Naya, hidup dalam bayang-bayang luka. Pernikahan pertamanya kandas, meninggalkannya dengan seorang anak di usia muda dan segudang cibiran. Ketika berusaha bangkit, nasib mempermainkannya lagi. Malam kelam bersama Brian, dokter militer bedah trauma, memaksanya menikah demi menjaga kehormatan keluarga pria itu.
Pernikahan mereka dingin. Brian memandang Naya rendah, menganggapya tak pantas. Di atas kertas, hidup Naya tampak sempurna, mahasiswi berprestasi, supervisor muda, istri pria mapan. Namun di baliknya, ia mati-matian membuktikan diri kepada Brian, keluarganya, dan dunia yang meremehkannya.
Tak ada yang tahu badai dalam dirinya. Mereka anggap keluh dan lemah tidak cocok menjadi identitasnya. Sampai Naya lelah memenuhi ekspektasi semua.
Brian perlahan melihat Naya berbeda, seorang pejuang tangguh yang meski terluka. Kini pertanyaannya, apakah Naya akan melanjutkan perannya sebagai wanita sempurna di atas kertas, atau merobek naskah itu dan mencari kehidupan dan jati diri baru ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lakukan Pemeriksaan
" Ya benar kata mama, kita harus cari solusi " Ucap Wisnu.
" Jadi Brian harus gimana Pah ? "
" Brian kamu dengarkan apa yang dikatakan Naya ? Kamu sudah melecehkan dia, bagaimana kamu mau lepas gitu aja dari tanggung jawab. " Jelas Ratna.
" Ya betul, reputasi keluarga kita bukan masalah besar. Yang jadi besar adalah kalau sampai Naya hamil sebelum kamu nikahi. " Tambah Wisnu
" Ya Tuhan, itu terlalu jauh pah. Kita belum mastiin kebenarannya gimana. Apa itu semua benar terjadi atau hanya cerita Naya. " Jawab Brian.
" Apa maksud Kakak ? Jadi Kakak pikir temanku hanya omong kosong ? Kak Bi pikir Naya memanfaatkan situasi agar mendapat empati dari keluarga kita ? " Suara Lisa kini mulai naik, Lisa tau Naya tidak mungkin melakukannya. Bagi Naya harga diri itu adalah segalanya.
" Bukan gitu maksud Kakak .. "
" Ya terus apa ? Buat Naya harga dirinya itu segalanya, itu kenapa sebaik apapun Alvin Naya gak mau kembali karena harga dirinya terluka. "
" Tapi kita tetep harus pastiin Ca. " Brian bersikukuh.
" Kakak emang gak punya hati, gak punya empati. Terlalu baik Naya maafin lelaki kaya Kakak. " Lisa bangkit tak ingin lagi mendengarkan pembicaraan antara mereka. Biarlah mereka selesaikan dengan caranya sendiri. Lisa tak ingin lagi terlibat, seakan merendahkan harga diri sahabatnya.
Setelah percakapan panjang akhirnya diputuskan bahwa mereka akan melakukan pemeriksaan pada Naya dengan beralasan takut terjadi luka dalam yang tidak diketahui dan akan menjadi infeksi di kemudian hari.
Brian pun memanggil salah satu rekan nya yang dapat di percaya. Dokter Rayhan, dokter spesialis obstetri dan ginekologi (Obgyn) untuk melakukan pemeriksaan genital.
" Gue percaya Lo Rey. " Ucap Brian setelah menceritakan bagaimana kondisi yang terjadi pada Naya.
" Tenang Bi, gue paham. Lagian gue bisa digantung bokap Lo kalo sampe bocor. "
" Haha yang ada bokap gue yang hampir bikin gue di seret ke meja hukum kalo aja si Naya ini gak bela dengan menolak menuntut apapun karena tau gue waktu itu gak sadar. "
" Serius ? Ko bisa. "
" Serius, makannya orangtua gue malah makin bersalah. Ya gue bukan bermaksud negatif apa gimana. Gue sama dia cuman ketemu 2 kali dan gue gak tau sebenernya apa yang dia cari dan mau. Gue khawatirnya dia cuman manfaatin keadaan biar dapet empati keluarga gue. "
" Iya sih .. " Rayhan tersenyum getir.
Sore itu juga pemeriksaan langsung dilakukan, Brian mengajak Rayhan untuk keruangan Naya. Disana Naya tengah di bed nya dalam posisi duduk menyendiri. Lisa izin pulang untuk mandi sebentar.
" Naya ini dokter Rayhan dan beberapa perawat, mereka ingin melakukan pemeriksaan menyeluruh mengenai maaf organ reproduksimu. "
" Iya betul Naya, saya Rayhan dokter spesialis obgyn. Saya mendengar laporan terkait keadaan mu dari Brian, tentu semua ini akan sangat di rahasiakan jadi tenang ya. "
" Kenapa ? Ini sudah berhari hari yang lalu. " Tanya Naya bingung.
" Justru itu, kami ingin melakukan pemeriksaan karena khawatir ada luka di dalam yang tidak terawat lalu menjadi masalah yang lebih besar nantinya. " Jelas Rayhan.
