Siapa sangka putri tertua perdana menteri yang sangat disayang dan dimanja oleh perdana menteri malah membuat aib bagi keluarga Bai.
Bai Yu Jie, gadis manja yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri atas perbuatan yang tidak dia lakukan. Dalam keadaan kritis, Yu Jie menyimpan dendam.
"Aku akan membalas semua perbuatan kalian. Sabarlah untuk menunggu pembalasanku, ibu dan adikku tersayang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
"Kalian takut!" seru Mei Yin dengan congkaknya.
"Tidak ada yang bisa menyentuh orang-orang ku. Kalau kau penasaran dengan konsekuensinya. Silahkan saja kau coba!" gertak Yu Jie.
Sialan! Sudah seperti ini dia masih bisa menggertak ku. Mei Yin mengumpat dalam hati.
Ling Hua tak kalah congkak. Mendapat dukungan dari nona mudanya, dia langsung berkacak pinggang.
"Sekarang siapa yang takut?" balas Ling Hua.
"Keluarga Wang pasti murka jika tahu cucu kesayangannya diperlakukan seperti ini," cecar Xing Lian.
Mei Yin semakin bungkam. Tentu saja dia tahu siapa keluarga Wang. Bisa-bisa kemegahan yang saat ini dia dapatkan lenyap karena kebodohannya.
"Aku akan membalas kalian," kesal Mei Yin sebelum berbalik pergi.
"Tunggu!" teriak Yu Jie.
Mei Yin mau tidak mau berbalik.
"Aku yang akan membalas kalian. Aku akan membalas semua perbuatan kalian satu persatu. Bersabarlah menunggu pembalasan dariku, adikku tersayang," ucap Yu Jie penuh penekanan.
Mata Mei Yin membuat. Rambut halus di sekujur tubuhnya meremang karena. Takut melihat tatapan intimidasi dari Yu Jie.
"Sampaikan pesanku untuk ibuku yang tercinta," timpal Yu Jie.
Mei Yin mundur beberapa langkah lalu berbalik. Gadis itu setengah berlari meninggalkan kediaman Yu Jie.
"Nona, ada apa?" tanya salah seorang pengawal.
"Cepat siapkan kereta. Aku ingin dia segera pergi dari sini," ucap Mei Yin sambil berlalu pergi.
"Baik nona," jawab pengawal bertubuh besar.
Tidak sampai setengah dupa, Yu Jie beserta para pelayannya keluar dari kediaman. Yu Jie dipapah oleh Xing Lian dan Ling Hua, Li Mei membawa buntalan berisi pakaian, dan Nuan membawa peti kayu dan beberapa bungkus obat serta kebutuhan lain.
Setibanya mereka tiba di pintu gerbang kediaman. Para pengawal menghentikan mereka.
"Periksa!" perintah pengawal bertubuh besar.
Dua orang pengawal segera memeriksa semua barang bawaan mereka.
"Buka!"
Nuan memeluk peti kayu yang panjangnya tidak lebih dari siku hingga ujung jarinya. Gadis itu enggan membuka peti.
"Buka saja, Nuan!" perintah Yu Jie.
"Tapi nona..."
"Tidak apa-apa," Yu Jie meyakinkan Nuan agar menuruti keinginan pengawal itu.
"Baiklah," dengan berat hati Nuan membuka peti kayu itu.
Pengawal itu mengacak isi peti kayu itu. Isinya tidak banyak. Beberapa lembar uang kertas, dua emas, sepuluh perak, dan beberapa perhiasan kuno.
Usai pemeriksaan, Yu Jie dan Nuan dipersilahkan menaiki kereta.
"Tunggu! Mau kemana kalian?" tanya seorang pengawal yang menghadang.
"Tentu saja mengikuti nona kami," balas Li Mei.
"Perintah tuan, hanya Yu Jie dan Nuan yang pergi."
"Kau! Berani sekali kau memanggil nona dengan nama," geram Li Mei.
"Mereka ikut denganku," sela Yu Jie.
Yu Jie tak ingin ada perdebatan lagi. Dia ingin segera pergi dari keluarga yang haus nama baik itu.
"Perintah tuan sudah jelas, hanya dua orang yang pergi," tegas pengawal bertubuh besar.
"Namamu Zhi Hao. Kau putra kedua dari keluarga sederhana," ucap Yu Jie.
"Kau dari keluarga Tang," timpal Yu Jie.
Zhi Hao, pengawal bertubuh besar itu terdiam. Bagaimana mungkin seorang nona muda dari salah satu keluarga ternama, mengetahui nama seorang pengawal.
"Aku bisa menyebutkan satu persatu nama hingga keluarga kalian, tapi waktuku tidak banyak. Aku yakin, waktu ku tinggal tersisa seperempat dupa."
"Biarkan mereka lewat!" perintah Zhi Hao.
