NovelToon NovelToon
AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:1.8M
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“DASAR WANITA PEMBAWA SIAL KAU, DHIEN! Karena mu, putraku meninggal! Malang betul hidupnya menikahi wanita penyakitan macam Mamak kau tu, yang hanya bisa menyusahkan saja!”

Sejatinya seorang nenek pasti menyayangi cucunya, tetapi tidak dengan neneknya Dhien, dia begitu membenci darah daging anaknya sendiri.

Bahkan hendak menjodohkan wanita malang itu dengan Pria pemabuk, Penjudi, dan Pemburu selangkangan.

"Bila suatu hari nanti sukses telah tergenggam, orang pertama yang akan ku tendang adalah kalian! Sampai Tersungkur, Terjungkal dan bahkan Terguling-guling pun tak kan pernah ku merasa kasihan!" Janji Dhien pada mereka si pemberi luka.

Mampukah seseorang yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama itu meraih sukses nya?

Berhasilkah dia membalas rasa sakit hatinya?

Sequel dari ~ AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DHIEN ~ Bab 11

Daripada bikin repot, lebih baik ku kubur saja.

......................

“Tak nya pernah kau diajari sopan santun, Dhien?!” Ramlah berkacak pinggang, matanya melotot menatap sang menantu yang berdiri di bawah pohon jambu biji.

Dhien mengangkat kedua bahunya, sikap tidak pedulinya itu semakin menyulut amarah si Ramlah.

“Masuk sini kau! Cuci semua piring kotor yang ada di kamar mandi tu!” teriaknya nyaring.

“Berapa upahnya?” tanyanya seraya mulai mendekati ibu mertua.

“Berani betul kau tanya bayaran! Padahal kami sudah mengeluarkan banyak uang untuk membeli mu!” Ramlah menuding wajah Dhien.

Begitu berdiri tepat di hadapan wanita bertubuh tambun. “Aku bukan barang yang diperjualbelikan! Diri ini juga tak merasa menerima uang satu sen pun dari kalian! Jadi, jaga ucapanmu wahai mantan ibu mertua!”

Kening Ramlah mengerut dalam kala menangkap kalimat janggal. “Apa maksudnya, mantan?”

“Tanyakan saja pada anak mu, yang mungkin saat ini sedang menghadapi sakaratul mautnya!” Dhien menolehkan wajahnya ke arah bangunan di belakangnya.

“Astaga! Kau apakan putra ku? Dasar wanita pembawa sial!” Ramlah langsung berjalan ke rumah belakang, dia juga tidak mengenakan sandal.

Begitu membuka pintu yang tidak terkunci. “Fikar! Ya ampun, Nak! Kau kenapa?”

Dhien terkikik geli, lalu dia masuk kebagian dapur rumah Ramlah dan langsung menuju kamar mandi yang juga berfungsi sebagai tempat cuci piring serta baju.

.

.

Sementara di Desa Jamur Luobok.

Amala yang sedari awal berjanji akan membantu Dhien, kini terlihat mendatangi rumah laki-laki yang terkenal dermawan, siapa lagi kalau bukan Agam Siddiq.

“Assalamualaikum!” sapanya kala sampai di kandang peternakan milik bang Agam.

“Walaikumsalam. Ada perlu apa, Nur?” Sahut sosok berpakaian kaos longgar, celana jeans, dan sepatu boots, dirinya sedang mengecek beberapa ekor Lembu dan juga Kambing yang hendak di bawa ke kota kecamatan.

"Boleh saya berbicara sebentar dengan, Abang? Ada yang hendak disampaikan!” Mala menunduk, tidak berani menatap manik hitam sosok rupawan itu.

Tanpa sepengetahuan Mala, Agam tersenyum samar. “Baik, mari kita ke teras rumah samping saja!”

Setelah sama-sama duduk di kursi kayu anyaman rotan. Amala pun menyampaikan maksudnya, dan Agam menyetujui permintaan itu.

“Nur ….”

“Ya, Abang?” Mala menatap sekilas wajah tegas Agam, lalu cepat-cepat menunduk kembali.

“Apa kau bahagia, menjadi tunangannya Yasir Huda?” nada suaranya terdengar lebih lirih dari sebelumnya, netranya menatap lurus kedepan.

Gadis berumur 21 tahun itu memilin ujung hijabnya. “Selama Mamak baik-baik saja, dan beliau bahagia, tak ada alasan bagi diri ini untuk merasakan hal yang berlawanan.”

