BADANMU ITU KAYAK GAPURA DESA!
Itulah kalimat yang sering di dengar Berryl, seorang wanita karir bertubuh gemuk yang selalu berpenampilan sederhana dan nerd.
Ia selalu tak beruntung dalam kehidupan sosialnya. Wanita itu acap kali mengalami pembullyan dan pengkhianatan.
Dihina, direndahkan dalam lingkungan kerja, bahkan difitnah oleh orang yang ia percaya. Parahnya, keluarga sang suami ikut memperlakukan nya dengan semena-mena.
Pada akhirnya, Berryl berusaha bangkit, ia bertekad akan membalas semua perlakuan buruk yang ia dapat.
Akankah Berryl berhasil membalas mereka semua?
Hallo Readers, saya ingin menginfokan bahwa novel PEMBALASAN ISTRI GENDUT merupakan novel yang pernah saya rilis di akun saya yang lain dengan nama pena Zindvl. Novel ini sudah saya hapus di akun lama dan saya rilis kembali di akun baru saya dengan nama pena Dae_Hwa yang memiliki makna mutiara yang berkilau. Saya harap di akun baru ini, saya dapat berkilau bak mutiara yang indah ✨
Mohon dukungannya 👊🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PIG 20
Suasana di jam istirahat begitu heboh karena cleaning servis menemukan Arga dalam kondisi tak sadarkan diri di tangga menuju ke atap kantor. Arga lekas di larikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
"Semoga dia mampus aja sekalian," sumpah serapah keluar dari mulutku saat melihat Arga di bawa menggunakan tandu.
Tim keamanan kantor mencoba mencari tau apa yang terjadi, akan tetapi tak menemukan apapun karena di area tersebut tidak terdapat cctv. Jangan panggil aku Kanaya jika aku tak bisa mengelabui situasi.
"Ada ramai-ramai apa, San?" aku pura-pura bertanya pada Sandra karyawan magang di line ku.
"Pak Arga jatuh di tangga, sepertinya vertigo pak Arga kumat," jelas Sandra.
Aku hanya manggut-manggut dengan menunjukkan wajah prihatin. Aktingku memang selalu luar biasa.
"Saya ke pantry dulu ya, Kak Kanaya," pamit Sandra.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Hamil?!!" seru kompak dari Mas Ibnu, ibu dan adiknya.
"Apa yang harus aku lakukan, Mas?" tanyaku dengan akting berwajah lesu.
Saat ini aku berada di rumah keluarga Mas Ibnu, tengah memberikan kabar kehamilanku pada mereka. Jika Arga tidak mau bertanggungjawab, maka Ibnu lah yang harus mengambil posisi itu. Toh, aku juga rutin bercinta dengan suami sahabatku ini. Pasti anak ini juga termasuk anaknya kan?
Bu Ratna yang sebelumnya duduk di samping Mas Ibnu, bangkit dari duduknya dan pindah duduk di sampingku. Ibu dari Mas Ibnu mengelus lembut perutku, aku sangat lah tau perempuan tua ini begitu menginginkan cucu.
"Apa aku harus menggugurkan janin ini, Bu?" Aku berpura-pura sedih.
"Jangan ....!" jerit Mas Ibnu dan Ibu nya.
"Aku harus bagaimana, Mas?" Aku mulai menitikkan air mata.
"Aku gak mau anak ini kelak di hina sebagai anak yang tak memiliki ayah," isak tangis ku semakin menjadi-jadi.
"Apa maksudmu anak yang tidak memiliki ayah? Aku kan ayahnya," tanya Mas Ibnu bingung.
"Tapi kita kan belum menikah, Mas!" Aku menutup wajah dengan kedua telapak tanganku.
"Oalah, perkara itu? Ya sudah, tinggal nikah saja. Apa susahnya," jawab Bu Ratna.
"Aku belum bercerai, Bu. Mau menceraikan Berryl, tetapi semua dokumen pernikahan kami di bawanya. Paling sementara ini, aku hanya bisa menikahi Kanaya secara siri," jelas Mas Ibnu yang kemudian menatapku.
"Bagaimana, Nay? Apa kamu gak keberatan menikah siri dulu?" tanya Bu Ratna.
Tentu saja aku keberatan, perempuan tua bodoh. Namun, aku bisa apa? Yang penting bagiku saat ini mendapatkan pria yang mau bertanggungjawab jawab atas kehamilan ku.
"Aku gak masalah, Bu. Asal Mas Ibnu bisa menepati janji akan segera menceraikan Berryl nanti." jawabku.
"Mas janji, Nay. Mas akan segera menceraikan si mandul itu," ucap Mas Ibnu mantap.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Mataku begitu berbinar melihat kalung baru pemberian Mas Ibnu. Tampak begitu cantik ketika sudah melingkar di leher ku. Tak sia-sia aku merengek terus padanya. Bulan lalu dia berjanji akan membelikanku kalung dari gaji pertamanya sebagai manager keuangan. Namun, seminggu setelah gajian pria itu mendadak amnesia dengan janji manisnya. Aku tak peduli dengan wajah masamnya saat ku tagih, yang penting barang mahal ini sudah melekat di tubuhku.
