[TAMAT] Tiba-tiba 7 orang dari keluarga Handoko meninggal dunia selang dua hari sekali. Ketuju itu semua laki-laki dan dimakamkan berjejer dimakam keluarga.
Dewi salah satu anak perempuan dikeluarga Handoko, sangat teramat penasaran dengan kejadian ini. Semua keluarganya diam seribu bahasa, seolah-olah semua ini takdir Tuhan. Disitulah awal Dewi akan mencari tahu masalah demi masalah dikeluarga ini.
Ikuti terus kisahnya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siswondo07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Timbal Balik
Jaya ingat, sewaktu akan pergi buru-buru dari kostannya, ia membawa secarik foto lawas yang ditarok pada kantong celananya. Saat Jaya melihat Soni sebagai asisten Handoko, melihat matanya membuat Jaya yakin ia orang baik dan masih ada hati nurani untuk keadilan warga komplek Muara Air. Jaya lekas menuliskan sebuah alamat dibalik foto itu untuk diberikan ke Soni.
Saat perbincangan dan saling adu argumen selesai, kecewanya Jaya dan Pak RT kepada warga membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, sudah buntu otak dan hati para warga.
Saat Handoko sudah mulai jalan, Soni mengikutinya dari belakang. Namun Jaya menghentikan langkahnya sebentar, memberikan ke tangannya secarik foto lusuh dan memberi tahukan untuk dibaca ditempat yang aman. Mendengar hal itu Soni menatap lekat wajah Jaya, lalu dimasukan secarik foto itu kedalam saku celananya. Jaya lega Soni menerimanya, ia melihat Soni sudah mengikuti Handoko dari belakang menuju ke mobil.
Lalu Jaya yang masih berdiri dan menatap Mobil Handoko sampai hilang menjauhi komplek ini. Ia dipanggil oleh Pak RT untuk dilakukan rembukan lagi dengan para Warga.
Saat rembukan dimulai, Pak RT berada ditengah kerumunan warga. Menanyakan kembali atas keputusan yang diutarakan tadi pada Handoko.
"Apakah kalian menyia-nyiakan perjuangan kita selama ini hanya demi uang. Tempat ini adalah sejarah bagi keluarga dan anak cucu kita. Tapi kenapa keputusan kalian sungguh teramat membuat sakit hati." Ungkap Pak RT yang menatap setiap wajah warga.
Salah satu warga menjawab "Tidak ada pilihan lain Pak. Kita realistis saja, uang banyak maka kita pindah ketempat lain. BENAR KAN KAWAN-KAWAN." kata-katanya provokasi membuat semua warga ikut-ikutan.
"Baik-baik. Jika itu keputusan anda sekalian. Maka silakan ambil uang kalian dan pergi, saya dan orang-orang yang mau saja berjuang untuk tanah ini berada disini." Ucap Pak RT yang masih mempertahankan segala hal untuk Komplek ini.
Satu-satu warga mulai pergi meninggalkan Pak RT hingga tersisa hanya Jaya dan para sahabatnya tinggal tujuh orang saja. Warga lainnya ada yang mengungsi kerabatnya sementara lainnya sementara ke kam pengungsian yang sudah disediakan Handoko.
Jaya menatap Pak RT kasian, begitupun lainnya saling tatap menatap. Pak RT berkata "Tak perlu risau, kita akan tetap perjuangan tanah ini bersama." Senyum getir Pak RT pada Jaya dan para sahabatnya.
Saat semua sudah bubar, ada yang baru datang menghampiri Jaya yaitu Ucok. Ucok merasa sangat sakit hati dengan apa yang terjadi, dia menatap sedih Jaya lalu berlari kearahnya dan memeluk erat sahabatnya itu. Tangisannya berderu dan berkata "Ini pasti ulang Handoko. Kita harus cari tahu siapa pelakunya."
"Aku juga berfikir, tapi kita harus berfikir tenang untuk mencari tahu pelakunya." Jawab Jaya.
Ucok melepas pelukannya, wajahnya penuh amarah dan terucap "Aku tidak mau berkerja ditempat Handoko." Ucok mengusap air matanya.
"Tidak ada kata menyerah. Kau harus tetap berkerja pada Handoko untuk melihat kondisinya dan melanjutkan rencana kita. Kita harus tetap maju." Ungkap Jaya, lalu menutup pundak Ucok agar semangat lagi.
Saat itulah Ucok merasa ada semangat dalam dirinya. Kini ia akan lebih kerja keras lagi.
Lalu Jaya dan Ucok kembali ke kam pengungsian untuk membantu para warga yang membutuhkan tenaganya.
-
Kemenangan Handoko dirayakan dengan suka cita didalam ruang kerjanya bersama Jose dan Soni. Minum Wine termahal didunia adalah kebiasaan Handoko menyambut kesuksesan dan kebahagiaan.
Namun saat pesta perayaan kecil itu sedang berlangsung, Soni meminta izin pada Handoko untuk istirahat karena merasa kurang enak badan.
Handoko mendengar itu terdiam sejenak, lalu tersenyum pada anak buah terbaikmya itu, sebagai hadiah ia memperbolehkan Soni untuk istirahat.