" Iya, Mama khawatir sama kamu. Makannya minta saya buat lakuin pemeriksaan menyeluruh ke kamu. " Bujuk Brian.
" Begitu, baiklah. " Naya pasrah. Dirinya sungkan jika itu sudah permintaan Ratna. Lagipula benar ini untuk kesehatan dan kebaikannya.
" Okay, silahkan keluar dulu ya dok. " Perintah Rayhan pada Brian.
Brian pun mengangguk lalu meninggalkan ruangan, dengan sabar Brian menunggu di depan ruangan.
Rayhan bukan hanya melakukan pemeriksaan, juga mengambil sample barangkali masih ada jejak spe*rma disana sebagai bukti bahwa telah terjadi aktivitas se*ksual.
Setelah beberapa saat pemeriksaan pun selesai.
" Sudah selesai ya Bu Naya. Apakah Bu Naya perlua bantuan pendampingan dari psikiater atau psikolog ? " Tanya Rayhan bersimpati, mengingat luka luka ditubuh Naya masih cukup terlihat.
" Saya baik baik aja dok. Terimakasih "
" Baiklah, untuk hasil pemeriksaan nanti akan saya kabarkan lebih lanjut ya. Selamat beristirahat Bu. " Ucap Rayhan lalu meninggalkan ruang perawatan Naya.
Ketika keluar nampak Brian yang tak bisa menyembunyikan ekspresi khawatirnya. Brian sungguh berharap itu hanya omong kosong yang Naya ucapkan, Brian berharap dia tak benar benar melakukannya.
" Gimana ? " Tanya Brian.
" Di ruangan gue ya ? "
" Oke .. Oke " Brian mengikuti Rayhan menuju ruangannya.
Sesampainya disana merekapun duduk berhadapan di meja kerja Rayhan.
" Menurut pemeriksaan fisik, ada luka robekan di va*gina nya. Sekalipun dia udah gak virgin ya tapi kalo aktivitas se*ksual dilakukan dengan pemaksaan itu bisa nimbulin luka robek. Jadi kesimpulannya apa yang di omongin dia semua bener. Lo udah ngelakuin itu. " Jelas Rayhan.
" Ah God .. " Brian mengacak rambutnya.
" Gue saranin dia kasih pendampingan profesional, Lo bisa minta bantuan bagian psikiatri. " Pinta Rayhan.
" Ok gue usahain. Satu lagi Ray, menurut Lo waktu itu gue ngelepasin di dalem atau diluar ? " Jujur Brian juga teringat perkataan ayahnya yang menjadikannya khawatir.
" Gue udah ambil sample, lagi dibawa ke lab apakah masih ada sel spe*rma atau enggak. Kalau masih ada ya bisa di pastiin Lo ejak*ulasi di dalem. Tapi kalo gak ada juga gak bisa mastiin 100% Lo ejak*ulasi diluar karena bisa aja seiring waktu sel spe*rma nya itu udah hilang. " Jelas Rayhan.
Brian mengangguk paham, semoga saja tidak semakin jauh agar dirinya bisa menghindari pertanggung jawaban yang lebih besar.
Hari ini Brian dipanggil pulang sehingga setelah selesai sift nya Brian tak kembali ke apartemen melainkan langsung ke rumah.
Disana orangtuanya sudah menunggu hasil pemeriksaan sore tadi. Merekapun berkumpul di ruang keluarga.
" Jadi gimana hasilnya ? Jangan ada yang ditutupi Bi karena kami pasti tau. " Ultimatum Wisnu.
" Brian ngerti Pah .. "
" Jadi ? " Ratna mendesak.
" Brian bacain hasil pemeriksaan Rayhan, menurut pengamatan dan pemeriksaan menyeluruh adanya luka robek di dalam vag*ina yang menunjukan adanya kekerasan se*ksual atau aktivitas se*ksual yang terjadi dan sudah diambil sample untuk pemeriksaan lanjutan. " Brian menyampaikan garis besar hasil dari pemeriksaan.
" See ? Naya gak berbohong Brian. " Ucap Ratna.
" Iya Brian tau Mam .. "
" Kamu tau kan apa yang harus kamu lakuin ? " Ucap Wisnu.
" Tapi pah, kita harus pastiin apakah terjadi nya sampai tuntas atau tidak. Atau apakah Brian ngelepasinnya di dalam atau tidak. Kalau tidak ada kemungkinan untuk Naya hamil. Kita tidak perlu bertanggung jawab terlalu jauh. "
" DIAM BRIAN ! " Ratna yang biasanya lembut tiba tiba membentak dengan suara tinggi.
" Hamil atau tidak, mama tidak peduli. Kamu sudah melakukan tindakan asu*sila. Kamu tetap harus bertanggung jawab bagaimana pun keadaannya. "
" Tapi Mam .. "
" Cukup Brian, ucapan mama mu benar. Kamu lelaki, kamu tidak boleh lari dari apa yang sudah kamu lakukan. Sekalipun kamu melakukannya dengan tidak sadar, kamu yang memilih mabuk dengan segala resikonya. Ya ini salah satu resiko yang harus kamu tanggung. "
Brian tertunduk lesu tak mampu membantah lagi.