Cerita ini kelanjutan dari( Cinta tuan Dokter yang posesif).
Reihan Darendra Atmaja, dokter muda yang terkenal begitu sangat ramah pada pasien namun tidak pada para bawahannya. Bawahannya mengenal ia sebagai Dokter yang arogan kecuali pada dua wanita yang begitu ia cintai yaitu Mimi dan Kakak perempuannya.
Hingga suatu hari ia dipertemukan dengan gadis barbar. Sifatnya yang arogan seakan tidak pernah ditakuti.
Yuk simak seperti apa kisah mereka!. Untuk kalian yang nunggu kelanjutannya kisah ini yuk merapat!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Di sidang
Sesuai permintaan Maminya, Reihan hari ini pulang lebih awal. Dengan langkah tegap pria tampan itu memasuki kediaman orangtuanya. Suasana rumah tampak sepi dan hanya ada beberapa pelayan yang tampak hilir mudik.
Reihan melangkah menuju lantai atas kamarnya. Tubuhnya benar-benar lelah karena setelah dari rumah sakit milik keluarganya ia melakukan operasi yang memakan waktu yang cukup lama. Jika bukan karena makan malam bersama sudah ia tentu ia memilih untuk langsung tidur setelah membersihkan tubuhnya.
Ting
Kak Zain
📩: Rei...boleh Kakak minta nomor ponselnya asisten baru kamu?
Reihan melempar ponselnya keatas ranjang tempat tidur setelah membaca pesan dari Kakak sepupunya. Ia tidak habis pikir untuk apa Kak Zain meminta nomor ponselnya Jessi, bukankah Kakaknya sudah memiliki seorang gadis yang digadang-gadang Aunty Mika sebagai calon menantunya. Lalu kenapa Kakak sepupunya itu malah ingin mendekati asisten barunya.
Reihan memasuki kamar mandi tanpa membalas pesan dari Kakaknya. Lagian ia juga tidak memiliki nomor ponsel asisten barunya itu. Untuk apa juga ia memiliki nomor ponsel Jessi, tidak penting menurutnya.
Setelah bersiap, Reihan turun dari lantai atas kamarnya. Pria itu langsung menuju ruang makan dimana seluruh keluarganya sudah menunggu.
"Selamat malam Mam," sapa Reihan pada Maminya yang sedang bersenda gurau dengan cucu satu-satunya.
"Malam Rei," jawab Dea tersenyum kecil pada sang putra bungsunya.
"Kak Nia, mana Mi?," tanya Reihan yang tidak melihat keberadaan Kakaknya itu. Padahal acara makan malam ini untuknya.
"Sepertinya masih bersiap Rei," jawab Dea melirik sang suami namun suaminya itu tampak menggeleng pelan.
Reihan mengangguk kecil, ia melirik jam tangannya. Ia ingin acara makan malam ini segara selesai dan setelah itu ia akan beristirahat.
Dan tidak lama kemudian Kakaknya dan Suaminya ikut bergabung di meja makan. Mereka makan malam bersama dengan penuh khidmat tanpa bersuara. Memang keluarganya sejak dulu tidak suka berbicara saat sedang makan.
"Rei... Mami mau tanya sesuatu sama kamu dan jawab jujur!," ucap Dea..Sejak tadi ia menahan diri untuk tidak bertanya pada Reihan dan kali ini ia tidak bisa menahan diri lagi.
"Ada apa Mam?," tanya Reihan dengan kening berkerut melihat tatapan serius dari Maminya.
"Begini, Oma bilang kamu sudah punya kekasih itu benar?," tanya Dea dengan hati-hati.
Reihan tampak terkejut mendengar pertanyaan dari Maminya. Ia menghela nafas beratnya, ia yakin sekali jika Adelia sudah mengadu pada Omanya dan Omanya malah mengadu pada Maminya.
"Benar begitu Rei?," kini Rania ikut bertanya pada sang adik yang masih saja betah melajang di usianya hampir kepala tiga.
Semua orang menunggu jawaban Reihan dengan tatapan tertuju pada pria itu. Namun Reihan tampak diam saja tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan Maminya.