"Tapi ..."
"Hanya tiga orang pelayan tidak akan membuat selir Huang marah," jelas Zhi Hao.
"Oh, jadi kalian lebih takut pada selir Huang daripada tuan Bai!" seru Xing Lian.
"..."
Suasana hening sejenak. Kubu pengawal diam karena malu. Sedangkan kubu Yu Jie menunggu dengan tidak sabar.
"Jika keluarga Wang tahu kejadian hari ini, jangan harap kalian bisa bertemu dengan keluarga kalian lagi. Nona muda masih bersabar untuk tidak mengadu pada keluarga Wang," cecar Xing Lian.
Zhi Hao memberi kode pada kedua temannya untuk membiarkan mereka menaiki kereta. Yu Jie tersenyum tipis pada Zhi Hao.
Kereta kuda melaju perlahan hingga ke gerbang kediaman keluarga Bai. Sedikit lagi, Yu Jie terbebas dari suatu ikatan yang disebut keluarga.
Meski terlihat tegar, yang namanya perasaan antara ikatan batin pasti membuat sedih. Cairan bening perlahan turun membasahi wajah gadis cantik itu.
Nuan, Xing Lian, Ling Hua, dan Li Mei tak berani bersuara. Meski nona muda mereka terlihat kuat menghadapi situasi tadi, tapi perasaan sedih karena dibuang sendiri oleh ayah kandungnya sendiri tentu menyiksa batin nona muda mereka.
Beberapa langkah kaki kuda akan sampai di pintu gerbang. Ayah, ini terakhir kali aku memanggilmu ayah. Selamat tinggal ayah. Selamat tinggal Bai Yu Jie. Lirih Yu Jie dalam hati.
Kalimat terakhir Yu Jie selaras dengan langkah terakhir kaki kuda dan ditutupnya pintu gerbang keluarga Bai.
Kelima wanita berbeda generasi itu serempak menghela napas. Antara napas lega atau khawatir akan kehidupan baru yang akan mereka hadapi nanti.
Yu Jie tidak tahu kemana dia akan membawa keempat pelayan setianya. Takdir. Ya, takdir sudah tertulis dengan benar di kitab kehidupan manusia.
Untuk saat ini, Yu Jie tak ingin memikirkan hal lain. Seluruh tubuhnya remuk redam. Terutama di bagian belakang tubuhnya. Dua puluh pukulan papan bukan jumlah pukulan yang banyak, tapi jika di lakukan perlahan dan kuat, terasa sangat berat.
Langit malam ini sangat cerah. Udaranya juga cukup untuk menyelimuti setiap orang yang tertidur. Keempat pelayan setia Yu Jie terlelap. Wajar saja jika mereka lelah. Menjelang malam, kejadian tak terduga seketika membuat status seorang gadis manja berubah menjadi gadis yang dibuang.
Yu Jie terlelap lebih dulu karena obat yang diminumnya. Nuan sempat mengobati luka-lukanya saat di kediamannya. Namun, entah mengapa suara tapak kaki kuda membuatnya tersadar.
Yu Jie menarik tirai dan melihat keluar. Tidak ada pemandangan rumah-rumah penduduk, toko-toko, restoran, dan pedagang kaki lima yang dia lihat. Melainkan pepohonan rindang di sepanjang jalan.
Dua orang pria yang bertugas mengantar mereka masih terjaga. Yu Jie dapat mendengar canda tawa mereka. Sesekali kedua pria itu berbicara hal buruk tentangnya. Sesekali mereka juga menyesali kejadian yang menimpa Yu Jie.
"Nona, kenapa anda bangun?" tanya Nuan sambil menutup mulutnya karena menguap.
"Istirahatku sudah cukup."
"Hmm."
Nuan mengambil tempat penyimpanan minuman lalu memberikannya pada Yu Jie.
"Nona, minumlah dulu," ucap Nuan sambil menyerahkan minuman.
Yu Jie mengangguk lalu meminum air pemberian Nuan. Tenggorokannya cukup kering. Pas sekali Nuan mengambilkan minum untuknya. Baru saja Yu Jie menikmati tiga teguk air, tubuhnya langsung terjungkal ke belakang.
Kereta yang mereka naiki tiba-tiba melaju kencang. Ketiga pelayan Yu Jie terbangun karena tubuh mereka terpental.
"Nona, anda baik-baik saja," ucap Nuan panik.
Padahal Nuan juga ikut terpental. Namun, dia segera membenahi diri untuk membantu Yu Jie.
"Ada apa ini?" tanya Ling Hua.
Li Mei berbalik lalu melihat dari balik celah kereta. Dia ingin tahu apa yang terjadi dengan kereta mereka. Namun, kedua matanya membulat saat melihat ke depan.
"Gawat!" seru Li Mei.
lanjut up lagi thor
lanjut up lagi thor