niat buat balas dendam sama suami itu?” tanyanya dengan suara yang penuh amarah.

Aziza menatap Andi dengan mata yang penuh tekad. “Pasti, Om. Tapi bukan sekarang,” jawabnya, suaranya lebih tegas meski masih terkesan rapuh.

“Aziza, kamu terlalu baik. Om akan bangkrutkan dia sekarang juga, kalau kamu mau,” tegas Andi, mata tajamnya menunjukkan keseriusan. Ia sangat ingin melindungi keponakannya, bahkan jika harus mengorbankan semuanya.

“Jangan dulu, Om. Aku ingin fokus pada kelahiranku dulu,” ujar Aziza dengan suara lemah. Ia tidak ingin tergesa-gesa, apalagi membiarkan masalah pribadi mengganggu persiapannya.

“Baiklah, kalau begitu. Tapi ingat, jangan bertahan dengan dia. Om akan urus perceraian kamu,” ujar Andi, penuh tekad.

“Iya, Om. Tolong bantu aku,” Aziza meraih tangan Andi, merasa bahwa ia tidak punya pilihan lain. Hanya pamannya yang bisa memberinya jalan keluar.

“Aziza, ingat ini—jangan sampai kamu terjerumus ke lubang yang sama lagi. Ini terakhir kalinya, kan?” ujar Andi dengan nada serius.

Aziza hanya mengangguk, air mata masih mengalir tanpa henti. Kali ini, ia berdoa semoga jalan yang dipilihnya benar, dan semoga setelah semua ini berakhir, ia bisa menemukan kebahagiaan yang selama ini hilang.

“Sudah, Mas, jangan terlalu keras sama Aziza,” ucap Jesi, berusaha menenangkan suaminya yang tampak sangat marah.

Andi menatapnya sejenak, matanya yang tajam mulai melunak, namun masih terlukai. “Iya, sayang. Aku hanya tidak ingin dia terjerumus ke lubang yang sama. Aku besarkan dia dengan kasih sayang, dan setelah besar, dia malah disakiti orang. Itu sangat sakit, hati aku juga ikut hancur melihatnya seperti ini.”

Jesi mendekat, meletakkan tangan di dada Andi, merasakan kekhawatiran yang mendalam. “Iya, Mama tahu, tapi Papa juga harus lihat kondisinya sekarang. Aziza sedang hamil, jangan biarkan dia terlalu banyak berpikir dan terbebani, Pa. Kita harus lebih hati-hati.”

Andi terdiam sejenak, menatap istrinya dengan raut wajah yang keras, namun ada kelembutan yang tak bisa disembunyikan. “Oke, lah. Kalau begitu, sekarang Papa ada rapat. Kamu temanin dulu Aziza, ya?”

“Pasti, Pa, jangan khawatir. Ini keponakan kesayanganku,” jawab Jesi dengan senyum lembut, mencoba menenangkan suaminya dan sekaligus menguatkan Aziza yang sedang rapuh.

Andi mengangguk, meskipun masih ada kegelisahan yang tergambar jelas di wajahnya. “Baiklah, kalau begitu. Papa pergi dulu.”

Setelah Andi pergi, Jesi duduk di samping Aziza yang masih terdiam, wajahnya penuh kecemasan dan kekhawatiran. Sementara itu, Andi menuju ke luar rumah, pergi ke ruang rapat. Di balik meja besar yang terletak di ruang rapat, Andi Pratama mengambil alih kendali bisnis keluarga Pratama, sebuah perusahaan yang sudah lama dibangun oleh sang kakak, Jayadi Pratama. Jayadi kini hanya menjabat sebagai komisaris, sementara Andi yang lebih agresif mengatur segala hal terkait operasional perusahaan.

esi kemudian memegang tangan Aziza dengan lembut, namun tiba-tiba ekspresinya berubah saat merasakan kasar kulit tangan Aziza yang kering dan pecah-pecah. “Aziza, apa-apaan ini?” ucap Jesi kaget, matanya terbuka lebar melihat kondisi tangan Aziza yang jauh dari lembut, seperti yang seharusnya dimiliki oleh seorang wanita dari keluarga terhormat.

“Aziza, kamu yang sabar ya. Tante akan selalu ada untuk kamu,” ucap Jesi dengan lembut, suara penuh perhatian dan kasih sayang. Ada kedalaman dalam kata-katanya, seolah dia ingin memastikan bahwa Aziza tidak merasa sendiri di tengah segala beban yang sedang dipikulnya.