Wahai perhiasan mahal nan indah! Hanya tubuh ini lah yang pantas sebagai tuan mu, bukan wanita bodoh itu.
Aku selalu ingin muntah jika melihat Berryl mengenakan perhiasan mahal. Dari dia kurus sampai tubuhnya melebar, satu perhiasan pun tak ada yang cocok di tubuhnya apalagi di tambah dengan wajahnya yang sangat memuakkan.
Mengingatnya saja membuatku ingin muntah. Ah, bahkan kini perutku benar-benar mual.
Ini efek kehamilan ku atau efek teringat akan wajah burik wanita gendut itu?
"Mas, aku ke ruangan kerja dulu ya. Aku mual banget." pamit ku sembari mengecup singkat bibir pria bodoh itu.
"Wajahmu pucat banget, Nay. Mau mas antar kesana gak?" tawar Mas Ibnu dengan bodohnya.
"Kamu mau kita ketahuan?" sinis ku.
Mas Ibnu menggaruk-garuk kepalanya, aroma busuk menyeruak dari rambutnya.
Sudah berapa lama sih dia gak keramas?batinku jijik.
Entah kenapa semenjak Berryl kabur, kondisi Mas Ibnu jadi tak menarik lagi dimataku. Kumis dan jenggotnya yang semakin tumbuh lebat, pakaiannya juga sangat berantakan, dia benar-benar terlihat ... kumal ...!
Demi anak sialan dalam kandungan ku ini, aku harus rela untuk menikah dengannya nanti.
"Aku turun dulu, Mas." pamit ku.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Aku mengaduk secangkir teh chamomile untuk meredakan mual ku. Pantry begitu sunyi karena sekarang masih jam bekerja. Dengan hati-hati aku meletakkan secangkir teh di atas meja dan segera aku bersandar di sofa.
Brak!
"Di sini dia ternyata guys!" sinis seorang wanita yang masih ku ingat jelas siapa dia, Tari.
Aku kembali melirik dua wanita yang menyusul masuk ke dalam pantry, Vini dan Hana.
Tari, Vini dan Hana merupakan tiga karyawati yang di pecat empat bulan yang lalu karena mem-bully Berryl. Tiga orang yang dengan gampangnya tersulut ketika mendengar cerita mengenaskan karangan ku.
Bagaimana bisa mereka ada di sini lagi? batinku bingung.
"Hay, ya ampun sudah lama kita gak bertemu. Kalian apa kabar? Kok, kalian bisa di sini?" Aku mencoba ramah.
"Baru sekarang nanya kabar?" sinis Tari.
Ya, setelah mereka bertiga di pecat. Aku langsung meng cut off mereka bertiga dari pertemanan ku, karena bagiku mereka sudah tidak berguna lagi. Apalagi saat ku dengar tak satupun perusahaan yang sudi menerima mereka sebagai karyawan.
"Duh sayang, jangan sinis begitu dong. Aku tuh kemaren-kemaren sibuk banget. Makanya gak sempat buat nanyain gimana keadaan kalian." Aku beralasan.
"Gak usah banyak bacot deh lo ...!" bentak Hana yang membuatku kaget.
"Pegang dia," perintah Vini dengan suara dingin serta tatapannya yang menakutkan. Jujur saja, aku sedikit ciut saat ini.
"K-kalian mau ngapain?!" tanyaku panik.
Dengan sangat kasar, Tari dan Hana memaksa ku berlutut dan mencengkram mulutku agar terbuka. Adegan ini sungguh sangat familiar!
Aku menatap jijik pada sebuah botol yang di genggam Vini, bisa ku tebak apa isi botol itu. Jus mengkudu busuk!
Bulu roma ku meremang seketika saat Vini mendekatiku dengan senyum seringai. Secepat kilat dia menuangkan sebotol minuman menjijikkan itu ke mulutku.
"Le..pas! Huek ... huek ....!"
Aku berusaha sebisaku untuk memuntahkan minuman laknat itu. Namun, jus sialan itu meluncur bebas masuk ke kerongkongan ku.
Pahit, kecut, serta bau yang menyengat terasa sangat melekat di indra perasa dan penciumanku.
Argghh! Ada apa dengan ketiga wanita gila ini?!
Setelah melakukan hal yang keji terhadapku, mereka bertiga meninggalkan ku begitu saja di pantry. Dasar tak punya hati nurani ...!
Aku begitu lemas bak kehabisan tenaga, tubuhku seperti kapas yang terendam air. Aku tak memiliki kekuatan bahkan untuk sekedar bangkit. Pandangan ku begitu gelap saat ini, apa aku akan mati?
*
*
*
kyknya ga ada keterangannya... 😁😁
lanjut...💪
mulai semangat bacanya..