Diki Arya Wijaya harus menelan pil pahit saat matanya melihat istrinya masuk ke dalam kamar hotel bersama laki laki lain yang ia tak kenal, dan betapa terkejutnya dia saat mengetahui apa yang di lakukan istrinya dengan laki laki itu di dalam sana membuat ia ingin membunuh keduanya saat itu juga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jero rina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Diki pen membawa Dian menuju rumahnya yang terletak di pinggiran kota setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit akhirnya sampe lah di depan rumah Dian yang beberapa hari ia antar kan.
Diki pun memarkirkan mobilnya di depan rumah Dian dan segera membuka sabuk pengaman namun di tahan oleh Dian.
"Terima kasih sudah antar saya, taun tidak perlu turun biar sampe sini saja tuan antar saya." ucap Dian merasa tidak enak pada Diki.
"Ayo turun." ucap Diki tanpa memperdulikan ucapan Dian dan langsung keluar dari mobil.
Melihat Diki yang sudah keluar tanpa mendengarkan ucapannya, Dian pun akhirnya hanya bisa pasrah saat Diki menggandeng tangannya berjalan menuju rumahnya.
Diki yang melihat rumah Dian dari dekat hanya diam dan berjalan terus agar cepat sampai di teras rumah Dian dan setelah sampai di depan rumah Dian, betapa terkejutnya dia saat melihat rumah Dian yang sudah tak layak huni itu.
Diki tak menyangka jika rumah itu adalah rumah Dian, sungguh jauh dari kata layak, lantai hanya terbuat dari semen, dinding masih terlihat batu batanya, jendela dari kayu yang sudah bolong, dan pintu dari kayu juga sudah bolong bolong.
Beberapa waktu yang lalu Diki hanya mengantar depan rumahnya saja jadi Diki tidak tau dengan jelas kondisi rumah Dian.
"Bu..." panggil Dian sambil membuka pintunya pelan.
"Nak..." saut ibunya dari dalam dan langsung saja Dian masuk tanpa memperdulikan Diki yang masih diam memperhatikan seluruh bangunan itu.
"Kamu dari mana nak? kenapa semalam tidak pulang, handphone kamu juga tidak aktif, ibu khawatir." ucap ibu Dian sedih.
"Maaf Bu, Dian kemarin ada pekerjaan lebih Bu, dan handphone Dian hilang Dian lupa di mana menaruhnya." jawab Dian berbohong karna yang sebenarnya terjadi adalah handphone dan tas Dian di ambil anak buah Marta.
Ibu Dian yang mendengar ucapan anaknya jadi lega karna kemarin perasaannya sungguh tidak enak, dan takut terjadi sesuatu pada Dian karna sampe malam bahkan pagi Dian belum pulang.
"Oh ya nak, itu siapa?" tanya ibu Dian saat melihat Diki hanya berdiri di ambang pintu karna belum di persilahkan masuk oleh Dian.
"I... Ini..." jawab Dian gugup dan langsung di potong Diki.
"Saya Diki Bu, teman Dian." ucap Diki memperkenalkan diri.
"Silahkan masuk nak, jangan cuma berdiri di situ saja, mari masuk." ucap ibu Dian ramah.
"Kenapa tidak di suruh masuk temannya." ucap ibu Dian marah pada Dian karna membiarkan tamunya berdiri saja di depan pintu.
"Maaf Bu, Dian lupa. Mari masuk kak." ucap Dian terpaksa memanggil Diki kakak karna tidak mungkin Dian memanggil Diki tuan di hadapan ibunya sedangkan Diki mengaku sebagai temannya.
Diki pun masuk kedalam rumah Dian, dan duduk di kursi kayu yang ada di ruangan itu, Diki melihat ibu Dian memakai kursi roda dan melihat rumah Dian yang bersih dan rapi membuat betah berada di sana karna rumah Dian lumayan sejuk meski tidak memakai AC karna di depan rumah Dian ada pohon mangga dan rambutan yang membuat rumah itu sejuk.
Dian pun ke belakang membuatkan Diki teh dan meninggalkan Diki pada ibunya.
Setelah selesai membuat teh Dian pun kembali lagi menemui Diki dan ibunya.
"Ini tehnya kak, kangguin cuma minum saja." ucap Dian menaruh teh di meja di hadapan Diki.
"Terima kasih." ucap Diki datar.
.
.
Bersambung....
Mak othor tunggu ya kunjungan nya..