Nesya, seorang gadis sederhana, bekerja paruh waktu di sebuah restoran mewah, untuk memenuhi kebutuhannya sebagai mahasiswa di Korea.
Hari itu, suasana restoran terasa lebih sibuk dari biasanya. Sebuah reservasi khusus telah dipesan oleh Jae Hyun, seorang pengusaha muda terkenal yang rencananya akan melamar kekasihnya, Hye Jin, dengan cara yang romantis. Ia memesan cake istimewa di mana sebuah cincin berlian akan diselipkan di dalamnya. Saat Nesya membantu chef mempersiapkan cake tersebut, rasa penasaran menyelimutinya. Cincin berlian yang indah diletakkan di atas meja sebelum dimasukkan ke dalam cake. “Indah sekali,” gumamnya. Tanpa berpikir panjang, ia mencoba cincin itu di jarinya, hanya untuk melihat bagaimana rasanya memakai perhiasan mewah seperti itu. Namun, malapetaka terjadi. Cincin itu ternyata terlalu pas dan tak bisa dilepas dari jarinya. Nesya panik. Ia mencoba berbagai cara namun.tidak juga lepas.
Hingga akhirnya Nesya harus mengganti rugi cincin berlian tersebut
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dipaksa Menikah
TERPAKSA MENJADI ART DI PENTHOUSE CEO AROGAN
Nesya menghela napas panjang saat berdiri di depan penthouse mewah Jae Hyun. Hatinya masih penuh dengan keraguan, tetapi ia tidak punya pilihan lain. Cincin berlian di jarinya masih terpasang erat, seolah menolak untuk dilepas. Ia sudah mencoba berbagai cara, mulai dari sabun, minyak, bahkan es batu, tetapi cincin itu tetap tidak bergeming.
Jae Hyun, dengan senyum kemenangan, menatapnya santai. “Selamat datang di rumah barumu, Nesya. Mulai hari ini, kau bukan hanya pegawaiku, tapi juga asisten rumah tangga di sini.”
Nesya mengerucutkan bibirnya. “Ini tidak adil. Kau yang membuat masalah, tapi aku yang harus menanggung akibatnya.”
Jae Hyun hanya mengangkat bahu. “Kau bisa pergi jika mau, tapi cincin itu tetap di jarimu, dan itu akan menjadi bukti kalau kau ‘tunanganku’ di mata orang lain.”
Nesya terdiam. Jika ia pergi sekarang, masalah ini tidak akan selesai. Lagipula, ia tidak mau membuat kegaduhan lebih jauh. Dengan berat hati, ia melangkah masuk ke penthouse itu.
PAGI YANG MENGEJUTKAN
Hari pertama Nesya di penthouse Jae Hyun dimulai dengan tugas-tugas ringan. Ia membersihkan dapur, menyapu, dan bahkan memasak sarapan sederhana. Meski awalnya canggung, ia berusaha menjalankan tugasnya dengan baik.
Jae Hyun keluar dari kamarnya dengan wajah segar. Ia mengenakan setelan santai, tetapi tetap terlihat seperti pria kaya yang berkelas. Saat melihat meja makan, alisnya terangkat. “Kau memasak?”
Nesya melipat tangannya di dada. “Aku ini ART-mu, kan? Tentu saja aku memasak. Kalau tidak mau, bisa beli makanan sendiri.”
"Hei... kamu, beranu banget ya." Jae Hyun mendelikkan matanya.
Jae Hyun terkekeh dan duduk. Saat ia menyuapkan makanan ke mulutnya, ia terdiam sesaat. “Ini… lebih enak dari yang kukira.”
Nesya tersenyum tipis. “Jelas. Aku memang pandai memasak.”
Mereka menikmati sarapan dalam keheningan yang aneh, hingga tiba-tiba terdengar suara bel pintu berbunyi.
Ding dong!
Nesya menoleh ke arah pintu, merasa penasaran siapa yang datang sepagi ini. Namun, sebelum ia sempat bertanya, wajah Jae Hyun berubah tegang. “Astaga… tidak mungkin…”
Pintu terbuka, dan seorang wanita paruh baya dengan penampilan anggun melangkah masuk. Tatapan tajamnya langsung menyapu seluruh ruangan sebelum akhirnya tertuju pada Nesya.