"Rei..jawab pertanyaan Mamimu," ucap Kalen dengan suara baritonnya.
Reihan sejenak menatap Papinya, ia tidak tahu harus menjawab apa. Karena ia memang tidak memiliki kekasih. Ia tadi siang hanya memanfaatkan keadaan saja agar Adelia tidak lagi mengganggunya tanpa memikirkan dampaknya. Sekarang ia harus menjawab apa, jika ia mengakui maka Maminya pasti akan semakin agresif mendesaknya untuk menikah.
"Mungkin Rei belum cerita sama kita Mam, makanya dia tidak mau jawab," ucap Rania tiba-tiba.
"Maksudnya?," tanya Dea dengan kening berkerut.
"Mam.... siapa tahu Rei dengan kekasihnya baru jadian. Biarkanlah Rei untuk mengenal pasangan lebih jauh. Jika mereka merasa cocok untuk jenjang selanjutnya Rei pasti akan bercerita dan mengenalkannya pada kita," jawab Dea.
Reihan tersenyum kecil pada sang Kakak. Ia harus berterimakasih pada Kakaknya setelah ini karena sudah membantu keluar dari situasi yang rumit ini. Sejak dulu Kakaknya selalu ada untuknya dalam keadaan apapun.
"Kak Nia benar Mi, nanti jika kita sudah sama-sama yakin. Aku akan mengenalkannya pada Mami dan Papi," ucap Reihan membuka suara.
Dea tersenyum hangat mendengar jawaban sang putra. Kecemasannya hilang seketika berganti dengan sebuah harapan akan sebuah pernikahan sang putra. Ia sudah lama sekali mendambakan menantu perempuan yang bisa ia ajak untuk melakukan hal apapun.
"Ya sudah kalau begitu kemauan kamu," jawab Dea dengan senyuman yang mengembang.
Deg
Ada rasa ngilu dihatinya telah membohongi Maminya tapi ia berharap semoga saja Maminya akan melupakan percakapan ini. Ia belum ada keinginan untuk menjalin hubungan dengan wanita manapun karena ia masih ingin berkarir terlebih dahulu.
***
"Ada apa?," tanya Rania menghampiri Reihan yang duduk sendirian di tepian kolam renang. Wanita itu memberikan sebuah jus buah pada sang adik.
Reihan menerima jus buah pemberian sang Kakak lalu meminumnya dan menyisakannya setengah. Ia tidak menjawab pertanyaan sang Kakak karena ia juga tidak tahu harus menjawab apa.
"Siapa dia?," tanya Rania dengan tatapan penuh selidik.
"Siapa apanya Kak," jawab Reihan berpura-pura tidak tahu.
"Gadis yang kamu akui sebagai kekasihmu itu," jawab Rania menatap lurus sang adik. Ia tahu betul jika ada sesuatu yang disembunyikan adik kesayangannya ini.
"Kakak tahu dia bukan kekasihmu. Apa yang terjadi?. Tidak biasanya adik Kakak ini mau mengakui seseorang sebagai miliknya jika tidak terjadi sesuatu," sambung Rania. Adiknya ini orangnya memang tidak mudah dekat dengan seorang wanita. Tapi jika adiknya mengakui seseorang sebagai miliknya berarti sudah ada yang sudah menggetarkan hati adiknya ini.
"Aku hanya memanfaatkannya karena terdesak. Wanita itu terus saja menggangguku," jawab Reihan.
"Hanya memanfaatkan?. Awas Rei, nanti kamu sendiri yang malah terjebak," ucap Rania memperingatkan sang adik.
"Tidak akan Kak, dia bukan tipeku," jawab Reihan dengan acuh.
"Bukan tipemu tapi di akui juga kan?," ledek Rania mencibir sang adik.
"Rei... ingat kata-kata itu adalah doa. Jangan sampai kamu menelan ludahmu sendiri," ucap Rania menepuk pelan pundak sang adik lalu melangkah meninggalkan Reihan yang tampak terdiam.
Reihan menghela nafas beratnya saat teringat akan kekesalan asistennya tadi saat ia mengakui sebagai kekasihnya. Bahkan gadis itu lebih banyak diam dan berbicara seperlunya saja.
...****************...