Pengingat bahwa Aku tidak akan pernah kembali padamu. "Nico kamu bajing*n yang hanya menjadi benalu dalam hidupku. aku menyesal mengenal dan mencintai mu."
Aku tidak akan bersedih dengan apa yang mereka lakukan padaku. "Sindy, aku bukan orang yang bisa kamu ganggu."
Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitiku kembali
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syari_Andrian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kita selamat..
Di tengah kekacauan, Rey dan Pak Roni mulai mengatur tim mereka. Mereka memanfaatkan setiap sudut vila, menjadikan tempat itu sebagai benteng pertahanan sementara. Nisa tetap berada di dekat Rey, meskipun ketakutan, dia mencoba tetap tenang dan mengikuti instruksi.
Di luar, suara tembakan semakin dekat. Black Wolf menekan maju, yakin bahwa mereka akan segera menguasai vila. Namun, Pak Roni mengenal setiap sudut vila itu, dan dia tahu bagaimana memanfaatkan keadaan.
"Rey, kita harus memecah perhatian mereka," kata Pak Roni sambil memeriksa senjata di tangannya. "Bawa beberapa orang ke sayap kanan, buat mereka berpikir kita sedang bertahan di sana. Aku akan mengatur jebakan di sayap kiri."
Rey mengangguk, memahami rencana tersebut. "Baik, aku akan memimpin mereka ke sana. Pastikan jebakannya siap."
Sementara Rey memimpin sekelompok kecil ke sayap kanan, mereka mulai menembak untuk menarik perhatian Black Wolf. Taktik itu berhasil. Sebagian besar pasukan Black Wolf bergerak ke arah mereka, meninggalkan sisi kiri terbuka.
Pak Roni, bersama beberapa orang kepercayaannya, memasang jebakan berupa ranjau kecil dan penghalang lainnya. Mereka tahu bahwa musuh akan segera menyadari taktik tersebut dan mencoba menyerang dari sisi yang lebih lemah.
Nisa, yang melihat situasi memburuk, merasakan adrenalin memuncak. Meskipun dia bukan bagian dari pertempuran, dia ingin membantu. "Ayah, apa yang bisa aku lakukan?" tanyanya dengan penuh semangat.
Pak Roni menatap putrinya sejenak, lalu memberikan radio komunikasi padanya. "Tetap di sini dan awasi situasi. Laporkan jika ada perubahan. Kamu bisa membantu dengan memberikan informasi kepada kami."
Nisa menerima radio itu, merasa bahwa setidaknya dia bisa berkontribusi dalam pertempuran ini. Dia menemukan tempat yang aman di dekat jendela, mengamati pergerakan musuh dengan cermat.
Saat Black Wolf akhirnya menyadari jebakan itu, mereka sudah terlambat. Rey dan timnya berhasil melumpuhkan sebagian besar pasukan yang terjebak di sisi kanan, sementara jebakan Pak Roni di sisi kiri menghancurkan gelombang serangan lainnya.
Namun, pemimpin Black Wolf tidak menyerah begitu saja. Dia muncul dari kegelapan dengan sekelompok kecil pasukan elitnya, siap untuk serangan terakhir. "Kalian mungkin memenangkan pertempuran ini, tapi perang belum usai," katanya dengan suara penuh ancaman.
Rey dan Pak Roni bersiap menghadapi konfrontasi langsung dengan pemimpin itu, mengetahui bahwa ini akan menjadi klimaks dari pertarungan mereka. Di sisi lain, Nisa memperhatikan dengan cemas, mengetahui bahwa kemenangan atau kekalahan keluarganya ditentukan dalam beberapa menit ke depan.
∆∆
Pemimpin Black Wolf melangkah maju, mata tajamnya mengamati Rey dan Pak Roni. Di belakangnya, pasukan elitnya siap untuk menyerang kapan saja.
"Pak Roni, aku harus akui, kau lebih cerdik dari yang kukira," ucap pemimpin itu dengan nada menghina. "Tapi ini adalah akhir dari permainanmu."
Pak Roni menatap musuhnya dengan tenang, meskipun di dalam hatinya, ia tahu bahwa ini adalah saat paling kritis. "Kau salah. Ini baru permulaan dari akhir untukmu," jawabnya tegas.
Rey melangkah ke depan, berdiri sejajar dengan Pak Roni. "Kau tidak akan menyentuh keluargaku atau keluarganya lagi," katanya dengan suara dingin. "Kau pikir kami akan menyerah tanpa perlawanan?"
Pemimpin Black Wolf tertawa kecil. "Kalian berdua hanya manusia biasa. Tidak ada yang bisa menandingi kekuatan kami."
Seketika, suara ledakan kecil terdengar dari kejauhan. Itu adalah sinyal dari tim Pak Roni yang berhasil menghubungi bantuan. Sebuah helikopter militer mulai mendekat, suara baling-balingnya terdengar semakin keras. Pasukan khusus yang disiapkan oleh Pak Roni dan Rey sudah berada di jalan menuju vila.
Melihat perubahan situasi, pemimpin Black Wolf terlihat gelisah. "Kita harus pergi sekarang!" katanya pada pasukannya.
Namun, Rey tidak membiarkan mereka kabur begitu saja. "Kau tidak akan pergi ke mana pun," ujarnya, melepaskan tembakan ke arah pemimpin Black Wolf, melukai kakinya.
Pak Roni dengan cepat memberi perintah melalui radio. "Tim, kepung mereka sekarang! Jangan biarkan seorang pun lolos!"
Dalam hitungan detik, pasukan khusus tiba di lokasi, mengepung sisa-sisa kelompok Black Wolf. Mereka ditangkap dan dilucuti, sementara pemimpin mereka, yang terluka, hanya bisa terdiam saat melihat rencana besarnya hancur berantakan.
Nisa yang mengamati dari kejauhan merasa lega melihat bantuan akhirnya tiba. Dia berlari ke arah ayahnya dan Rey, memeluk mereka dengan air mata bahagia. "Kalian selamat!" serunya.
Pak Roni mengelus kepala Nisa dengan lembut. "Kita semua selamat, Nisa. Dan ini berkat kerjasama kita semua."
Rey, yang masih mengawasi keadaan, menarik napas dalam-dalam. "Ini belum berakhir sampai mereka benar-benar di penjara. Tapi setidaknya, untuk malam ini, kita bisa bernapas lega."
Malam itu, vila keluarga Pak Roni menjadi saksi bisu dari kemenangan besar mereka, meskipun mereka tahu bahwa ini bukan akhir dari ancaman yang mereka hadapi. Namun, dengan tekad yang kuat dan kekuatan keluarga yang bersatu, mereka siap menghadapi apa pun yang akan datang.