Diki Arya Wijaya harus menelan pil pahit saat matanya melihat istrinya masuk ke dalam kamar hotel bersama laki laki lain yang ia tak kenal, dan betapa terkejutnya dia saat mengetahui apa yang di lakukan istrinya dengan laki laki itu di dalam sana membuat ia ingin membunuh keduanya saat itu juga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jero rina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Pagi harinya Dian berangkat kerja seperti biasanya, tapi bedanya mulai hari ini, ia kan bekerja di dua tempat, paginya sebagai pelayan dan dari sore hingga malam ia akan bekerja sebagai penyanyi cafe, baru semalam ia mendapatkan pekerjaan sebagai penyanyi tetap di cafe itu.
Semalam Dian menghubungi manager cafe tersebut yang kebetulan adalah kakak sahabatnya Risma.
Sudah lama Riska kakak Risma meminta Dian menyanyi di cafe yang ia kelola tapi dia selalu menolak dengan alasan agar bisa malamnya ia berkumpul dengan keluarganya karna di tempat kerja Dian pelayan perempuan hanya bekerja pada pagi hari sedangkan malam Kudus laki laki jadi waktu itu di manfaatkan Dian dengan baik agar bisa merawat ibunya setelah pulang kerja.
Setah sampe di restoran seperti biasa Dian mengerjakan pekerjaan nya seperti mengelap meja dan bangku dengan bersih sebelum membuka restoran, dan setelah selesai Dian pun membantu yang lain agar restoran cepat buka karna kalo lambat lima menit saja ibu bosnya akan marah marah.
Waktu cepat berlalu kini sudah memasuki waktu makan siang, dengan telaten Dian melayani pembeli dan mengantar makanan pesanan mereka dengan lancar tanpa kendala.
"Dian, antar pesanan ini pada ruang privat ya nomor 13." ucap Dino koki di restoran itu.
"Baik kak." ucap Dian dan langsung mengambil nampan yang sudah tersedia makanan dan minuman itu.
Dian pun berjalan membawa nampan itu dengan hati hati, dan meminta temannya yang kebetulan lewat untuk membukakan pintu ruangan tersebut.
"Permisi tuan saya mau mengantarkan makanan." ucap Dian saat baru masuk ke ruangan itu.
"Silahkan." ucap Tomi yang kebetulan masih berdiri baru balik dari kamar mandi.
Dian pun menyajikan makanan dan minuman tersebut dengan hati hati karna tau yang di hadapinya saat ini adalah bos bos dari perusahaan raksasa di negara ini dan setelah selesai Dian pergi dari ruangan tegang itu.
"Tom itu bukannya perempuan yang gue tabrak dua hari lalu ya?" tanya Diki memastikan karna sekilas tadi ia melihat wajah perempuan itu.
"Butik bos, bahkan jalannya aja masih pincang gitu," jawab Tomi.
"Nanti gue urus." ucap Tomi dengan cepat saat melihat wajah Diki yang sudah mengeras.
"Silahkan tuan, kita makan siang dulu habis itu baru kita bicarakan tentang kerja sama perusahaan kita." ucap Handoko pemilik perusahan yang akan melakukan kerja sama dengan perusahaan Diki, dan ia sengaja mengajak putrinya untuk ikut makan siang bersama agar bisa mendekati Diki agar bisa menaklukan Diki di pelukan putrinya itu
"Oh tuan kenalkan ini putri saya Dinda, dia wakil saya dan dia juga yang akan mengurus kerja sama kita nanti karna saya sudah menyerahkan proyek ini dengannya." ucap Handoko memperkenalkan putrinya.
Diki hanya diam saja saat melihat wajah putri Handoko itu, tak ada sedikit pun rasa tertarik pada perempuan itu, yang ada ia jijik dengan penampilan perempuan itu bagai gadis panggilan dengan bagi minim dan ketat, sungguh membuat Diki muak melihat penampilan perempuan itu.
"Mari kita mulai makan." ucap Tomi tanpa memperdulikan wajah Handoko dan anaknya yang sudah masam saat tak ada jawaban dari Diki.
Mereka pun makan dengan tenang meski pikiran Diki tidak disana, karna Diki sedang memikirkan perempuan yang ia tabrak itu yang bekerja dengan keadaan belum sembuh bener.
.
.
Bersambung....
Gimana gimana cocok gak dengan visual Diki... kalo gak cocok bisa bayangin sendiri ya....
Mak othor tunggu ya kunjungan nya..