NovelToon NovelToon
ARUNA

ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sandri Ratuloly

Aruna, namanya. Gadis biasa yatim-piatu yang tidak tau darimana asal usulnya, gadis biasa yang baru memulai hidup sendiri setelah keluar dari panti asuhan di usianya yang menginjak 16 tahun hingga kini usianya sudah 18 tahun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

empat

Hari berlalu begitu cepat. Terhitung ujian tinggal seminggu lagi akan di adakan, sudah dua hari ini juga Aruna tidak masuk sekolah dan bekerja karena mual hebat yang menderanya.

Aruna dua hari ini benar-benar tidak bisa bangun dari tempat tidurnya, morning skicness yang di deritanya begitu parah sampai ibu kos turun tangan langsung untuk mengurus Aruna. Wanita baya itu sudah beberapa kali meminta Aruna untuk periksa ke rumah sakit, Aruna lantas menolak keras, bukan karena soal biaya seperti apa yang dipikirkan ibu kos, tetapi Aruna takut rahasianya akan di ketahui dan Aruna akan di usir di kos.

Dengan minum obat pereda mual yang di belinya tempo lalu, kondisi Aruna mulai membaik sore ini. Tadi juga Aruna sudah memberi kabar pada Rara, menjelaskan bagaimana kondisinya kini, sahabatnya itu berniat akan mampir ke kos-nya untuk menjenguk Aruna tapi Aruna tolak-melarang Rara datang, mereka masih bisa bertemu besok karena Aruna akan masuk kembali ke sekolah. Sakitnya sudah benar-benar sembuh, badannya sudah segar bugar, tidak selemah kemarin.

Setelah membersihkan diri yang begitu lengket karena dua hari ini Aruna tidak pernah sekalipun mandi, jangan mengatainya jorok atau apapun, jangankan untuk mandi, bangun untuk mencuci muka saja Aruna tak mampu melakukannya. Untung saja ada Sarah yang senantiasa membantunya untuk menggantikan baju dan membilas mukanya dengan handuk basah, sesekali juga penghuni kos lainnya datang membantu mengurusnya.

Aruna membuka pintu kos-nya berniat untuk menghirup udara segar, sudah cukup dua hari ini penciumannya menghirup aroma minyak kayu putih juga muntahannya sendiri. Aruna tersenyum lebar, meregangkan tubuhnya sambil menatap sinaran matahari yang terpancar begitu indah diatas langit sana.

"Eh, Aruna? Udah baikan kamu? Aku baru aja mau jenguk kamu sambil ini–aku bawain bakso." Sarah tiba-tiba saja muncul, mengangkat bungkusan bakso yang memang sengaja dibelinya untuk Aruna. Dua hari ini Aruna susah sekali makan, makanan yang baru masuk di mulutnya akan langsung di muntahkannya.

Makanya dia inisiatif buat beli bakso, mungkin saja dengan makan makanan berkuah Aruna tidak akan muntah lagi.

"Kak Sarah gak usah repot-repot beliin aku makanan, gak enak aku sama kak Sarah, ibu dan kakak-kakak kos lainnya yang udah mau ngurusin aku sakit kemarin sama tadi pagi. Aku udah agak mendingan, udah gak muntah-muntah lagi. "

"Gak ngerepotin sama sekali kok, ini emang aku beli buat makan bareng sama kamu. Sana ambilin mangkok dan sendok, kita makan bareng-bareng di teras sini, aku lagi mupet banget sama tugas kuliah, pusing. "

Menurut. Aruna masuk kedalam kos untuk mengambil mangkok dan sendok seperti apa yang di suruh Sarah. Saat kembali keluar Aruna tidak mendapati Sarah di teras, hanya plastik bakso saja yang tergeletak begitu saja di lantai.

"Mungkin kak Sarah pulang bentar buat simpan tas nya. " monolognya, memindahkan bakso yang masih berada di dalam plastik kedalam mangkok.

Beberapa saat kemudian, Sarah datang dengan pakaiannya yang sudah di ganti dengan tangan yang menenteng sebotol besar air dingin.

"Aku bawain air dingin, gila nih hari panas banget. Mana mataharinya nyetereng banget cahayanya, aku pulang bawa motor tadi sampai di sipit-sipitin matanya biar bisa lihat jalan." keluh Sarah, dia duduk selonjoran di teras yang bawahnya ada tangga kecil.

"Kamu ikut minum air dingin juga, gapapa? Atau bikinin teh anget aja sana. " tanyanya pada Aruna.

"Aku minum air biasa aja, kak. Bosen aku dua hari ini minum teh anget mulu. " ucap Aruna, kepalanya merinding saat menyeruput kuah bakso yang begitu pedas, nikmat sekali.