“Siapa kau?” suara dinginnya menggema di ruangan.
Nesya menelan ludah, merasa gugup dengan aura wanita ini. Ia melihat ke arah Jae Hyun, meminta penjelasan.
Jae Hyun mendesah panjang. “Ibu, kenapa kau tiba-tiba datang?”
Wanita itu adalah Nyonya Kim, ibu kandung Jae Hyun sekaligus wanita terpandang di Korea Selatan. Ia berjalan lebih dekat, matanya masih tertuju pada Nesya, dan saat itu juga pandangannya tertuju pada cincin berlian di jari gadis itu.
Mata Nyonya Kim membesar. “Cincin itu… Itu cincin tunanganmu, Jae Hyun!”
Jae Hyun menegang. “Ibu, aku bisa jelaskan—”
Namun, Nyonya Kim tidak mau mendengar. Ia langsung berbalik menatap Nesya dengan sorotan penuh selidik. “Jadi, kau adalah tunangan Jae Hyun?”
Nesya hampir tersedak mendengar tuduhan itu. “Bukan, bukan! Ini hanya… kesalahpahaman.”
Nyonya Kim tidak tampak puas dengan jawaban itu. Ia menatap putranya dengan ekspresi tajam. “Jae Hyun, kau sudah bertunangan dengan gadis ini, dan kau berani menyembunyikannya dariku?”
Jae Hyun mengusap wajahnya, merasa frustrasi. “Ibu, dengarkan aku dulu. Ini tidak seperti yang kau pikirkan.”
Tapi Nyonya Kim mengangkat tangan, menghentikannya. “Aku tidak peduli apa pun alasannya. Fakta bahwa cincin itu ada di jarinya berarti satu hal—kau sudah memilihnya.”
Nesya merasa panik. “Tidak, Nyonya. Ini benar-benar hanya kesalahan! Aku bukan tunangannya!”
Namun, Nyonya Kim tampaknya tidak mendengar. Ia justru tersenyum penuh arti. “Kalau begitu, lebih baik kalian segera menikah.”
Jae Hyun dan Nesya serempak berseru, “APA?!”
PERNIKAHAN YANG DIPAKSAKAN
Jae Hyun mencoba berargumen, tetapi Nyonya Kim tetap pada pendiriannya. “Keluarga kita tidak bisa mempermainkan cincin tunangan seperti ini. Jika cincin itu ada di jarinya, maka dia harus menikah denganmu.”
Nesya merasa kepalanya berputar. Ia datang ke Korea hanya untuk belajar dan magang, bukan untuk terjebak dalam pernikahan dengan pria arogan seperti Jae Hyun!
“Tidak, tidak mungkin! Ini hanya kesalahan, aku tidak bisa menikah dengannya!” seru Nesya, mencoba melepaskan cincin itu lagi.
Namun, Jae Hyun tiba-tiba menatapnya dalam-dalam. “Kalau kau benar-benar tidak mau menikah denganku, maka buktikan dengan melepaskan cincin itu sekarang.”
Nesya mencoba menarik cincin itu dengan sekuat tenaga, tetapi tetap tidak bisa lepas. Ia mulai panik, sementara Jae Hyun menyilangkan tangan di dada dengan ekspresi seolah berkata “Lihat, kan?”
Nyonya Kim tersenyum puas. “Sudah jelas, takdir kalian memang bersama. Aku akan segera mengurus pernikahan ini.”
Nesya tertegun. Ia ingin berteriak dan menolak, tetapi melihat tatapan tegas Nyonya Kim, ia tahu bahwa wanita itu tidak akan mendengar alasan apa pun.
Jae Hyun menghela napas, lalu menatap Nesya dengan ekspresi setengah frustrasi, setengah pasrah. “Kurasa kita tidak punya pilihan lain.”
Nesya menatapnya tak percaya. “Apa kau gila? Kau benar-benar ingin menikah denganku?”
Jae Hyun tidak langsung menjawab. Ia menatap cincin di jari Nesya, lalu ke arah ibunya yang tampak begitu yakin dengan keputusan ini. Ia bisa saja menolak, tetapi ia tahu ibunya tidak akan tinggal diam.