“Terima kasih, Tante,” jawab Aziza, dengan suara pelan, namun penuh rasa terima kasih yang tulus. Kata-katanya mungkin sederhana, tetapi bagi Jesi, itu adalah pengakuan bahwa kehadirannya diterima, bahwa Aziza merasakan dukungan dari orang yang menyayanginya.

Jesi kemudian mengulurkan tangannya dan dengan lembut memegang tangan Aziza. Tangan Aziza terasa kasar dan kering di tangan Jesi yang halus. Tanpa berniat mengejek, Jesi merasa ada sesuatu yang tidak biasa. Perlahan, ia mengamati tangan Aziza dengan lebih seksama, merasakan setiap tekstur kasar yang menempel di kulit tangan itu. Di sana, terlihat luka kecil, goresan, bahkan sedikit pecah-pecah. Jesi tersentak kaget, tidak bisa menahan diri untuk mengungkapkan kekhawatirannya.

“Aziza, apa-apaan ini?” ucap Jesi dengan nada terkejut, matanya terbuka lebar, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia rasakan. Tangan Aziza tidak seharusnya seperti ini—ia adalah seorang wanita muda dari keluarga terhormat. Jesi merasa ada yang salah, ada penderitaan yang tidak terlihat, yang tersimpan dalam setiap lapisan kulit tangan Aziza.

Aziza hanya bisa tersenyum tipis, meskipun senyum itu tampak canggung. Matanya berkelip sedikit, namun ia berusaha menahan diri untuk tidak merasa malu. “Ini nggak apa-apa kok, Tan,” jawabnya dengan suara lembut, hampir tidak terdengar, mencoba menutupi perasaan yang mulai timbul di dalam dirinya. Aziza sudah terbiasa dengan tangan yang kasar, tiga tahun ini dia bekerja keras di rumah suaminya sendiri, melayani suami, ibu mertua dan kaka iparnya.

Namun, Jesi tidak bisa begitu saja berpaling dari kenyataan yang baru ia temui. Dia tahu, tangan yang kasar itu bukanlah hasil dari keinginan Aziza sendiri. Ini adalah tanda bahwa Aziza telah bekerja keras, ini adalah simbol betapa aziza selama ini menderita hidup dengan suaminya.

Jesi menggenggam tangan Aziza dengan lebih erat, seolah ingin memberikan rasa aman, mencoba memberikan kenyamanan di saat yang tepat. Tanpa berkata apa-apa, ia kemudian menundukkan kepalanya dan mendaratkan sebuah ciuman lembut di punggung tangan Aziza. Ciuman itu bukan hanya sekedar sentuhan fisik, tetapi juga sebuah isyarat kasih sayang yang mendalam.

“Ini nggak benar, sayang. Nggak pantas seorang putri Pratama mendapatkan perlakuan seperti ini, Nak. Kamu pasti sudah bekerja keras selama ini, kan?” ucap Jesi dengan suara yang penuh empati, sementara matanya masih menatap tangan Aziza dengan penuh kekhawatiran. Ia bisa merasakan betapa banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan Aziza, bahkan mungkin lebih dari yang bisa dipahami orang lain.

Aziza tidak bisa menahan diri lagi. Sebuah air mata perlahan jatuh, mengalir di pipinya. Ia merasa hangat di dalam dadanya, sesuatu yang belum lama ini hilang. Sejak menikah dengan raka dia hanya beberapa bulan diperlakuka dengan baik oleh raka setelah raka kaya azizah diperlakukan tidak baik dan semakin parah saat sumarni dan sari ikut dengan raka.

Jesi terus memegang tangan Aziza dengan penuh perhatian. “Tante tahu, kamu sudah melalui banyak hal yang berat. Tapi kamu harus tahu, kamu nggak sendiri. Tante di sini untuk kamu,” ucap Jesi lagi, mencoba memberi kenyamanan dengan kata-kata yang datang dari hati.

Ada rasa sesal yang mendera aziza, dengan bodohnya menenatang keluarga, menentang andi pratama pamannya, menentang ibunya demi seorang raka dan sekarang  menyakitinya

Jesi mengambil ponselnya dan mulai menelpon beberapa orang. Aziza mendengarkan dengan penuh perhatian, meskipun pikirannya masih terhanyut dalam ketenangan yang diciptakan oleh kedekatan ini. Mereka berbicara tentang banyak hal, terutama tentang pengalaman Jesi saat melahirkan, dan Aziza mendengarkan dengan penuh antusias. Ada rasa ingin tahu yang besar dalam dirinya, sebuah keinginan untuk mempersiapkan dirinya sebaik mungkin dalam perjalanan kelahiran yang akan datang.

Tak lama kemudian, beberapa wanita masuk ke dalam rumah Jayadi, membawa peralatan salon yang lengkap.

