Impian Malika menikah dengan Airlangga kandas ketika mendapati dirinya tidur bersama Pradipta, laki-laki asing yang tidak dikenalnya sama sekali. Gara-gara kejadian itu Malika hamil dan akhirnya menikah dengan Pradipta.
Sebagai seorang muslimah yang taat, Malika selalu patuh kepada suaminya.
Namun, apakah dia akan tetap menjadi istri yang taat dan patuh ketika mendapati Pradipta masih menjalin asmara dengan Selina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32.
Bab 32
"Rencana pembunuhan terhadap mama? Apa maksudnya, Kak?" tanya Adzam tidak mengerti.
"Kakak pernah melihat Tante Syifa memasukkan sesuatu ke dalam minuman mama. Ketika akan diminum sama mama, tangan Alkhaf menepisnya sampai gelasnya jatuh. Ekspresi Tante Syifa yang awalnya tersenyum tiba-tiba berubah terkejut dan masam. Kakak lihat hal itu dua kali dan mama selalu tidak jadi meminumnya. Kejadian kedua itu, air minum yang dibuatkan untuk mama malah akan diminum sama papa. Tante Syifa tiba-tiba panik dan menarik gelas itu dari tangan papa. Dari sana kakak curiga ada sesuatu di dalam minuman itu," jelas Malika.
"Lalu, dari mana kakak tahu kalau yang dimasukkan ke dalam minuman sama Tante Syifa adalah racun?" tanya Adzam.
"Kamu ingat saat kedatangan keluarga Tante Cantika ke rumah beserta seluruh anak dan cucunya?"
"Ya, tentu saja ingat karena mereka akan berkumpul di Indonesia hanya untuk saat-saat tertentu saja."
"Kak Angkasa yang merupakan seorang dokter dan ahli kimia mengatakan kalau cairan yang ada di dalam botol kecil yang disembunyikan oleh Tante Syifa adalah racun yang mematikan. Dia bisa tahu dari bau dan warna cairan itu."
Adzam merinding jika hal itu sampai terjadi kepada ibunya. Beruntung sekali mamanya masih dilindungi oleh Allah melalui hambanya.
"Tante Syifa di penjara selama 20 tahun, tetapi mendapatkan remisi dan tahun lalu sudah bebas dari penjara," lanjut Malika.
(Ada revisi di bab 29, dulu aku tulis 22 tahun yang lalu, seharusnya 19 tahun yang lalu)
"Apa?" Adzam terkejut. "Kakak tahu dari mana?"
"Bertemu di rumah sakit. Kakak tidak ingat kepadanya saat itu. Namun, sekarang sudah ingat. Ketika bertemu kakak merasa tidak asing sama wajahnya. Ternyata itu adalah Tante Syifa."
"Apa papa dan mama sudah tahu?"
"Aku tidak tahu. Aku takut kalau dia akan berbuat jahat lagi kepada keluarga kita."
"Aku berharap Tante Syifa tidak berbuat ulah lagi,"
"Yang aku takutkan adalah Tante Syifa menyimpan dendam sama mama dan akan mengulang kembali kejahatannya dahulu."
Malika punya alasan kenapa berpikir seperti itu. Karena dia selalu di doktrin oleh Syifa kalau Mama Aisyah adalah orang yang jahat. Ucapan pengasuh itu kembali terngiang-ngiang di telinganya.
"Kakak jangan takut. Sekarang aku sudah besar bisa jagain mama. Selain itu, Queen juga sering datang ke rumah untuk belajar memasak dan belanja sama mama. Dia bisa jadi bodyguard buat mama," ucap Adzam.
"Tolong minta alat pelacak dan pasangkan ke mama. Jangan sampai kita lengah," kata Malika.
"Oke."
***
Malika menatap Misha dengan penuh rasa sayang. Dia mengelus kepala bayi itu dengan lembut agar tidak menggangu tidurnya.
Di samping Misha ada Pradipta yang memandangi wajah cantik istrinya. Dia ingin sekali menciumnya. Namun, dia tidak bisa melakukan itu karena janjinya. Dia akan menunggu sampai Malika mengizinkan untuk menyentuh dirinya.
Malika takut Pradipta kena penyakit HIV karena sering melakukan hubungan badan dengan Selina. Sementara wanita itu, tidur dengan beberapa orang laki-laki yang berbeda-beda. Bisa saja membawa sumber penyakit. Karena penyakit HIV tidah menunjukkan gejala penyakit itu. Baru kelihatan setelah tiga tahun sampai sepuluh tahun terkena penyakit itu.
"Bulan depan aku akan pergi ke Hongkong selama dua minggu. Kamu dan Misha bisa tinggal di rumah kedua orang tuamu jika mau," kata Pradipta memecah keheningan malam.
"Ada keperluan apa?" tanya Malika.
"Tugas dari kantor. Kalau bisa aku bawa kalian juga. Tetapi, kepergian ku kali ini bukan untuk liburan. Jadwal kerja aku di sana juga sangat padat," jawab Pradipta masih menatap sang istri.
"Aku lebih suka tinggal di sini. Tidak apa-apa aku tinggal berdua dengan Misha," balas Malika.
"Atau kita minta Mbok Karti untuk menginap selama aku pergi?"
"Lebih baik begitu," balas Pradipta.
Malam itu lagi-lagi Malika bermimpi seram akan kejadian di masa lalu. Dia melihat Syifa memasukkan racun ke dalam minuman Mama Aisyah dan akhirnya meninggal.
Ketika bangun pagi mata Malika terlihat sayu dan ngantuk. Setelah mimpi buruk semalam, dia tidak bisa tidur kembali.
"Apa semalam kamu mimpi buruk?" tanya Pradipta dengan menelisik penampilan Rhea.
"Ya," jawab Rhea. "Aku mimpi yang sangat menyeramkan sekali."
"Apa kamu memimpikan Airlangga?" tanya Pradipta cemburu.
Malika terdiam dan melirik kepada Pradipta. Suaminya itu mudah sekali cemburu. Kebetulan dalam mimpi semalam Airlangga lah orang yang menolong dirinya dari kejaran Syifa.
"Aku sudah bisa menebak jawaban apa yang akan kamu berikan," ujar Pradipta. Laki-laki itu makan sarapan dengan lahap.
"Kalau mimpi ketemu Airlangga, aku malah senang," batin Malika. "Astaghfirullah. Apa yang aku lakukan? Aku tidak boleh mengingatkan-ingat dia lagi!"
Terdengar suara bel depan rumah berbunyi. Malika yang sedang menyuapi Misha merasa heran ada tamu di pagi-pagi seperti ini. Begitu juga dengan Pradipta yang sedang menikmati sarapannya sempat menghentikan gerakan tangannya.
"Biar aku saja. Mas lanjut saja makannya. Tolong awasi Misha!" kata Malika ketika melihat Pradipta hendak beranjak dari tempat duduknya.
Bunyi bel itu tidak juga berhenti sampai Malika membuka pintunya. Wanita itu terkejut ketika melihat siapa yang datang di pagi hari.
***
Tapi dia kan lg di luar negri
Ya si Syfa itu racun yng ingin menguasai semua nya