Agam manggut-manggut. “Apa ada lagi yang bisa saya bantu, Nur?”

“Tak ada, Bang! Sekali lagi terima kasih, sudah berkenan menolong Dhien.” Amala sedikit menunduk sebagai tanda terima kasih, lalu dirinya pun berpamitan.

“Nur Amala … dari dulu hingga sekarang, kau tak jua berubah. Selalu mengutamakan kepentingan keluarga mu, entah itu bertentangan ataupun tidak, kau tetap terlihat baik-baik saja. Semoga memang dia jodoh terbaik mu!” Pria dewasa itu memandang sosok belakang gadis berhijab lebar yang tinggal di seberang rumahnya.

.

.

“DHIEN! KAU KEMANA KAN PIRINGNYA?!” Ramlah merasakan kepalanya berdenyut, dan emosinya semakin tersulut, tadi dirinya sudah senang kala melihat pintu kamar mandi yang tertutup, mendengar suara peralatan makan saling beradu, lalu kembali lagi merawat si Fikar, membiarkan Dhien seorang diri.

“Macam mana lah, Ibuk ni. Bukan kah tadi Ibuk yang menyuruh membereskan barang-barang di kamar mandi? Nah, coba lihat sekarang! Betul-betul bersih 'kan, ruangannya?” Dhien bersedekap tangan, matanya menatap isi kamar mandi yang sama sekali tidak ada barangnya, tong air pun lenyap.

“PAOK NYA KAU NI! Aku hanya menyuruh mu mencuci piring, bukannya menghilangkan semua barang! Di mana kau sembunyikan benda-benda milikku, Dhien?!” Ramlah keluar lagi dari kamar mandi, suaranya sampai serak dikarenakan terlalu banyak berteriak.

Dhien ikutan keluar, lalu mendekati meja makan, menuang air dalam ceret ke gelas. "Minum dulu, Buk! Biar pita suara mu tak putus!”

Ramlah langsung menyambar gelas kecil itu, dan meminum tandas isinya. “Cepat jawab pertanyaan ku, Dhien!”

“Sabar buk, biar makin lebar tu pantatnya!” Dagunya terangkat dengan mata menatap bokong Ramlah yang seperti gentong besarnya.

“Aku tak menyembunyikannya, cuma memendamnya saja di belakang Kandang Lembu tu!” Dhien menunjuk rumah yang semalam ia tinggali.

Tubuh Ramlah terhuyung, sampai menabrak tak piring susun warna biru, mulutnya terbuka lalu menutup lagi, mau berbicara tetapi tidak bisa mengeluarkan suara dikarenakan saking terkejutnya.

“Apa? Kau cakap apa tadi? Meng_ubur?” tanyanya terbata-bata.

“Iya. Soalnya semak kali ku tengoknya, Jadi, lebih baik ku pendam saja!”

“Astaghfirullah! Sebetulnya kau ni jenis apa, DHIEN?!” Ramlah kehabisan kata-kata.

“FIKAR! SINI KAU! URUS BINIK MU NI!”

"Ada apa sih, Mak? Bising betul!” Suci terlihat marah, dikarenakan tidurnya terganggu, padahal sudah hampir tengah hari, gadis yang seumuran dengan Dhien itu menguap lebar, lalu mengucek matanya.

“Kau apakan Mamak ku, sampai nya macam lihat hantu, Dhien?!” Suci menatap sinis kakak iparnya yang berdiri tenang sambil bersedekap tangan.

“Tak ada, cuma sedikit memberikan kejut jantung saja!”

“Kau tahu tak, Suci? Barang-barang di kamar mandi raib semua, bahkan sabun wajah mu juga ikutan menghilang! Semua itu, ulah wanita pembawa sial ni!” Lagi-lagi Ramlah menunjuk Dhien.

Mata Suci terbelalak, langsung saja berjalan memasuki kamar mandi, begitu melihat isinya yang bersih total, seketika amarahnya membubung tinggi, tanpa kata berlalu begitu saja, dia masuk kamarnya dan mengambil sesuatu.

"Sekarang kau cuci ni! Dasar wanita tidak tahu diri! Bisanya cuma membuat orang naik pitam saja!” Suci melempar seutas celana dalam yang terdapat noda darah tamu bulanan.