“Tante, siapa mereka?” tanya Aziza, sedikit bingung melihat kedatangan mereka yang begitu tiba-tiba.

“Mereka pegawai salon, sayang. Tante suruh mereka tutup salonnya hari ini, dan seharian ini tugas mereka cuma ngurus kamu,” jawab Jesi sambil tersenyum penuh perhatian, seolah ingin memberi Aziza pengalaman yang berbeda dari biasanya, sesuatu yang bisa membuatnya merasa lebih baik.

Aziza tertawa ringan, meskipun ada sedikit rasa geli di hatinya. “Ini sih namanya salon yang datang ke pelanggan, bukan pelanggan yang datang ke salon,” ucap Aziza dengan nada bercanda, melihat betapa tidak biasa semuanya terjadi begitu cepat.

“Hehe, suka-suka lah, orang kaya mah bebas,” jawab Jesi sambil tertawa, tak terpengaruh dengan apa yang dikatakan Aziza. Mereka berdua pun terkekeh bersama, suasana menjadi sedikit lebih ringan, dan Aziza merasa ada sedikit kelegaan di hatinya.

Hari itu, Aziza benar-benar dimanjakan. Pegawai salon yang datang membawa alat-alat lengkap, mulai dari perawatan wajah hingga tubuh. Semua itu dilakukan dengan penuh perhatian, memberikan Aziza sebuah pengalaman yang jarang ia dapatkan—saat-saat yang mungkin bisa sedikit mengalihkan pikirannya dari kegelisahan yang selama ini menggelayuti hidupnya.

1
hidagede1
pengen tau gmna sikap nya bu sumarni kalo tau zizah anak dri anak pengusaha sukses seorang milyarder
hidagede1
Luar biasa
hidagede1
waktu zizah minta pembantu blng nya pemborosan, eee skrng dia minta prmbantu juga🤪
hidagede1
terbalik, kalo bukan zizah, raka bukan apa"😤
hidagede1
kalo bukan doa dan kontribusi seorang istri juga gak bakalan bisa sesukses ini bro...
hidagede1
laki" yg gak punya prinsip... mencla mencle😏
hidagede1
mmmh selembar sejuta? 🤔
Rizky Sandy
zizah g tau klau suaminya menikah lagi,,,,
Jumiah
Rommy cari tau dong kenapa azizah .
gk sma suamix tinggal ,dodol bangat Rommy...kejar cinta msa lalu mu
Ma Em
Tuh kan Azizah nya tdk apapa kan kalian keluarga pratama dan Aditama malah adu kekuatan dan pamer kekayaan , kalian harus akur karena mungkin tdk lama lagi kalian akan jadi besan 🤭🥰🥰
Jerni
tutorial biar yang baca banyak gimana ya? 😭
Jerni: gila banget 10 Bab sehari /Sob/
SOPYAN KAMALGrab: bikin Sahari 10 bab.. langsung sistem merekomendasikan...aku bikin satu bab satu bab pembacanya sedikit,
total 2 replies
Ma Em
Azizah sdh ceraikan Raka sebelum Raka tau Azizah anak orang kaya takut nanti Raka tdk mau menceraikan Azizah kalau keluarga Raka tau Azizah anak orang kaya maklum ibunya Raka dan kakaknya matre semua
Ma Em
Akhirnya Raka masuk jebakan Susan semoga Susan hamil agar Raka menikah dgn Susan dan Azizah jadi mudah pisah dgn Raka dan Azizah bisa dgn Romi biarkan Raka dan keluarganya menyesal karena sdh membuang istri dan menantu kayanya apalagi kakaknya Raka yg matre yg selalu bilang Azizah miskin dan tdk berguna itu anak seorang konglomerat
Ma Em
Romi kalau kamu mau tau kemana suaminya Azizah makanya yg kamu selidiki itu suaminya Azizah siapa, dimana dan kenapa tdk bersama Azizah jgn Azizah nya yg ditungguin sama anak buah kamu Romi dan untuk pak Warseno yg matre meskipun sdh kaya semoga saja Susan dgn Raka
Ma Em
Raka turuti terus kemauan ibumu dan kakakmu itu pasti akan membawamu dalam kehancuran, ibumu dan kakakmu itu ambisinya terlalu besar jadi menghalalkan segala cara meskipun itu dgn cara salah tapi ada untungnya Raka dan ibunya tdk tau bahwa Azizah anak seorang pengusaha makanya Azizah lebih baik cepatlah ceraikan Raka.
Phoebe
Puas hati!
SOPYAN KAMALGrab: makasih
total 1 replies
ChopSuey
Gilaaa ceritanya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!