Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
Untuk sementara waktu, ia harus bersembunyi dahulu untuk menyusun rencana selanjutnya. Ia terus merangsek masuk ke dalam hutan untuk naik ke gunung yang sudah tidak aktif di pulau itu.
Gunung tersebut sudah berubah menjadi hutan tropis yang sangat rimbun, cocok sekali untuk bersembunyi sementara waktu dan untuk mengawasi keadaan sekitar pulau tersebut.
Dorrr dorrr dorrr dorrr dorrr
Terdengar samar-samar suara menggema senapan meletus dari arah komplek penjara.
Ternyata seorang nara pidana sedang di eksekusi mati dari jarak sejengkal, lima peluru di sarangkan di kepala nya hingga tengkorak nya hancur.
Sejenak ia menghentikan langkah nya dan menoleh ke arah sumber suara itu, yang berasal dari komplek penjara yang berada jauh di bawah nya. Tepat nya di sebelah kanan nya, ia menatap penuh keprihatinan.
Kemudian Prapto melanjutkan langkah nya ke atas gunung, yang dari jauh seperti di selimuti permadani hijau, karena lebat nya dedaunan pohon-pohon hutan tropis yang tumbuh subur di atas gunung yang sudah mati itu.
Tak terasa senja mulai tiba, langit yang tadi nya putih biru berubah menjadi jingga. Prapto seperti nya sudah menemukan tempat yang menurut nya aman untuk bersembunyi, yaitu di bawah pohon meranti besar, yang sebagian akar-akarnya ada yang mencengkram kuat bebatuan vulkanik yang berukuran raksasa.
Prapto melewati malam dengan perut kosong, ia tidak tahu harus makan apa di hutan itu. Sambil tidur miring meringkuk di atas tanah dan kepala nya di topang dengan kedua tangan nya, ia menahan lapar dan dingin.
Meskipun begitu, ia masih bisa tertidur karena rasa lelah nya yang teramat sangat, dan akhirnya suara jangkrik kesepian yang mengerik sendirian di sekitar nya, mampu menina bobokkan mata nya Prapto.
Kelap-kelip kumpulan bintang di atas langit malam itu, menjadi saksi bisu perjuangan Prapto untuk tetap hidup dan terbebas dari sipir-sipir psikopat.
...☠️💀☠️...
Malam berlalu dan berganti subuh, Prapto terbangun ketika sepasang telinga nya mendengar suara deburan ombak dari kejauhan.
Ia masih tidur meringkuk tapi sepasang mata nya sudah terbuka, menatap kosong seekor siput yang sedang berjalan lamban di atas tanah, lewat di depan matanya menjadi hiburan nya sesaat.
"Hoooooam" ketika sedang menatap siput itu tiba-tiba mulut nya menguap dan siput itu pun langsung menyembunyikan kepala nya dan berhenti berjalan.
Menyadari di depan mata nya sudah tidak ada hiburan lagi, ia perlahan bangun dari tidur nya, duduk sejenak kemudian berdiri sambil menguap lagi, di sertai gerakan reflek kedua tangan nya terangkat ke atas.
Pagi itu sekitar jam setengah lima, ia langsung bergegas mencari makan apa saja yang bisa di makan, karena perut nya sudah tidak bisa di ajak kompromi untuk menahan lapar.
Setelah hampir dua jam dia menelusuri hutan tropis itu, akhirnya ia berhasil menangkap anakan ular sanca untuk di makan mentah-mentah. Karena rasa lapar nya yang sangat kuat, perasaan jijik pun hilang. Dengan beringas nya ia memakan ular itu, sampai mulut nya belepotan darah ular sanca.
Krausss kruk kruk kruk kruk
Terdengar jelas giginya merobek daging ular itu dan mengunyah nya dengan kasar, meskipun sesekali darah dari ular itu muncrat ke arah wajah nya tapi dia tidak perduli, karena rasa lapar nya sudah tidak tertahan lagi.
Kini ia sudah bisa sedikit lega, karena masalah perut nya sudah teratasi.