Apa jadinya jika seorang gadis remaja berusia 16 tahun, dikenal sebagai anak yang bar-bar dan pemberontak terpaksa di kirim ke pesantren oleh orang tuanya?
Perjalanan gadis itu bukanlah proses yang mudah, tapi apakah pesantren akan mengubahnya selamanya?
Atau, akankah ada banyak hal lain yang ikut mengubahnya? Atau ia tetap memilih kembali ke kehidupan lamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24 - Tawanan Pesantren
~💠💠💠~
Suasana pesantren siang itu masih riuh. Para santri berjalan menuju kelas masing-masing setelah jam istirahat. Beberapa masih berbincang tentang insiden pagi tadi, tentang fitnah keji yang menyebar tentang Miska.
Sementara itu, di dalam toilet dekat kelas, Miska menggerutu sambil mencuci tangannya di wastafel.
"Gila, gila, gila! Selain penjara, tempat ini juga sarang gosip! Masa gue difitnah hamil? Yang benar saja!!."
Ia menatap bayangannya di cermin dengan ekspresi geram. Rambutnya yang terikat asal terlihat sedikit berantakan, wajahnya penuh amarah seakan ingin menelan apa saja yang ada di hadapannya.
"Kalau gue gak janji sama Abi dan Umi buat bertahan, gue udah cabut dari sini dari kemarin-kemarin!," lanjutnya sambil membenahi kerudungnya.
Tiba-tiba…
GUBRAK!
Suara keras terdengar dari toilet sebelah. Miska pun refleks menoleh, dengan mata yang menyipit curiga. Awalnya, ia ingin mengabaikannya karena ia pikir, "Ah, palingan santri ceroboh yang kesandung ember."
Tapi ketika ia keluar dari bilik toiletnya, matanya membelalak saat melihat seorang santriwati terduduk di lantai.
Gadis itu pucat. Napasnya terengah. Tangannya bergetar menekan perutnya.
Tidak menolak hati nuraninya, Miska pun segera menghampiri gadis tersebut. "Hei, kamu gak apa-apa?," tanyanya.
Santriwati itu pun menggeleng lemah.
Lalu, Miska mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. "Sini, aku bantu...."
Namun, gadis itu langsung menepis tangannya. "Aku bisa sendiri," tolaknya dengan suara yang pelan, tapi terdengar tajam.
Miska pun mengernyit. "Yaudah, kalau mau sok kuat," Jawabnya.
Gadis itu perlahan berdiri sendiri. Wajahnya masih pucat, dan keringat dingin pun membasahi dahinya.
Setelah berdiri tegap, ia menatap Miska dengan raut yang canggung. "Terima kasih," gumamnya singkat lalu bergegas pergi.
Namun, Miska tidak segera beranjak.
Matanya masih menatap punggung gadis itu dengan aliran pikiran yang berputar cepat.
Ada sesuatu yang aneh.
Sangat aneh.
Perut gadis itu… buncit.
Miska semakin menyipitkan matanya. Buncit? Kenapa perutnya besar begitu?
Tiba-tiba otaknya menghubungkan sesuatu. Fitnah yang beredar tentang dirinya hamil dan perut gadis itu yang terlihat lebih besar dari santri lainnya.
Dag dig dug!
Dag dig dug!!
Dada Miska berdebar.
"Jangan-jangan…?," gumamnya pelan.
Tapi sebelum ia bisa menarik kesimpulan lebih jauh, suara bel tanda kelas dimulai terdengar.
"Ah, nanti saja mikirnya!," gumamnya sambil mengembuskan napasnya kasar.
Namun, pertanyaan itu masih menggantung di benaknya.
Siapa santriwati itu?
Dan kenapa perutnya terlihat seperti itu?
**
Sejak insiden di toilet tadi, Miska terus kepikiran. Ada yang aneh. Ada yang mengganjal.
Bukan hanya karena perut gadis tadi yang terlihat membesar, tapi juga karena fitnah keji yang menyeret namanya.
"Jangan-jangan ini semua ada hubungannya?," gumamnya.
Miska tidak bisa tinggal diam. Ia lalu memutuskan untuk mencari tahu dengan dalih untuk membersihkan namanya.
Dan, penyelidikan pun dimulai.
Pagi-pagi buta, sebelum waktu subuh tiba, Miska sudah beraksi. Ia duduk di teras asrama dengan buku catatan kecil.
Layaknya seorang detektif, ia mulai mengumpulkan informasi.
Nama: Novi Rahmawati
Kelas: 3A
Asrama: Kamar 7
"Baiklah, target ditemukan," batinnya sambil tersenyum miring.
Sejak saat itu, Miska mulai mengamati Novi diam-diam. Di kantin, di kelas, bahkan saat di masjid.
Hasilnya, Novi selalu terlihat gelisah. Ia sering izin keluar kelas, wajahnya pucat, dan selalu menghindari orang lain.
Miska juga memperhatikan bahwa Novi sering membawa jaket atau tas besar di depan perutnya.
"Mau nutupin sesuatu?," pikir Miska.
Hingga suatu malam, Miska akhirnya mendapatkan jawabannya. Saat semua santri sudah tidur, ia sengaja mengendap-endap menuju asrama Novi.
Dari balik jendela yang sedikit terbuka, ia melihat sesuatu yang mengejutkan. Novi duduk di atas kasur sambil memegangi perutnya yang kini jelas membesar.
Dan saat itu juga, ia menangis. "Ya Allah… apa yang harus aku lakukan?," gumamnya.
Mata Miska seketika membulat. Ia menutup mulutnya rapat karena takut mengeluarkan suara. "Jadi benar… Novi hamil?!," batin Miska.
Seketika, potongan-potongan kejadian selama ini menyatu di kepalanya. Novi yang jatuh di toilet. Fitnah tentang dirinya yang hamil. Cara Novi yang selalu menyembunyikan perutnya. Dan kegelisahannya yang aneh.
Miska nampak berpikir keras lalu menggigit bibirnya. "Jadi… ini semua bener? Mereka menuduh gue, padahal sebenarnya…"
Miska mengepalkan tangannya karena marah lalu beranjak pergi. "Tapi, siapa yang menghamili Novi??."
BERSAMBUNG...