Setelah beberapa detik hening, Jae Hyun akhirnya berkata dengan nada datar, “Aku tidak mau, tapi aku juga tidak bisa membiarkan ibuku terus menekan kita. Jadi, mungkin menikah adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan ini.”
Nesya merasa ingin menangis. Ia datang ke Korea untuk belajar, bukan untuk menikah dengan CEO kaya yang arogan! Tapi kini, nasibnya seolah telah ditentukan oleh satu cincin yang tidak bisa ia lepas.
Dengan perasaan campur aduk, ia menatap Jae Hyun dan berkata lirih, “Aku benar-benar tidak percaya ini terjadi…”
Jae Hyun menatapnya dengan ekspresi rumit. “Aku juga.”
Namun, satu hal yang pasti—kehidupan Nesya tidak akan pernah sama lagi setelah ini.
PERJANJIAN NIKAH KONTRAK
Nesya menatap dokumen di hadapannya dengan perasaan tak menentu. Tangan Jae Hyun dengan santai mendorong kertas itu ke arahnya, ekspresinya tanpa emosi.
"Tandatangani ini. Aku sudah menyusun perjanjiannya."
Mata Nesya menyusuri isi dokumen itu. Pernikahan kontrak selama satu tahun. Tidak ada hubungan suami-istri yang nyata. Tidak ada perasaan yang boleh terlibat. Setelah satu tahun, mereka akan berpisah tanpa ada tuntutan apa pun.
Ia menelan ludah. "Jadi... ini benar-benar akan terjadi?"
Jae Hyun mengangguk. "Ibu tidak akan berhenti menekan kita kalau kita tidak menikah. Dan aku..." Ia berhenti sejenak, wajahnya berubah serius. "...aku masih menunggu Hye Jin kembali."
Seketika, ada perasaan aneh yang muncul di hati Nesya. Ia tahu sejak awal bahwa dirinya hanyalah pengganti sementara, tetapi mendengar Jae Hyun mengatakannya langsung tetap terasa menyakitkan.
"Kenapa harus aku?" tanyanya pelan.
Jae Hyun mendesah. "Karena cincin itu di jarimu. Dan ibuku percaya takdir sudah memilihmu."
Nesya mengembuskan napas panjang. Ia tidak punya pilihan lain. Jika ia menolak, Nyonya Kim akan terus mendesaknya, dan kemungkinan besar ia akan diusir dari Korea. Dengan tangan gemetar, ia mengambil pena dan menandatangani perjanjian itu.
"Tuan... kita berbeda keyakinan, dan jika ini jalan terbaik, aku akan ikutin kesepakatan, karena hanya di atas kertas, dan setelah 6 bulan, kontrak ini berakhirnya."
"Baiklah, aku akan ."
Pernikahan pura-pura ini pun dimulai.
UPACARA PERNIKAHAN YANG DIPENUHI SANDIWARA
Sepekan setelah perjanjian ditandatangani, pernikahan mereka digelar secara tertutup di sebuah vila mewah milik keluarga Kim.
Nesya mengenakan gaun putih sederhana, jauh dari kesan glamor, namun tetap memancarkan keanggunan. Sementara itu, Jae Hyun tampil dalam setelan hitam elegan, tampak seperti pengantin pria yang sempurna.
Namun, bagi Nesya, ini hanyalah formalitas. Ia tahu bahwa Jae Hyun berdiri di sampingnya dengan hati yang masih tertuju pada wanita lain.
Saat pendeta menyatakan mereka sebagai pasangan suami istri, Nesya hanya bisa mengulas senyum tipis. Jae Hyun menggenggam tangannya sejenak untuk menyempurnakan sandiwara mereka di hadapan keluarga.
"Kalian tampak serasi," puji Nyonya Kim dengan senyum puas.
Nesya hanya bisa mengangguk, sementara Jae Hyun tersenyum tipis. Ia melirik sekilas ke cincin yang kini melingkar di jari mereka berdua, tanda bahwa mereka telah 'resmi' menjadi pasangan.
Namun, di balik semua itu, ada kenyataan yang hanya mereka berdua yang tahu—pernikahan ini hanyalah kontrak, dan mereka berdua hanya berpura-pura.
Bersambung....
ceritanya bikin deg-degan
semagat terus yaa kak