Soni mengucapkan banyak terimakasih dan lekas berjalan meninggalkan ruangan Handoko menuju ke kamarnya.
Saat sampai dikamarnya Soni merasa kepalanya pusing, puyeng dan berat, ia merebahkan diri di ranjangnya dan menutup mata untuk tidur sejenak menghilangkan rasa sakitnya. Sepanjang tidur ia masih menahan rasa sakit, tapi lama-kelamaan rasa sakit itu hilang.
Beberapa jam ia tertidur pulas, akhiranya ia terbangun dengan rasa sakit dikepala sudah hilang. Soni lekas duduk bersandar dikepala ranjang, ia mengambil secarik kertas dikantong sakunya, menatap selembar foto jadul hitam putih yang menurutnya tidak penting, terpenting tulisan dibelakangnya. Ia membalikan foto itu ada tulisan dari Jaya Seperti ini katanya!
"Hati nuranimu masih ada, aku berharap kau bisa membantuku kami mendapatkan tempat yang akan kalian rampas ini." Kata-kata Jaya.
Dibawah kata-kata itu ada alamat kostan dikomplek yang terbakar itu.
Membaca kata-kata itu hatinya terenyuh, Soni sebenarnya bukan orang jahat, ia baik. Hanya saja karena berkerja dengan Handoko mau tidak mau ia wajib mengabdikan diri dan mengabulkan segala permintaannya.
Saat itulah Soni bimbang, pikirannya tak karuan antara menolong Jaya atau hanya mengabaikannya. Keputusan itu menunggu dari pikiran dan hati Soni.
-
Malam datang dengan bahagianya, Handoko sekeluarga mengadakan makan malam bersama diruang makan yang mewah. Sudah disiapkan hidangan bintang lima, semua keluarganya sudah duduk berjejer untuk memulai perayaan bahagia. Ketika acara dimulai Handoko mengumumkan kabar baik mengenai proyeknya yang akan segera menjadi kenyataan.
Handoko duduk paling ujung yang semua keluarganya bisa melihat kesamping dirinya. Saat itulah pengumuman terucap dalam mulutnya? "Hari ini, saya selaku pemilik proyek Mall Handoko,s Internasional berhasil mendapatkan tanah untuk pembangunan proyek besar ini. Proyek ini adalah masa depan keluarga kita." Semua tepuk tangan dan tersenyum bahagia.
Lalu semua minum Wine bersama dan makan malam dengan penuh bahagia. Handoko juga memberi pengumuman kembali "Ada satu lagi pengumuman untuk kalian semua, untuk proyek ini akan sepenuhnya milik calon pewaris utama keluarga Handoko yaitu Jose." Tatap Handoko pada Jose, lalu tersenyum dan tepuk tangan meriah.
Semua ikut tepuk tangan atas kesempatan yang diberikan buat Jose. Jose terlihat bagian dan tersenyum manis.
Saat pesta sudah selesai, tibalah semua pulang ke kamarnya masing-masing. Handoko merasa kelelahan, jalannya sempoyongan dan harus dibantu jalan oleh istrinya kamar. Sepanjang perjalanan karena mabuk celoteh tentang tanah yang berhasil didapatnya. Istrinya hanya fokus mengantarkannya sampai ke kamar dan merebahkan tubuhnya ke ranjang, mengambil sepatunya dan melepas jas hitam dibadan Handoko.
Saat itu Istrinya menatap jam dinding sudah pukul setengah duabelas malam. Segeralah Istrinya juga tidur disamping Handoko.
Rumah sudah sepi sunyi, hanya ada suara dentingan jam yang akan berbunyi dipukul duabelas malam. Saat sudah tepat tengah malam bunyi suara jam terdengar menyala "teng teng teng". Disitulah sesuatu hal aneh mulai terjadi. Tepat diatas langit rumah Handoko sebuah cahaya berupa banaspati melayang cepat dari arah timur menuju ke rumahnya.
Banaspati itu terbang menuju ke kamar Handoko, lalu tembus ke jendela kamar Handoko dan memasuki kamarnya.
Handoko tertidur pulas, namun tiba-tiba ia bermimpi aneh.
Dalam mimpinya_
"Tubuh Handoko tidur terlentang, matanya melihat kaget diatas ada langit namun terpotong oleh pembatas seperti tepi kuburan. Sontak matanya melalak tajam, pikirannya berkata berada didalam kuburan yang akan dikubur dengan tanah tinggi. Benar saja, taburan pasir mulai masuk kematanya, lama-kelamaan mulai banyak dan menutupi semua tubuhnya, ia tidak bisa teriak karena suara dalam tenggorokannya hilang. Saat itulah Handoko terbangun dari tidurnya saat subuh datang."
Handoko membangunkan Istrinya, dikoyakkan tubuhnya untuk meminta tolong ambil minum.
Istrinya lekas mengambil air minum didekat meja dan memberikannya ke Handoko. Handoko meminumnya dan tersedak batuk-batuk. Saat istrinya bertanya ada apa? Handoko tak menjawab apapun, lalu kembali tidur dengan perasaan was-was.
Istrinya lalu ikut kembali tidur.
*
..
..