Beruntung Dhien dapat menghindari, dan celana tadi terlempar sampai keluar, karena memang posisi Dhien di depan pintu dapur.

“Ambil tu, Babu! Guna kau disini ya untuk jadi keset. Jadi, tahu diri sedikit lah! Kami telah menukar mu dengan dua ekor Kambing jantan, walaupun sangat tak sepadan dengan sosok mu yang murahan serta tak berpendidikan!”

Belum puas sampai di sana, karena memang Suci adalah tipe wanita yang mengutamakan kecantikan, dirinya tidak terima satu set pembersih wajah, lulur, dan juga sabun mandinya di buang, Suci melakukan hal lebih lagi, dia mengikis habis jarak mereka.

Gadis berambut sepunggung itu hendak meludahi wajah Dhien.

CUIH.

Dhien menutupi mukanya dengan kedua telapak tangan, berakhir punggung tangannya yang diludahi, begitu merasakan cairan lengket berbuih itu.

CUIH.

Bukannya menghapus, tetapi menambahi dengan ludahnya sendiri, lalu secepat kilat tangan kirinya menjambak rambut belakang Suci, membalurkan saliva tadi ke seluruh wajah wanita yang menjerit kesakitan, Dhien terus maju kedepan sampai punggung adik iparnya membentur dinding.

“Kau rasakan ini, Setan!” tanpa ampun, Dhien terus meratakan cairan berbau tak sedap itu.

“Abang! Tolong!” Suci meraung histeris, terus berusaha melepaskan jambakan Dhien yang kembali menarik rambutnya.

“Lepaskan anakku, Dhien!” Ramlah mencoba melerai, menarik pinggang sang menantu, tetapi perutnya ditendang oleh Dhien, sampai tubuhnya terjungkal ke belakang menghantam lantai keras.

Fikar yang baru saja sampai, membelalakkan matanya, napasnya memburu, tanpa berpikir panjang, mengambil sebilah parang yang di diselipkan pada jepitan bambu khusus tempat benda tajam.

“MATI SAJA KAU! WANITA PEMBAWA SIAL!!”

BRAK

Seseorang menabrakkan motornya pada cagak kayu teras gudang hunian Dhien dan juga Fikar, seketika atap seng nya ambruk.

.

.

Bersambung.

Bagi yang penasaran, bisa klik permintaan updatenya 🙏❤️

1
Dwi Setyaningrum
thor kutunggu bonchapnya nih
Fa Yun
Luar biasa
Zainab Ddi
keren dhien rasain tuh
Zainab Ddi
ooh itu yg ada dikisah amala
Zainab Ddi
dasar ular
sri rahayu rahayu
Luar biasa
N Wage
lah,yg ngurus surat pembatalan nikah siapa?
apakah dzikri tdk tau menahu?
mo nanya...apakah pembatalan nikah ni bisa diajukan apabila si pasangan suami istri belum melakukan hubungan suami istri?atw kah harus ada alasan yg tepat selain itu?
N Wage
th 1994 awal
Zainab Ddi
kamu aja Zulham bodoh
Partini Minok Nur Maesa
waktu cerita amala gx ada cerita dhiwn sudah menikah
Abinaya Albab
aku selalu menunggu xtra partmu/mungkin mau rilis judul baru /Grin/ kenapa msh adem ayem tentrem sih /Silent//Kiss/
opick de djibrielle
jd inget zaman kecil, salam dari anak trans
siswati etty
baru sempat sampai di sini meski udah tamat .....lanjut terus bacanya ....
Zainab Ddi
wah siapa lagi mau jd korban
Ari Sawitri
jd tau buah kecubung soalnya memang blm pernah liat 😄
terimakasih utk kakak author🙏
dan permen rokok nya jdi teringat jaman kecil dulu😄🤣🤣
N Wage
kalajèngkingnya dikasih makan apa,dhien?
Hani Ekawati
Lah kirain Toni itu orang nya gede tinggi, untuk ukuran cowok tinggi segitu itu pendek tekel.
Zainab Ddi
ksyaky Zikri nih yg byr
Zainab Ddi
Susan nih yg bikin Mutia cemburu
Hani Ekawati
Mertua ku punya motor itu, Honda GL 100 pada jaman itu yang punya motor itu termasuk orang kaya, jaman dulu beli motor itu cash hasil dari panenan makanya di kategorikan orang kaya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!