Sarah terkekeh geli, menggeleng kepalanya pelan. "Kamu sebenarnya sakit apa sih? Muntah-muntah mulu dari kemarin, disuruh ke rumah sakit sama ibu gak mau. "

"Aku gak enak, kak. Lagian juga aku cuman masuk angin aja, kan kak Sarah tau kalau aku kerja suka pulang malam terus. " ucap Aruna memberikan alasan, takut Sarah berpikir yang tidak-tidak padanya.

"Terus, sekolah kamu gimana? Udah mau dekat ujian kelulusan kan sekarang? Ada keinginan mau kuliah tidak? Di kampus ku ada program beasiswa kuliah gratis, disediain asrama juga jadi kamu gak usah mikirin soal biaya kos nanti." tawar Sarah, mengingat Aruna sudah kelas 12 dan akan mengadakan ujian kelulusan.

Aruna terdiam seketika, tawaran Sarah tadi begitu menggiurkan dan Aruna ingin mencobanya, kali saja rezeki berpihak padanya. Namun kehamilan ini harus Aruna telan bulat-bulat keinginannya itu, perutnya akan membesar nanti, apa kata orang-orang melihat Aruna yang berbadan dua tapi belum memiliki suami.

Juga, Aruna harus memikirkan uang untuk kebutuhan saat melahirkan nanti, belum lagi perintilan lainnya setelah dirinya melahirkan.

"Eummm, aku kayaknya bakal kerja aja deh kak setelah lulus sekolah nanti. " jawab Aruna membuat Sarah menyergit dahinya.

"Loh, kenapa?"

"Eumm, aku gak ada niatan buat lanjut kuliah, kak. Udah nyaman pengen kerja aja." bohong, padahal Aruna pengen sekali untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dan bisa mendapatkan kerja lebih bagus sesuai passionnya.

"Yahhh, sayang banget. Padahal kamu pintar banget, kok gak ada niatan buat lanjut kuliah sih? "

Aruna tak menjawab, hanya seulas senyum kecil dia tampilkan.

•••••

Salah satu kegiatan yang sering dan suka banget Aruna lakuin itu adalah membaca novel bergenre romantis, berharap kisah percintaannya kelak seperti novel-novel yang pernah di bacanya.

Kalau lagi dalam suasana bagus. Aruna biasanya menyempatkan diri untuk duduk sendiri di belakang taman sekolah, duduk dengan tenang di salah satu kursi kayu yang tersedia di taman tersebut, tangannya dengan lembut membalikkan lembaran tiap lembaran novel, membaca dengan khidmat, bibirnya akan sesekali tersungging senyuman saat membaca dibagian adegan romantis.

"Na."

Aruna tersentak kaget seketika saat satu tepukan di bahu di dapatkannya, kepalanya menoleh menatap Rara yang sudah duduk manis disampingnya. Aruna tak menyahut, kegiatan membacanya kembali di lakukan.

"Lo gak ada niatan mau cerita kenapa gak masuk sekolah sampai dua hari ini, Na?"

Aruna menutup novelnya, dengan melipat kecil pada ujung bawah lembaran novel sebagai tanda batas bacanya.

"Aku kan udah ngabarin, kalau aku sakit kemarin dua hari. "

Rara cemberut dengan menukik kedua alisnya. Iya, dia tau kalau Aruna tengah sakit, masalahnya temannya itu gak kasih tau sakit apa. Rara kan khawatir, kalau Aruna punya penyakit serius, bagaimana?

Beberapa menit keduanya terdiam saling menatap. Aruna mengigit bibirnya, ingin mengatakan sesuatu namun nampak begitu ragu.

"Ra, kalau seandainya aku hamil, bagaimana tanggapan kamu?"

Aruna, gak tau. Kata-kata itu tiba-tiba saja terucap, Aruna memejamkan matanya melihat Rara yang seketika menatapnya dengan tajam.

"Siapa? Emang lo punya pacar?" Rara berucap santai, namun tatapan tajamnya terus menghunus ke Aruna.

"Hahaha, aku cuman nanya aja kok, Ra. Kamu gak usah pasang wajah tegang begitu." Aruna tertawa kikuk, menepuk sebentar pipi Rara. Matanya mengedar menatap gugup pada sekitaran taman.

Rara tak menggubris ucapan Aruna, matanya masih senantiasa terus menatap tajam pada Aruna, membuat perempuan itu menelan ludah nya dengan susah payah.

