Pasangan rumah tangga Kisman dan Mawar kehilangan anak satu-satunya karena sakit. Mereka tidak bisa menerima kenyataan pahit dan menginginkan putri mereka kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tersesat di Persimpangan
Tidak mau membuang waktu Kisman berangkat di pagi hari menuju ke kota Kumuh. Tempat dimana ia akan bertemu dengan Bandi.
Tapi anehnya dalam perjalanan dari rumahnya menuju ke kota kumuh. Kisman merasakan waktu yang ditempuhnya terlalu lama.
Padahal ia naik mobil sendiri. Harusnya ia bisa sampai di tempat tujuan jauh lebih cepat dibandingkan dengan menumpang bersama orang-orang. Tapi yang terjadi adalah tidak.
Bahkan di luar dugaan Kisman bisa tersesat.
Sudah ribuan kali sepanjang hidupnya Kisman melakukan perjalanan dari rumahnya menuju ke kota Kumuh.
Namun kali ini jalan-jalan itu seakan tidak mau mengantar Kisman untuk bertemu dengan Bandi.
Di sebuah pertigaan jalan yang tampak asing bagi Kisman,
Ia pun berhenti dan bertanya kepada orang yang tengah lewat.
“Permisi pak kalau mau ke kota Kumuh arah mana ya?”,
Tanya Kisman kepada seorang pria tua yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya.
“Belok ke kiri atau belok ke kanan?”,
“Ke kota Kumuh”,
Kisman memperjelas pertanyaannya, tapi pria tua itu tidak menggubris dan berlalu begitu saja. Seperti menganggap Kisman tidak ada.
Kisman yang sudah terlalu lama di jalan enggan untuk mengambil resiko jika ia salah arah lagi.
Melihat jam tangan yang dipakainya. Seharusnya Kisman sudah sampai di kota tujuan berjam-jam yang lalu.
Ini artinya Kisman sudah tersesat terlalu jauh.
Ia sekarang sedang bingung berhenti di pinggir jalan. Di sebuah persimpangan jalan yang sebelumnya belum pernah ia temui.
“Mau kemana om?”,
Tiba-tiba ada seorang pemuda pengendara sepeda motor yang menghampiri Kisman.
Melalui jendela mobil yang terbuka Kisman berbincang dengan anak itu.
“Aku mau ke kota Kumuh”,
“Dari sini lewat mana ya?”,
“Apa kamu tahu?’,
Kisman menjawab pertanyaan pemuda itu dengan pertanyaan.
“Kalau mau ke kota Kumuh belok kanan om”,
“Tapi setelah itu banyak persimpangan jalan yang terlihat sama”,
“Kalau salah pilih jalan bisa tersesat lebih jauh lagi om”, jawab pemuda itu.
“Kamu tahu jalan yang benar ke kota Kumuh?”, tanya Kisman.
“Aku paham jalan om, aku asli dari sini”, jawab pemuda itu.
“Bagaimana kalau kamu jadi penunjuk jalanku?”,
“Bawa aku sampai ke kota Kumuh”, pinta Kisman.
“Jangan khawatir, aku akan memberimu upah yang pantas”, tambah Kisman.
“Siap om”,
“Sebaiknya kita tancap gas sekarang”,
“Di sini sebentar lagi gelap”, ajak pemuda itu.
Berangkatlah Kisman ke kota Kumuh dengan mengikuti seorang pemuda pengendara sepeda motor sebagai penunjuk arah yang melaju terlebih dahulu di depan mobilnya.
Baru sebentar berjalan pemuda itu menoleh ke arah belakang. Ia berteriak kepada Kisman;
“Om, kita ngebut ya”,
“Ada yang mengejar”, kata anak itu berapi-api.
Kisman menurut saja. Yang terpenting ia segera sampai di tempat tujuannya.
Motor dan mobil itu beriringan melaju dengan kecepatan tinggi.
Sepanjang jalan Kisman sama sekali tidak melihat satu orang pun. Seperti tiada tanda-tanda kehidupan.
Dan benar, di sepanjang jalannya banyak sekali persimpangan yang menyesatkan. Harus hati-hati.
Di ambang antara sadar dan tidak sadar Kisman seperti sedang berada di alam yang lain.
*
Setelah lama mengikuti pemuda bermotor di depannya akhirnya Kisman berhenti.
Ia berhenti karena penunjuk jalannya terlebih dahulu berhenti.
“Kenapa berhenti anak muda?”, tanya Kisman.
“Sudah sampai om”,
“Om tinggal lurus saja”,
“Tidak lama dari sini om akan sampai di kota Kumuh”, terang pemuda itu.
“Terima kasih telah menolongku”,
“Ini terima lah”,
Kisman berterima kasih dan memberikan pemuda penunggang sepeda motor itu upah setimpal sesuai yang ia janjikan.
“Jalan terus om jangan berhenti sampai di kota Kumuh”,
“Dan jangan menoleh ke arah belakang”,
Pesan pemuda baik itu ketika Kisman mulai kembali melaju perlahan sendirian.
Kisman pun tidak menoleh ke arah belakang. Ia hanya melihat ke arah belakang melalui kaca spion mobil.
Dilihat dari kaca spion pemuda itu tidak sama sepeti ketika sedang diajak berbicara berhadap-hadapan.
Wajah pemuda itu rusak koyak berantakan.