"Na, siapa? Gua tanya sekali lagi. " Rara mencengkram pipi Aruna agar menatapnya. Ucapan Aruna barusan, Rara tau itu kebenaran. Dia bisa melihat kedua mata Aruna memancarkan kebenaran.

Aruna menciut, dia sebisa mungkin mengulum bibirnya kedalam.

"T-tama."

Rara seketika terdiam, cengkramannya di pipi Aruna dilepas. Rara tertunduk mendengar nama tersebut terucap di mulut Aruna, lama terdiam-hingga tiba-tiba saja Rara terkekeh sendiri. "Mundur."

Aruna yang tengah menunduk setelah cengkraman di pipinya terlepas seketika mendongak, menatap Rara dengan tidak percaya. "Ra.... "

"Gak bisa, Na. Lo gak boleh masuk diantara hubungan kesayangan banyak orang. "

Aruna belum merespon, masih menatap Rara dengan tidak percaya. "Terus nasib anak aku nanti gimana, Ra?" tanyanya dengan terbata-bata, nada suaranya sudah bergetar karena menahan tangis yang siap kapan saja meledak keluar.

"Biarin gak usah punya ayah, lo gak bisa ngerusak hubungan Tama sama Alana, Na. Jangan rusak kebahagiaan mereka."

Kala terpaku, membisu akan tiap ucapan Rara lontarkan padanya. Dia tak bisa berkata-kata lagi, orang terdekatnya saja menyuruhnya untuk mundur, bagai ditikam ribuan pisau. Aruna kembali menundukkan kepalanya, dia tau dirinya tak sebaik Alana, tak selembut dan sepintar gadis itu. Aruna memang jauh di bawah Alana, hanya dengan begini dia tau bahwa dirinya bukanlah apa-apa di mata semuanya, bahkan di sahabatnya sendiri.

Aruna boleh,kan sedikit kecewa dengan, Rara?

1
Arieee
semangat Thor up nya q selalu menunggu 🥰
Sandri Ratuloly: makasih banyak atas dukungannya 😍😍
total 1 replies
Arieee
pergi Aruna cari kebahagiaan u sendiri💪💪💪💪💪💪💪💪👍👍👍👍👍👍👍
Arieee
Aruna 👍👍👍👍👍👍💪👍💪👍💪👍 berjuang utk kebahagiaan gak usah berharap ma tama
Black Moon
Thor, ini Helena siapa ya? Apa nama panjang Aruna 😁
Arieee
si Cindy belum kualat aja😡😡😡😡😡😤😤😤😤😤😤😤😤😤bukan hidup situ yg rusak kenapa jadi hakim
Black Moon
ko aku ngerasa, kalo Alana ini nantinya bakal jadi duri ya. Apalagi ditambah sama Tama yg memang ga tegas buat jadi suami 🤔
Sandri Ratuloly: masih labil jadi gak begitu tegas jadi suami, apalagi dia nikahin Aruna karena kepaksa😌🤭
total 1 replies
Arieee
approve ma temen" nya Tama yang waras😆👍👍👍👍👍👍👍
Sandri Ratuloly: untung teman-temannya gak gebukin kepala tama🤣
total 1 replies
Black Moon
setuju sama Aruma, kalo udah lahiran tinggalin aja laki modelan begitu. Ga cocok juga disebut laki-laki, lebih cocok disebut kaum berdaster 😒
Arieee
percuma gak ada sadar nya😡😡😡😡
Arieee
pergi aja lah si mertua juga gak peka 😡
Black Moon
Sejujurnya, ini menguras emosi 😭
Black Moon: Author sendiri kuat banget begadang sampe jam segini, tidur dulu Thor 🤭😁
Sandri Ratuloly: tidur kak, kamu kuat banget begadang baca cerita sampai jam segini😭😭
total 2 replies
Black Moon
Emang Dit, temen kamu itu 🤬🤬🤬🤬🤬 aku pun esmosi. Harus 🤾 pake bakiak
Black Moon
Aruna beruntungnya kamu punya keluarga yang sayang banget sama kamu, apalagi ini bukan keluarga sedarah. Jadi terhura, eh salah. Terharu maksudnya
Black Moon
Dasar laki-laki 🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬
Black Moon
jahatnya, minimal peluklah dulu sahabat kamu Ra 🤬
Arieee
ya diusut lah laporin polisi biar tau rasa yang nyinyir 😡😡😡😡😡😡😡gak tau cerita nya eh bikin cerita sendiri
Sandri Ratuloly
bagussss
Arieee
Aruna 👍👍👍💪💪💪
Arieee
tuh kan sudah q duga 😤😤😤😤😤😤😤
Arieee
karma nya harus pedihhhh ya😤😤😤😤😤😤😤😤😤😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!